tag:blogger.com,1999:blog-46244823581634172562024-03-19T10:56:53.253+07:00Duta Nusantara MerdekaUntuk Kepentingan PublikUnknownnoreply@blogger.comBlogger7125tag:blogger.com,1999:blog-4624482358163417256.post-20771196441010385642018-12-25T00:44:00.000+07:002018-12-25T00:44:40.210+07:00Primbon Politik ~ Elite Politik Transaksional<b style="font-family: "Britannic Bold", sans-serif; font-size: 16pt;"><span style="color: red;">PRIMBON POLITIK</span></b><br />
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-family: "britannic bold" , "sans-serif"; font-size: 16.0pt; line-height: 115%;"><b><span style="color: red;"><br /></span></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<span style="font-family: "bernard mt condensed" , serif;"><span style="font-size: x-large;">ELITE POLITIK TRANSAKSIONAL<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "arial narrow" , sans-serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: large;">Kalau
ada berita sejumlah elite politik atau politisi dari hampir semua partai
dinilai tidak komitmen terhadap Pemberantasan Korupsi di Indonesia, karena para
elite politik tersebut tidak mempunyai wawasan Kebangsaan atau jiwa
nasionalisme di ragukan. Sebab sejak zaman orde baru pimpinan Pak Harto ajaran
politik Transaksional di kembangkan sedemikian rupa, sehingga semua urusan
pakai uang, sampai proses pengadilan sekalipun.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "arial narrow" , sans-serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "arial narrow" , sans-serif; line-height: 150%;"><span style="font-size: large;">Karena
sudah menjadi kader dari zaman tersebut maka solidaritas berbangsa tidak ada
lagi. Pemilu 1999 dapat disebut agak baik karena produk reformasi akibat
belenggu politik diktator Soeharto menjadi era Demokrasi. Akan tetapi kurun
waktu belakangan ini kembali ke jiwa orde baru lagi.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "arial narrow" , sans-serif;"><span style="font-size: large;"><br /></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "arial narrow" , sans-serif;"><span style="font-size: large;">Tidak heran kalau setiap elite politik atau
politisi menyempatkan aji mumpung dengan sistem transaksional ini dapat duduk
di legislatif atau eksekutif. Bak kata Adam Malik dulu semua bisa di atur.
Rakyat tidak mungkin mampu menuntut banyak perubahaan, sepanjang elite
transaksiona lini berkuasa. KPK ( Komisi Pemberantasan Korupsi ) dan MK (
Mahkamah Konstitusi ) sebuah Lembaga Negara yang diharapkan rakyat dapat
membentuk proses perubahan kehidupan Negara ke depan.<b><i> **(Red-)</i></b></span></span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4624482358163417256.post-1730262875638934152018-06-02T08:55:00.000+07:002018-06-02T08:55:00.662+07:00PRIMBON POLITIK ~ Apa Itu Pemimpin "Tangan Berdarah"?<br />
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-family: "arial narrow" , "sans-serif"; font-size: 14.0pt; line-height: 115%;">PRIMBON POLITIK<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-family: "arial narrow" , "sans-serif"; font-size: 14.0pt; line-height: 115%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><span style="font-family: "britannic bold" , sans-serif;"><span style="color: red; font-size: large;">APA ITU PEMIMPIN “TANGAN BERDARAH” ?</span><span style="font-size: 25pt;"><o:p></o:p></span></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial narrow" , "sans-serif";"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Pakar Komunikasi Politik Effendi
Ghazali sejak lama selalu mengatakan jangan Pemimpin yang “ Tangan nya Berdarah
” Maksudnya rakyat memang harus tahu menempatkan posisi ideologis politiknya
dalam setiap pesta demokrasi atau pemilihan pemimpin seperti Pileg atau Pilpres
yang sistemnya dilaksanakan setiap pada lima Tahun sekali di Indonesia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial narrow" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial narrow" , "sans-serif";"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Menurut catatan Primbon Politik
dari Zaman ke Zaman berikutnya memang setiap perubahan Politik kekuasaan bisa
terjadi “berdarah – darah” Misalnya Tragedi berdarah 1965, kemudian Malam 1974,
Kemudian lagi Peristiwa Kuda Tuli 1996 dan Tragedi Reformasi 1998 dengan
jatuhnya diktator Jenderal Soeharto.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial narrow" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial narrow" , "sans-serif";"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Dengan Tragedi Berdarah 1998
banyak orang – orang yang pada waktu itu sudah menyandang jabatan di
Pemerintahan orde baru. Pada waktu itu tidak sedikit korban yang bergelimpangan
terutama di kawasan gedung DPR/MPR dan Jembatan Semanggi Jakarta, Lebih dari
1300 orang Demonstran Tewas.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial narrow" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial narrow" , "sans-serif";"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Lembaga Internasional Hak Azasi
Manusia di bawah Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) pun mencatat pada waktu itu
banyak aktifitas pemuda dan mahasiswa yang hilang tak berbekas, korban
penculikan dan korban penembakan aparat tak jelas, itulah yang disebut oleh HAM
– PBB sebagai tindakan “Tangan Berdarah” oleh para Pemimpinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial narrow" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial narrow" , "sans-serif";"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Sangat disayangkan kalau rakyat
cepat sekali melupakan peristiwa menyayat hati itu masih saja mengelu – elukan
para pemimpin yang diduga keras “Tangannya Berdarah” pada waktu itu dan tidak
pernah ada putusan final sampai saat ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial narrow" , "sans-serif";"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial narrow" , "sans-serif";"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>Sepertinya Pemimpin “Tangan
Berdarah” masih menjadi Kebanggaan sebagian rakyat kita dan hal ini akibat
Partai Politik kurang melakukan Pendidikan Politik yang Benar dengan fakta
Sejarah. Masih kita ingat ucapan Bung Karno : “Rakyat Harus Tahu Politik dan
Bijak Berpolitik, Supaya Jangan Dimakan Politik” </span><b style="mso-bidi-font-weight: normal;"><i style="mso-bidi-font-style: normal;"><span style="font-family: "arial narrow" , "sans-serif"; font-size: 9.0pt; line-height: 150%;">**
(Ebiet PR)</span></i></b><span style="font-family: "arial narrow" , "sans-serif";"><o:p></o:p></span></div>
<br />Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4624482358163417256.post-18076090255086571542018-03-25T17:00:00.000+07:002018-03-25T17:00:27.777+07:00PRIMBON POLITIK ~ Rapuhnya Kepercayaan Rakyat Kepada Partai Politik<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial narrow" , sans-serif;"><b>PRIMBON POLITIK</b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial narrow" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;">
<span lang="IN" style="font-family: "britannic bold" , "sans-serif"; font-size: 30.0pt;"><b><span style="color: red;">Rapuhnya
Kepercayaan Rakyat Kepada Partai Politik</span></b><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial narrow" , sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial narrow" , sans-serif; font-size: 12pt;"> Jangan
sekali-kali Melupakan Sejarah (JAS MERAH) kata Bung Karno pada Pidato beerjudul
Nawaksara 1966. Sejarah memang tidak bisa dilupakan. Sejak Kebangkitan Nasional
1920-an maka banyak muncul partai politik. Tujuan mereka sama-sama ingin
merebut Kemerdekaan Republik Indonesia, maka rakyat mendukungnya.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "arial narrow" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "arial narrow" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Setelah mencapai kemenangan dengan
terjadinya Proklamasi pada 17 Agustus 1945, ibarat Harimau, Singa, Beruang
memperebutkan seekor kijang. Setelah dapat mereka berantam sesama parpol dan
sekarang pun satu kandang parpol gaduh terus. Hal itu yang menyebabkan
kepercayaan rakyat rapuh terhadap parpol.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "arial narrow" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "arial narrow" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Bung Karno memang bijak, begitu
diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia dilepaskannya Parpol dan beliau
tetap teguh berpegangan kepada satu ideologi Pancasila dan Konstitusi UUD 1945.
Sebagai Presiden Bung Karno berdiri di semua golongan, bukan “Petugas”
Parpol-parpol hanya “Kuda Tunggangan” setelah mencapai kekuasaan dilepas untuk
diurus orang lain.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "arial narrow" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "arial narrow" , "sans-serif"; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Sekarang Parpol kehilangan
konstituen karena “rakus” kedudukan dan sering bercokolan di dalam partainya,
maka rakyat muak. Tak punya kader militan yang bisa dijadikan pemimpin negara,
maka rakyat pilih figur independen yang dinilai punya kredibilitas kemampuan
bekerja bagi kepentingan rakyat, tidak korupsi.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "arial narrow" , sans-serif; font-size: 12pt;"><br /></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: "arial narrow" , sans-serif;"> </span></span><span style="font-family: "arial narrow" , sans-serif; font-size: 12pt;">Parpol
hanya “ajang cari makan” kelompoknya, bukan mementingkan rakyat. Tidak
selamanya rakyat mau dibodohi dan dijadikan “tumbal” mereka. Sekarang bukan
zaman orde baru bisa main katrol. Ini zaman demokrasi bung, semua rakyat punya
hak sama ! Tahu?! <b><i>**(YH)</i></b></span></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4624482358163417256.post-47260087358249401092017-06-15T00:42:00.000+07:002018-03-17T23:10:21.055+07:00PRIMBON POLITIK - Memaknai Hak Angket<div style="text-align: center;">
MEMAKNAI HAK ANGKET</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI membentuk Panitia Khusus (Pansus) Hak Angket untuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Perang Opini pun Muncul dengan adanya pansus Hak Angket tersebut, ada yang pro dan kontra.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Masing-masing pihak baik DPR dan KPK saling menunjukkan kekuatannya, DPR merumuskan Hak Angket ini dilatarbelakangi dengan adanya indikasi kasus-kasus yang ditangani KPK terkesan tebang pilih, sehingga Pansus Hak Angket merasa perlu melakukan kordinasi dan rapat dengar pendapat bersama KPK.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Menyikapi Hak Angket tersebut, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pun melakukan Perlawanan terhadap sikap DPR yang membentuk Pansus Hak Angket, KPK melakukan komunikasi dengan para ahli menyikapi Hak Angket tersebut. Sehingga KPK Berencana Tidak akan Hadir jika DPR Memanggil KPK, dan ini Muncul Polemik diberbagai para ahli.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Banyak Persepsi bahwa Panitia Khusus (Pansus) Hak Angket yang digulirkan DPR akan melemahkan dan mengguliti Kinerja KPK, namun DPR menjelaskan bahwa apa yang dilakukan oleh Pansus justru ingin menguatkan KPK, sebab lembaga Legislatif tersebut perlu memberikan evaluasi bagi KPK agar dapat meningkatkan kinerja yang lebih Profesional.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Jika kita ingin memaknai bahwa sebenarnya Hak Angket itu milik siapa, jelas bahwa itu adalah Hak Anggota DPR yang telah diatur oleh Undang-undang jadi seharusnya sebagai salah satu lembaga penegakan hukum, KPK dapat bekerja dengan profesional, jika KPK menilai Pansus Hak Angket Cacat, maka KPK harus bisa memberikan keterangan, setidaknya KPK bisa memberikan contoh bagi perjalanan hukum di Indonesia. **(YES)</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4624482358163417256.post-32727926593882249012017-05-21T03:53:00.000+07:002017-06-11T23:43:58.490+07:00PRIMBON POLITIK - SAKSI PARPOL ATAU NEGARA<div style="text-align: center;">
SAKSI PARPOL ATAU NEGARA</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Pansus Rancangan Undang-Undang (RUU) Pemilu masih belum bisa menyimpulkan sebuah keputusan untuk menjadikan RUU tersebut menjadi sebuah Undang-undang yang nantinya akan digunakan pada seluruh proses pemilihan umum di Indonesia, terutama dalam menghadapi Pemilu Legislatif (Pileg) dan Pemilu Presiden Tahun 2019.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Waktu yang ditargetkan untuk merumuskan RUU Pemilu tersebut seharusnya selesai April 2017 yang lalu, namun sampai Mei 2017 saat ini belum juga diselesaikan.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Banyaknya perbedaan pandangan baik dengan pemerintah dan fraksi-fraksi di DPR RI membuat RUU Pemilu tersebut molor ditetapkan, salah satu isu krusial yakni tentang pengajuan dana saksi untuk pemilu agar bisa ditanggung atau dibiayai oleh negara.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Polemik tersebut juga menjadi pembicaraan hangat di Masyarakat, banyak yang menilai bahwa seandainya Para saksi dibiayai oleh negara, namun kerja untuk partai politik, maka ini akan memunculkan problematika baru perpolitikan di Indonesia. Secara Otomatis Para saksi memiliki loyalitas terhadap Partai yang menugaskannya.</div>
<div>
<br /></div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4624482358163417256.post-12525084730595700652017-04-24T10:14:00.000+07:002017-06-12T02:46:30.462+07:00PRIMBON POLITIK - Agama dan Politik Tak Dapat Dipisahkan<b>PRIMBON POLITIK</b><br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<b><span style="font-size: x-large;">Agama dan Politik Tak Dapat Dipisahkan</span></b></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
(DNM)</div>
<div style="text-align: justify;">
Belakangan terakhir ini muncul beragam polemik dari situasi perpolitikan nasional yang semakin hari kian memanas jelang pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta putaran kedua, sehingga banyak tokoh-tokoh politik dan tokoh agama melibatkan diri dalam situasi tersebut, dan itu juga berdampak pada semua aspek, baik itu suku, agama dan ras.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Perlu kembali kita mengingat sejarah perjuangan para pejuang dalam merebut kemerdekaan republik indonesia, mereka selalu menempatkan gerakan politik dalam setiap keyakinan dan agamanya masing-masing, tak jarang juga kita dapat menemukan berbagai perbedaan politik namun tidak mengurangi nilai-nilai persatuan dan kesatuan bangsa indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Fakta sejarah bangsa menunjukkan bahwa NKRI didirikan oleh proklamator dan para pejuang kemerdekaan yang semuanya penganut agama, terutama muslim, bukan ateis apalagi komunis. Rumusan Pancasila yang kemudian ditetapkan sebagai dasar bernegara dan ideologi bangsa jelas mencerminkan ajaran agama dalam semua silanya. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Meskipun NKRI bukan negara agama tertentu dan juga bukan negara sekuler, tapi karena mayoritas penduduknya beragama Islam dan beragama lainnya yang diakui oleh negara. Jadi, eksistensi agama dalam NKRI menjadi catatan sejarah panjang bangsa ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Imam al-Ghazali pernah mengatakan, ”ad-Din wa as-siyasah tauaman ” (Agama dan politik itu bagaikan dua saudara kembar). Agama (Islam) memang tidak dapat dipisahkan dari (kehidupan) politik. Keduanya saling mengisi dan berbagi fungsi. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Agama hadir untuk mengawal dan menjaga politik dari aneka penyimpangan dan penyelewengan karena syahwat politik dan kekuasaan cenderung menghalalkan segala cara, sedangkan politik diperlukan untuk memfasilitasi ekspresi dan aktualisasi kehidupan beragama para penganutnya. Oleh karena itu, pemisahan agama dari politik atau pemisahan politik dari agama bagi warga bangsa ini merupakan pemikiran sekuler yang bebas nilai.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Politik dan agama selalu berkaitan walaupun Masing-masing dapat memainkan peran dan fungsinya tapi secara harmoni, saling mengisi, dan melengkapi secara proporsional, tidak saling konfrontasi dan tidak dalam relasi antagonistis dan kontraproduktif. Jika salah satu dipisahkan, maka jalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ini akan pincang. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Seperti diambil dari kutipan tulisan Dosen Pascasarjana UIN dan UMJ Muhbib Abdul Habib mengatakan "Kalaupun dalam proses politik seperti pilpres dan pilkada terjadi dinamika sosial-politik dengan tensi yang tinggi dan cenderung memanas, maka sesungguhnya bukan agama atau politik yang harus dipisahkan. ”Gesekan, intrik, atau perang” jargon agama dalam proses politik harus disikapi secara arif dan bijaksana."</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk itu Masing-masing pihak harus mampu menahan diri untuk tidak memperalat atau menjadikan agama sebagai pembenar agenda politiknya, apalagi digunakan secara membabi buta dan praktik politik kotor. Hawa nafsu atau syahwat berkuasa hendaknya tidak ”memerkosa” agama hanya untuk kepentingan politik sesaat. Agama harus diposisikan sebagai penerang, pencerah, dan pemandu jalannya perpolitikan yang santun, elegan, dan berakhlak mulia. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Ebiet Prayugo Radityo</div>
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4624482358163417256.post-88097539817313846732017-03-21T07:54:00.000+07:002017-06-12T02:47:27.985+07:00PRIMBON POLITIK - MENDUKUNG BELUM TENTU MEMILIH<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: justify;">
<b>Primbon Politik</b></div>
<b><br /></b>
<b>MENDUKUNG BELUM TENTU MEMILIH</b></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI <span style="text-align: justify;">Jakarta tak luput dari sorotan publik, berdasarkan hasil resmi yang dikutip dari situs KPU DKI Jakarta, perolehan suara ketiga pasangan calon belum mencukupi lebih dari 50 persen, sehingga belum bisa ditetapkan siapa yang menjadi pemenang dalam pilkada dki tersebut.</span></div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Komisi Pemilihan Umum (KPU DKI Jakarta) telah melakukan penghitungan hasil rekapitulasi suara masing-masing pasangan calon yakni Agus-Silvi (937.955) suara (17,05%), Ahok-Djarot (2.364.577) suara (42,99%) dan Anies-Sandi (2.197.333) suara (39,95%) dengan Total suara Sah 5.499.865 suara dan Tidak Sah 64.448 suara. Hasil ini telah ditetapkan.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Jadwal penyelenggaraan putaran kedua pemungutan dan penghitungan suara dilaksanakan tanggal 19 April 2017, namun hingga kini Pendukung Pasangan Nomor Urut 1 Agus-Silvi masih bingung dan bimbang menentukan pilihan kepada pasangan Ahok-Djarot atau Anies-Sandi, dari Empat Parpol Pendukung Agus-Silvi cuma Partai Amanat Nasional (PAN) yang sudah dipastikan Mendukung Anies-Sandi.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Saat ini Kedua Pasangan Calon Gubernur DKI Jakarta itu terus dibanjiri dukungan, tapi apakah dukungan tersebut murni karena visi dan misi para calon atau ada embel-embel lain? Karena pada putaran pertama banyak terjadi money politik, dari pembagian sembako, uang tunai yang dihargai hingga 1 juta rupiah dalam satu suara, dan cara-cara lainnya dilakukan para team sukses untuk mendapatkan suara.</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
Masyarakat Jakarta yang sulit kehidupan perekonomian akan mengadaikan hak suaranya demi mendapatkan uang yang bisa dipakai buat keperluannya. Dan hal ini akan dimanfaatkan oleh para team sukses untuk mencapai suara sebanyak-banyaknya, Mendukung Belum Tentu Memilih, karena banyaknya relawan atau partai yang mendukung salah satu pasangan calon, belum tentu bisa mendapatkan banyak suaranya, apalagi jika demokrasi dilakukan dengan cara-cara kotor seperti Money Politik yang sering dilakukan. Jika demikian, maka Aspirasipun akan tergadaikan, Pilihlah yang terbaik untuk Kemajuan masyarakat DKI Jakarta. (EPR)</div>
<br />Unknownnoreply@blogger.com0