Tingkatkan Kesehatan Dan Kebugaran Polres Kukar Laksanakan Tes Kesamaptaan Jasmani
Intibios Lab Hadir di Kelapa Gading Jakarta
Diakhir Penugasan Satgas Yonif Raider 100/PS Pos Arso 13 Keliling Kampung Laksanakan Pelayanan Kesehatan
FLO DKI Jakarta: Bersatu dalam Perbedaan di Palmerah Jakarta
Ketua Harian MOI, Siruaya Utamawan Jadi Dewas BPJS Kesehatan Periode 2021-2026
Tips Memakai Masker yang Baik dan Benar
OPSI Gelar Media Gathering di Ropisbak Jakarta
3M Coban Wajib Dimiliki untuk Jaga Kesehatan
Kehadiran Teknologi yang Dapat Meningkatkan Keamanan Pangan dan Ramah Lingkungan
Melihat permasalahan tersebut, 3M sebagai perusahaan yang berbasis teknologi dan sains selama 45 tahun di Indonesia, terus memberikan solusi untuk membantu konsumennya melalui inovasi dengan tujuan untuk dapat meningkatkan setiap kehidupan. Peran teknologi sangat penting dalam memastikan efektivitas pengendalian keamanan pangan dan Molecular Detection System (MDS) dari 3M merupakan salah satu teknologi yang dapat meningkatkan kualitas pangan.
Memanfaatkan kombinasi teknologi terkini yaitu Isothermal DNA Amplification dan Bioluminescence Detection, Molecular Detection System dari 3M merupakan sebuah alat uji yang dapat mendeteksi bakteri pada makanan seperti pemeriksaan bahan makanan terhadap kandungan bakteri patogen dengan hasil yang akurat, cepat, dan cost efisien. Hasil pengujian memiliki tingkat resolusi yang jauh lebih tinggi dalam satu tes tunggal, dan dapat memberikan informasi yang bisa segera ditindak lanjuti. MDS dari 3M saat ini telah dipakai di berbagai perusahaan produk konsumer di bidang F&B, FMCG dan banyak lainnya.
Inovasi produk ini berprinsip kuat terhadap keberlanjutan lingkungan dan merupakan wujud nyata dari komitmen 3M Sustainability. Pada metode pengujian Salmonella, Molecular Detection System terbukti mampu menurunkan penggunaan air dan energi serta menghasilkan sampah padat dan limbah CO2 yang sangat sedikit, jika dibandingkan dengan metode pengujian konvensional. Sebagai perusahaan yang berfokus pada eksplorasi sains, dan keyakinan bahwa setiap masalah memiliki solusinya, 3M selalu menerapkan keahlian teknologi untuk membantu memecahkan tantangan yang dihadapi dunia paling besar, seperti pada bahan baku, air, energi dan iklim, kesehatan dan keselamatan, serta pendidikan dan pengembangan.
Lembaga U.S. Department of Agriculture Food Safety and Inspection Service (USDA FSIS) telah memilih Molecular Detection System dari 3M sebagai metode utama yang akan digunakan untuk deteksi Salmonella dan Listeria monocytogenes: dua organisme patogen utama yang terus mengancam produksi dan pemrosesan makanan. Produk 3M telah teruji untuk memberikan hasil terbaik bagi masyarakat. 3M berkomitmen pada pendekatan kolaboratif berbasis sains untuk memberikan solusi terbaik dengan teknologi yang dapat memudahkan proses kehidupan, juga demi menjaga kehidupan itu sendiri dengan ikut serta menjaga lingkungan bumi. Untuk mempelajari lebih lanjut tentang Molecular Detection System dari 3M dan berbagai perangkat pengujiannya, silakan kunjungi www.3M.com/3MMolecularDetectionSystem **
Satpol Air Polres Kepulauan Seribu Sosialisasi Protokol Kesehatan Kepada Awak Kapal Nelayan
Antisipasi Berbagai Penyakit Polres Kukar Laksanakan Medical check Up
Ditengah Covid-19, Penyandang Diabetes Harus Capai Target Gula Darah
SGB Gelar Festival Mizuiku “Aku Cinta Air Bersih”
Ratusan undangan lainnya, diantaranya jurnalis, Manajemen Suntory Garuda Beverage dan Grup Perusahaan Induk Suntory di Jepang, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, Himpunan Penggiat Adiwiyata Indonesia (HPAI), karyawan SGB dan anak-anaknya, turut menyaksikan lewat streaming media.
Cicilia Sulastri, SH., M.Si. Kepala Pusat Pelatihan Masyarakat dan Pengembangan Generasi Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia menyampaikan, Kami menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya atas inisiatif PT. Suntory Garuda Beverage meluncurkan program Mizuiku – pendidikan konservasi air (Aku Cinta Air Bersih) yang berlangsung sejak tahun 2019.
"Kami berharap Program Mizuiku dapat mendorong warga sekolah khususnya pendidik dan peserta didik dalam melakukan Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah (PBLHS) terutama dalam penerapan perilaku ramah lingkungan hidup di sekolah yang terkait dengan aspek konservasi air,” kata Cicilia saat live lewat streaming media kanal resmi youtube Suntory Garuda Beverage. Rabu (05/08)
“Mizuiku - Aku Cinta Air Bersih” adalah program berkelanjutan dari Suntory Jepang untuk mempromosikan kesadaran
dan pentingnya air bersih kepada anak-anak agar mereka dapat menjadi agen-agen perubahan dalam usaha pelestarian air bersih. Mizuiku diawali 2004 di Jepang dan hadir di Indonesia pada 2019.
Pada kesempatan yang sama, Ong Yuh Hwang, Chief Executive Officer & President Director, Suntory Garuda Beverage, mengatakan, “Kami sangat senang dapat membagikan Mizuiku di Indonesia. Pada tahun kedua pelaksanaannya, kami bersyukur atas dukungan penuh dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia serta Himpunan Penggiat Adiwiyata Indonesia, sehingga Mizuiku dapat berjalan selaras dengan Adiwiyata yaitu Program Pendidikan Berbasis Lingkungan Hidup di Sekolah.”
Menurutnya, Mendukung upaya Pemerintah untuk memberikan pendidikan terbaik bagi siswa di masa Pembelajaran Jarak Jauh,
Mizuiku secara khusus mengembangkan modul pembelajaran dan pelatihan secara virtual. Bagi Kepala Sekolah dan Guru, mereka dapat terlibat pada kelas Train-the-Trainer bersertifikasi dan kompetisi strategi mengajar modul lingkungan. Bagi Siswa, kami menggelar Festival Mizuiku, kelas virtual serta perlombaan yang memberikan anak-anak
proyek sederhana untuk pemeliharaan air bersih.
Selain itu, lanjutnya, Mizuiku juga akan berfokus kepada pembinaan sekolah dalam pemilahan dan pengolahan sampah untuk memastikan konservasi air bersih. Program Mizuiku akan difasilitasi oleh tim guru yang memiliki kompetensi, pengalaman dan latar belakang pendidikan yang kuat. Seperti halnya pada 2019, kami juga memobilisasi karyawan SGB untuk terlibat dalam kelas pembelajaran maupun program air bersih bagi sekolah dan masyarakat.
Setelah seremoni pembukaan secara singkat oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Himpunan Penggiat Adiwiyata Indonesia, tutur Ong Yuh Hwang, Festival Mizuiku Nasional (FMN) dilanjutkan dengan penjelasan interaktif tentang daur air, air bersih di lingkunganku, menara air yang mengajarkan pentingnya menanam pohon serta bagaimana cara menjaga air tetap bersih melalui pemilahan dan pengolahan sampah. Materi di pos-pos pembelajaran ini dilakukan dengan video animasi, tarian Mizuiku, tepuk daur air, tepuk ciri air bersih dan beragam percobaan sederhana.
Ong Yuh Hwang menambahkan, Festival Mizuiku Nasional (FMN) akan dilanjutkan dengan Festival Mizuiku Wilayah (FMW) untuk area Jakarta pada 14 Agustus 2020, Gowa dan Sidoarjo pada 18 Agustus 2020 dan Banjarbaru dan Tangerang pada 25 Agustus 2020
mendatang. FMW melibatkan jumlah peserta antara 300 - 600 anak-anak dan guru per wilayah.
Melanjutkan pendidikan Aku Cinta Air Bersih yang dimulai pada 2019, pada tahun kedua ini, Mizuiku mendapatkan dukungan dari sekolah-sekolah yang telah mendapat sertifikasi Adiwiyata. Dengan komitmen yang kuat dari warga sekolah, Mizuiku diyakini menjadi nilai tambah bagi praktek pembelajaran pemeliharaan lingkungan hidup di Sekolah
Adiwiyata, khususnya terkait konservasi air bersih.
Selanjutnya, ucap Ong Yuh Hwang, pada sesi-sesi Mizuiku Train-the-Trainer bersertifikasi, Kepala Sekolah dan Guru akan diajak untuk mengidentifikasi potensi serta permasalahan air di lingkungannya. Hasil identifikasi tersebut kemudian dituangkan dalam Rencana Program Pembelajaran (RPP) karena belajar mengenai pelestarian air bersih, seyogyanya dapat dilakukan pada beragam mata pelajaran dan harus dikaitkan dengan konteks keseharian siswa di rumah, sekolah dan lingkungannya. Sehingga siswa dapat dengan mudah mempraktekkan pengetahuan serta kemampuan pelestarian air bersih yang telah diperolehnya.
Berjalan simultan dengan program edukasi, imbuhnya, Mizuiku juga memberikan akses air bersih dan sanitasi, konservasi air melalui panen air hujan, biopori, penghijauan serta pengelolaan sampah plastik, kepada sekolah dan komunitas di lokasi produksi Perusahaan. Hal ini merupakan wujud nyata dukungan Mizuiku bagi Indonesia yang lebih bersih dan hijau, sehingga kita bersama dapat mewariskan lingkungan dan air bersih kepada generasi berikutnya.
Selain itu, katanya, SGB berbagi misi korporasi yang sama dengan perusahaan induknya, Suntory, yaitu: “to Create Harmony with People and Nature” serta semangat pendiri Suntory: "Giving back to Society" sebagai misi besar perusahaan untuk mewariskan segala hal yang baik bagi generasi kita selanjutnya.
"Bangga menjadi bagian dari Suntory Group, SGB menekankan pentingnya keberlanjutan air bersih. Bukan saja karena air merupakan inti bisnis perusahaan tapi air juga merupakan sumber daya paling berharga untuk mendukung kehidupan manusia," pungkasnya. (Arianto)
Thermo Gun Merusak Otak Pernyataan Yang Salah
Putus Mata Rantai Virus Corona Polsek Cengkareng Lakukan Penyemprotan Disenfektan dan Fogging
Polres Majalengka Sumbang Ratusan Alat Pelindung Untuk Tenaga Medis
PHRI: Membangkitkan Kembali Pariwisata Ditengah Badai Corona
Duta Nusantara Merdeka | Jakarta
Tenaga Kesehatan Puskesmas Dan Kelurahan Penggilingan Sosialisasi Aksi Cuci Tangan
IDAI: ASI Eksklusif 6 Bulan Merupakan Makanan Anak Terbaik
Duta Nusantara Merdeka | Depok
WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif 6 bulan yaitu pemberian ASI saja kepada bayi selama 6 bulan tanpa pemberian makanan minuman apapun, kecuali beberapa tetes obat, vitamin dan mineral.
Setelah 6 bulan, menyusui tetap dilanjutkan sesuai permintaan atau sesering yang diinginkan bayi/anak bersama dengan MPASI yang memenuhi diet minimal yang dapat diterima (Minimum Acceptable Diet - MAD) hingga usia 2 tahun atau lebih.
Di sisi lain, ibu hamil dan laktasi sebagai modal produksi ASI memillki angka status gizi kurang yang tinggi yang ditandai dengan prevalensi anemia dan KEK yang tinggi.
Prof. Dr. drg. Sandra Fikawati, MPH MC selaku Panitia mengatakan, Seminar ini digelar Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan (PKGK) FKMUI bertujuan untuk memberikan informasi mengenai rekomendasi terakhir ASI dan MPASI dan membahas evidens baik dari Indonesia maupun negara lain mengenai ASI, MPASI, dan status gizi bayi dan ibu dalam konteks membangun rekomendasi untuk Indonesia.
"Seminar dihadiri oleh akademisi dan peneliti gizi dan kesehatan masyarakat, mahasiswa gizi dan kesehatan masyarakat, kementerian dan lembaga terkait ASI dan MPASI, NGO dan LSM di bidang gizi dan kesehatan masyarakat dan organisasi profesi," kata Sandra saat Seminar Bertajuk "ASI dan MPASI: Dalam Konteks Evidens di Indonesia" pada Sabtu 22 Februari 2020 di Aula A FKMUI, Kampus UI Depok.
Prof. Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif Sp.A (K) dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) mengatakan, Rekomendasi ASI dan MPASI versi IDAI: ASI merupakan makanan anak terbaik. ASI saja cukup sampai anak umur 6 bulan. Setelah 6 bulan, kandungan ASI tidak cukup memenuhi kebutuhan zat gizi anak. Mengapa? Karena anak tumbuh terus, sementara produksi dan kandungan zat gizi ASI tidak meningkat, sehingga kebutuhannya terhadap semua zat gizi meningkat.
Pada umur 6-8 bulan, kata Damayanti, ASI kekurangan 200 kalori/hari untuk memenuhi kebutuhan anaknya, kekurangan ini naik menjadi 300 kalori saat anak umur 9-11 bulan; dan meningkat menjadi 550 kalori saat anak berumur 12-23 bulan. Sehingga saat anak umur 12-23 bulan, walaupun diberi ASI sebanyak 550 ml/hari, tetap akan mengalami kekurangan energi sebanyak 60% dari kebutuhannya.
Untuk zat gizi lain juga demikian. Lanjutnya, Pada umur 12 bulan, ASI kekurangan 40% dari kebutuhan protein anak, 90% dari kebutuhan besi dan 80% dari kebutuhan vitamin A anak. Kekurangan inilah yang perlu didapat dari makanan pendamping ASI (MPASI). Kekurangan tersebut akan dapat dipenuhi bila anak mendapatkan makanan yang beragam dan yang jumlahnya cukup.
Agar kebutuhan energinya tercukupi, tegasnya, maka frekuensi makan anak harus disesuaikan dengan umurnya. Agar mencukupi kebutuhan mikronutriennya, maka makanan anak harus beragam, setidaknya mengandung 4 dari 7 jenis kelompok makanan, yaitu 1. padi-padian/akar, umbi yang biasanya merupakan makanan pokok; 2. Legumes dan kacang-kacangan; 3. Dairy products (Susu, yoghurt & keju); 4. Flesh foods (daging, ayam dan ikan dan hatildaging jeroan); 5. Telur; 6. Buah dan sayuran kaya Vitamin A; dan 7. Buah dan sayuran lainnya.
Data Indonesia (SDKI 2017) menunjukkan bahwa prevalensi anak yang mendapatkan ASI eksklusif sampai umur 4-5 bulan masih rendah, yaitu hanya 38%. Sementara itu, lebih dari separo anak umur 6-23 bulan mendapatkan diet yang tidak memenuhi kebutuhan minimalnya.
Oleh karena itu, imbuhnya, tantangan kedepan untuk perbaikan gizi anak, terutama untuk menurunkan stunting pada 2 tahun pertama kehidupan, masih besar. Tantangan ini terutama lebih berat untuk ibu bekerja, karena cuti hamil yang hanya 3 bulan dan menyeimbangkan antara memenuhi kebutuhan bayinya, kewajiban di rumah sebagai ibu dan menjaga kesehatannya sebagai ibu dan pekerja.
Pada Seminar sesi 2, Prof. Dr. drg. Sandra Fikawati, MPH MC, dengan tajuk "Status & Konsumsi Gizi lbu Laktasi" mengatakan bahwa situasi status gizi ibu hamil dan menyusui di Indonesia perlu diperhatikan secara lebih serius khususnya terkait anemia dan kurang energi kronis (KEK). Keduanya dapat berakibat negatif terhadap pertumbuhan janin dan bayi, termasuk stunting.
Sedangkan, Prof. dr. Budi Utomo, MPH, PhD menegaskan pentingnya pemberian MPASI dini yang tepat untuk memastikan pertumbuhan anak yang optimal.
Pada kesempatan seminar yang sama, Ahmad Syafiq PhD, dengan tajuk "Meninjau 1000 HPK: ASI Eksklusif dan Stunting" mengungkapkan bahwa ASI Eksklusif meskipun dampaknya terhadap stunting masih perlu dikonfirmasi, tetapi tetap penting untuk menurunkan angka morbiditas (penyakit) dan mortalitas (kematian) bayi dan anak.
Selanjutnya, Indri Hapsari, PhD dalam seminar dengan tajuk "Meninjau Regulasi ASI Eksklusif lbu Bekerja" menjelaskan situasi mengenai aturan pemberian ASI dan ASI Eksklusif di Indonesia terutama terkait dengan peraturan cuti bagi ibu bekerja yang masih terlalu pendek yaitu hanya 3 bulan.
"Diharapkan seminar ini bisa membuka wawasan bagi masyarakat serta pemerhati gizi dan kesehatan untuk dapat memberikan ASI eksklusif 6 bulan dan ASI sampai 2 tahun kepada bayi/anak sebagai makanan terbaiknya tanpa melupakan pentingnya untuk selalu memonitor pertumbuhan dan perkembangan bayilanak dan memperhatikan status dan asupan gizi ibu laktasi," pungkasnya. (Arianto)
Badan POM: Potensi Obat Herbal Indonesia Sangat Besar
Duta Nusantara Merdeka | Jakarta