Keputusan mengejutkan datang dari Joao Angelo De Sousa Mota, Direktur Utama PT Agrinas Pangan Nusantara, yang resmi mengundurkan diri.
Dalam pernyataannya, Joao menyoroti maraknya invasi penggilingan padi besar yang menguasai pasar, sementara petani kecil hanya dijadikan buruh di tanah sendiri.
Ia membeberkan praktik oplosan beras dan penjualan produk tak layak konsumsi yang dilakukan demi meraup keuntungan besar dari subsidi pemerintah.
Menurutnya, penggiling padi skala besar membeli gabah murah dari petani kecil penerima subsidi, lalu menjualnya kembali dengan harga pasar tinggi.
"Ini merusak ketahanan pangan. Keuntungan besar diambil dari subsidi negara, sementara petani tetap miskin," tegas Joao di Jakarta Timur, Senin (11/08/2025).
Fakta lain yang diungkap, sektor pangan nasional kini 90 persen dikuasai pengusaha swasta, dengan pemerintah hanya mengendalikan sekitar 10 persen pasokan.
Kondisi ini, kata Joao, membuat bangsa rentan krisis karena ketergantungan tinggi terhadap segelintir pemain besar di industri pangan.
Joao menegaskan pengunduran dirinya bukan bentuk lari dari tanggung jawab, melainkan menjaga integritas dan nama baik setelah enam bulan menjabat.
Ia tak ingin dicap gagal menjaga ketahanan pangan, apalagi menjadi bagian dari sistem yang dianggapnya sarat permainan kotor.
Danantara Indonesia selaku induk Agrinas mengonfirmasi penerimaan surat pengunduran diri Joao, dan menegaskan komitmen terhadap prinsip tata kelola perusahaan yang baik.
CEO Danantara, Rosan Roeslani, menegaskan semua aksi korporasi, termasuk di Agrinas, dilakukan melalui kajian kelayakan dan sesuai prosedur ketat.
Pengunduran diri ini menjadi sinyal serius bahwa problem pangan nasional bukan hanya soal cuaca atau produksi, melainkan permainan struktur dan kekuasaan.
Jika dibiarkan, dominasi swasta atas pangan dikhawatirkan mengancam kedaulatan negara dan masa depan jutaan petani Indonesia.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق