Siapa yang tak kenal Timothy Ronald? Kreator konten ini sering bikin warganet berpikir keras—bahkan kesal. Tapi justru itulah kekuatannya: memancing emosi dengan teknik komunikasi yang terstruktur dan memikat secara psikologis.
Timothy kerap memakai teknik Contrarian Trigger, yakni mengambil posisi bertentangan dari pendapat umum. Misalnya, menyebut gym bukan tempat sehat. Kalimat seperti ini sukses menghentikan scroll dan memicu debat.
Strategi ini dikenal dengan rumus P.U.M.A: Pilih topik populer, Ubah sudut pandang, Masukkan logika, Ajak audiens berpikir. Teknik ini terbukti efektif mengundang komentar, share, dan penyimpanan konten.
Muridnya, @kelspatricia, sukses memakai rumus ini saat membahas pajak progresif mobil pribadi. Dengan twist logika sederhana, kontennya viral dan ditonton hampir 10 juta kali di berbagai platform.
Teknik lain yang sering dipakai Timothy adalah Cognitive Dissonance—benturan logika. Misalnya, saat ia bilang "tidur siang cuma buat bayi", audiens terpancing karena merasa perlu membela keyakinannya.
Rumusnya disebut H.A.T.I: Hal yang disukai, Angkat sudut berbeda, Tantang pendapat, Isikan insight. Strategi ini ampuh menyulut diskusi dan mempertahankan perhatian pengguna.
Contoh sukses lainnya datang dari @romijabrand. Ia menyebut “viral bukan pencapaian, tapi beban.” Kontennya menantang persepsi umum dan ditonton lebih dari 1 juta kali.
Timothy juga kerap gunakan Mind-Blowing Comparison, atau perbandingan ekstrem. Seperti saat ia menyebut Eropa sebagai “negara termiskin”. Rumus B.E.D.A dipakai: Bandingkan ekstrem, Eksekusi unik, Dukung data, Ajak mikir.
Murid lain, @ayrianti, mengangkat isu pernikahan mewah vs kemiskinan setelah menikah. Insight sederhana namun relate membuat kontennya viral hingga 3 juta views.
Trik-trik ini bukan sekadar clickbait. Bila dieksekusi dengan logika, data, dan niat berbagi perspektif baru, dampaknya bisa membangun brand personal yang kuat dan kredibel.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق