Seorang kreator konten asal Jawa Timur, Yusuf (@yusufode), memicu kehebohan warganet setelah mengaku mengalami perlakuan rasis di sebuah kafe populer Kerobokan, Bali.
Cerita Yusuf, yang dibagikan melalui Thread, langsung menyebar cepat, disukai ribuan akun, dan menuai banjir komentar dari pengguna media sosial di seluruh Indonesia.
Kejadian bermula ketika Yusuf datang sendirian, duduk di meja berkapasitas empat orang, dan memesan makanan seperti pengunjung lain pada umumnya.
Tak lama kemudian, staf kafe memintanya pindah ke meja kecil dekat pintu dapur dengan alasan meja besar diperuntukkan bagi tamu dengan kapasitas penuh.
Namun, Yusuf terkejut melihat pasangan ekspatriat duduk di meja yang ia tempati sebelumnya tanpa mendapat teguran atau permintaan pindah tempat duduk.
"Yang bulenya cuma nunggu satu orang aja. Kenapa ke orang lokal tegas, tapi ke bule nggak?" tulis Yusuf di unggahannya yang viral.
Yusuf secara terbuka menyebut nama kafe tersebut, Braud, membuat banyak warganet mengaku pernah mengalami perlakuan serupa di Bali sebelumnya.
Pihak Braud segera memberikan klarifikasi di kolom komentar, menyebut pasangan asing itu awalnya mengaku datang bertiga, sehingga diarahkan ke meja empat orang.
Namun, hingga selesai makan, tamu tersebut hanya duduk berdua, memicu kesan berbeda perlakuan di mata pengunjung lain.
"Kami tidak pernah berniat membedakan tamu. Tim kami sepenuhnya lokal, dan mayoritas pelanggan setia adalah warga lokal," tulis pihak Braud.
Manajemen juga menduga kesalahpahaman terjadi karena staf yang bertugas kurang fasih berbahasa Inggris, sehingga komunikasi tidak berjalan efektif.
Kasus ini memicu perdebatan sengit di media sosial tentang dugaan diskriminasi dan standar pelayanan di destinasi wisata populer Bali.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق