Satu - Satunya Tampil Beda, Koran Politik Paling Berani Mengkritik Terpanas dan Perang Terhadap Koruptor, Narkoba, Teroris Musuh Rakyat ~~~~~>>>>> Kami Menerima Artikel, Opini, Berita Kegiatan, Iklan Pariwara dapat mengirimkannya melalui email dutanusantaramerdeka@yahoo.co.id

Memetakan Kekuatan Politik Menurut Neuroscience


Duta Nusantara Merdeka |
Kontestasi perhelatan pesta demokrasi yang berlangsung di tanah air sangat menarik untuk dicermati. Tahap demi tahap proses demokrasi ini sudah dilalui dengan tertib, meski ada beberapa kericuhan kecil di beberapa lokasi, seperti di Yogya misalnya. Tapi secara keseluruhan bisa dikatakan bahwa sampai hari ini, situasi masih kondusif.

Untuk melakukan pemetaan kekuatan politik yang banyak dilakukan saat ini melalui metode survey yang dilakukan oleh beberapa survey. Metode statistik yang digunakan selama ini dianggap mampu mengilustrasikan keadaan yang sesungguhnya, meski ada kesalahan saat memprediksi pilkada tahun lalu di Jakarta.

Alasan yang mengemuka kemudian adalah bahwa pilihan politik itu bersafat cair dan tidak rigid, artinya bisa saja berubah setiap saat. Fenomena salahnya lembaga survey yang memprediksi kemenangan si “A” di Jakarta yang dikalahkan oleh si “B”, telah meluluhkan bangunana netralitas akademik pada beberapa lembaga survey. Akhirnya timbulah anggapan di sebagian masyarakat bahwa lembaga survey X, Y, atau Z bisa “dibeli” agar memunculkan kemenangan seolah – olah bagi si ‘A”. 

Kenapa lembaga survey dianggap bisa dibeli ? Sebagian orang berpendapat bahwa tujuannya agar mempengaruhi psikologi massa, karena massa cenderung merapat kepada calon yang dianggap memiliki potensi menang, apalagi bagi kaum opportunis politik, karena mendekat pada pihak yang diperkirakan menang kalkulasi politiknya adalah ada ‘kemungkinan” untuk mendapatkan sediit “kue kekuasaan” atas hasil jerih payahnya selama ini ikut berjuang memenangkan si A atau si B misalnya.

Jadi kalkulasi politiknya kebanyakan didasarkan atas untung rugi pribadi dalam membaca peta pertarungan, bukan karena nilai – nilai prinsip perjuangan. Tentu tidak semua orang berfikir demikian, karena mungkin saja masih banyak sebagian orang yang menjunjung tinggi nilai – nilai idealisme dalam memperjuangkan sebuah keyakinan.

Studi tentang neuroleadership sebenarnya sudah mampu membaca kekuatan politik dalam kontestasi politik yang merujuk pada otak. Hal ini pernah diungkapkan oleh Prof. Taruna Ikrar, seorang ahli otak dan neurosains Indonesia. Beliau Guru Besar di Pacific Health Sciences University, California - Amerika Serikat.

Putera kelahiran Gowa Sulawesi Selatan ini pernah menuturkan tentang studi pengukuran otak dan kaitannya dengan pilihan politik sejak Barack Obama terpilih menjadi pemimpin AS tahun 2008, dimana John Hopkins University melakukan riset khusus tentang kecenderungan politik. Hasilnya mencengangkan, di mana parameternya melihat genetik dan kecenderungan pemilihan berdasarkan pada otak.

Sejak itu studi otak untuk kecenderungan pemilihan politik di Amerika Serikat makin menarik. Buktinya, pada 2016, muncul hasil riset baru yang terkenal dengan studi red and blue brain. Studi ini mampu melihat kecenderungan pemilihan politik warga Amerika Serikat sampai tujuh generasi.

Hasil riset menemukan bahwa orang yang memilih Partai Demokrat itu daerah korteksnya punya densitas tinggi, lebih banyak syarafnya. Kalau di Partai Republik itu terbalik, di bagian sublimbik itu lebih tebal dibanding korteks. Pola ini menunjukkan bahwa Partai Republik lebih banyak dipilih warga dengan ekonomi kelas atas. Lihat saja saat Donald Trump terpilih jadi presiden, orang kaya Amerika mendesak pemerintahan Negeri Paman Sam agar tidak banyak memungut pajak.

Sebaliknya, Partai Demokrat merupakan pilihan warga menengah ke bawah, maka tak heran persoalan kecenderungan isu imigran luar biasa dalam kelompok ini. Jadi berdasarkan studi ini, pemilihan politik bukan hanya membentuk pattern tertentu tapi sirkuit pemilihan tertentu.

Jadi dalam membaca kekuatan politik atau kecenderungan kandidat yang akan menang tidak hanya diukur dengan metode statistik oleh lembaga survey saja, melainkan juga bisa dianalisis menggunakan pendekatan neuroscience. **

Penulis : Dede Farhan Aulawi
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


KIRIM BERITA SILAHKAN KLIK

KIRIM BERITA ANDA KESINI! Merasa Terbantu Dengan Publikasi ? Ayo Traktir Kopi Untuk Admin Dengan Cara Berbagai Donasi. Terimakasih :)



BREAKING NEWS

~||~ Muhammadiyah Tetapkan 1 Ramadhan 1446 Hijriah Jatuh Pada Hari Sabtu 1 Maret 2025 ~||~ 1 Syawal Jatuh Pada Tanggal 31 Maret 2025 ~||~ Muhammadiyah Luncurkan Ojek Online ZENDO ~||~ 140 Siswa SMKN 10 Medan Gagal SNBP ~||~ Prabowo Subianto Kembali Menjabat Sebagai Ketua Umum Partai Gerindra Periode 2025 - 2030 ~||~ Praperadilan Hasto Kristianto Di Tolak ~||~ #INDONESIADAMAI ~||~

Kilas Balik Bung Karno

Kilas Balik Bung Karno - Makna Proklamasi

Ir. Soekarno (Sang Proklamator) Setiap Tahun kita Memperingati Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Maka kita tidak bisa t...

Like Fanpage

Follow In Twitter

Breaking News

IKUTI KAMI


loading...

NONTON VIDEO DAPAT DUIT

10 Berita Populer

IKLAN

IKLAN
Ingin Pasang Iklan hubungi Kami di 0812 6582 534

IKUTI BERITA VIDEO KAMI DI YOUTUBE

POS PETIR

PAGAR LAUT

Pagar Laut yang terjadi di Tangerang Memang Membuat Heboh Indonesia, Apalagi Ada Sertifikatnya, Berarti Sudah Ada IzinnyaRakyat Semakin Cemas dan Khawatir, Apalagi Kalau Udara Mau DipagarBagai Tersambar Petir Mendengar Pagar-Pagaran .

HALLO KRING..!!!

12 PAS

PANCASILA UDAH FINAL

Pembahasan RUU Haluan Ideologi Pancasila Banyak Penolakan Dari Berbagai Kalangan Masyarakat, Memang Seharusnya Tidak Usah Dibahas Dan Lebih Baik Dibatalkan. Pancasila Dasar Negara.
Tendangan 12 PAS Dihentikan

SOS

INDONESIA DARURAT NARKOBA

Sudah dijatuhi hukuman mati bahkan sudah ada yang dieksekusi, tapi masih banyak bandar narkoba semakin merajalela, terbukti banyak yang ditangkap petugas Polisi maupun BNN (Badan Narkotika Nasional) tapi belum kapok juga mereka, justru sipir penjara malah terlibat. Kalau sudah darurat begini, hukuman mati jangan berhenti, jalan terus!.

QUO VADIS

Kunjungan Statistik

1830171

Online

IKLAN USAHA ANDA


PAGAR LAUT INDONESIA

~> Sekarang Lagi Heboh Tentang Pagar Laut Yang Terjadi Di Indonesia

<~ Memang Harus Jelas Apa Maksudnya Laut Dipagar, Karena Seharusnya Yang Dipagar itu Batas Wilayah Indonesia Dengan Negara Lain

Link Terkait

close
Banner iklan disini