Gelombang dua jemaah calon haji Indonesia mulai tiba di Bandara King Abdul Aziz International (KIAA) Jeddah pada Sabtu, 17 Mei 2025. Tidak seperti jemaah yang mendarat di Madinah, para jemaah di Jeddah langsung dipisahkan berdasarkan syarikah masing-masing—yakni perusahaan penyedia layanan yang ditunjuk oleh Pemerintah Arab Saudi.
Proses ini menimbulkan kemungkinan jemaah haji terpisah dari rombongan atau keluarga, meskipun berasal dari kelompok terbang (kloter) yang sama. Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Bandara PPIH Arab Saudi, Abdul Basir, mengatakan pihaknya sedang melobi Kementerian Haji Arab Saudi untuk menyatukan kembali jemaah yang terpisah jika dimungkinkan.
“Tapi kalau tidak bisa, proses penggabungan akan dilakukan oleh Daker Makkah,” ujarnya, Jumat malam (16/5/2025). Untuk mencegah kebingungan, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi di Indonesia telah diminta menyiapkan tanda khusus seperti label warna pada koper dan penanda di pakaian atau tangan.
Tahun ini, terdapat delapan syarikah yang melayani jemaah Indonesia: Al Bait Guests, Rakeen Mashariq, Sana Mashariq, Rehlat & Manafea, Al Rifadah, Rawaf Mina, MCDC, dan Rifad. Masing-masing akan menangani antara 11.000 hingga 36.000 jemaah.
Syarikah bertanggung jawab menyediakan layanan logistik, kesehatan, dan akomodasi selama ibadah haji. Dengan jumlah jemaah yang besar, sistem pemisahan ini menjadi solusi logistik terbaik—meski menimbulkan tantangan koordinasi.
Namun, dengan kolaborasi antara PPIH, Daker Bandara, dan Daker Makkah, jemaah tetap dapat menjalani proses ibadah haji secara tertib dan nyaman. Pemberian penanda visual menjadi kunci untuk mempermudah identifikasi dan penggabungan kembali.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar