Tidak semua orang sadar bahwa penampilan bukan hanya soal uang. Beberapa kebiasaan sepele justru bisa membuat seseorang terlihat miskin di depan umum, meski pakai barang branded.
Pakaian kusut dan kotor langsung menurunkan nilai visualmu. Tak peduli harga outfit-nya, tampilan lusuh memancarkan kesan tidak peduli dan tak siap tampil di ruang publik.
Sering menonjolkan logo merek di baju malah memberi kesan butuh pengakuan. Elegan justru lahir dari kesederhanaan, bukan pamer label.
Bicara dengan suara keras di tempat umum bukan bukti percaya diri. Itu mencerminkan kurangnya kontrol diri dan kesadaran sosial.
Ada pula kebiasaan update barang mewah, tapi sering berutang. Tren konsumtif bisa menciptakan ilusi sejahtera yang rapuh dan penuh tekanan.
Tertawa berlebihan di ruang publik berpotensi merusak kesan elegan. Tertawa adalah seni, dan seni butuh tempat serta takaran.
Suka bicara kasar atau bergosip bisa menurunkan citra secara sosial. Miskin karakter lebih berbahaya dibanding miskin materi.
Gaya jalan yang tergesa dan tidak tegap menunjukkan minimnya rasa percaya diri. Padahal, cara berjalan mencerminkan citra pribadi.
Postur tubuh juga bagian dari bahasa nonverbal. Berdiri tegak dan duduk dengan anggun menunjukkan kendali, harga diri, dan kesiapan menghadapi dunia.
Tanpa disadari, delapan kebiasaan kecil ini membentuk persepsi orang terhadap siapa kita. Dan persepsi sosial bisa membuka atau menutup peluang.
Jadi, bukan soal kaya atau miskin atau isi dompet. Tapi seberapa bijak kita membawa diri di ruang publik. Karena harga diri bukan ditentukan harga baju.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق