Kekerasan bersenjata di perbatasan Thailand-Kamboja kembali memanas dan menelan korban sipil. ASEAN diminta segera mengambil langkah nyata demi perdamaian kawasan.
Seruan mendesak datang dari ASEAN Parliamentarians for Human Rights (APHR), yang menyerukan pendekatan diplomatik daripada aksi balasan bersenjata. APHR meminta Thailand dan Kamboja menahan diri dan memilih jalur dialog.
Insiden yang terjadi 24 Juli 2025 itu menewaskan sedikitnya sembilan warga sipil, termasuk seorang anak berusia delapan tahun. Serangan udara F-16 dan tembakan artileri menghantam wilayah Surin dan Sisaket di Thailand, menyebabkan puluhan rumah, sekolah, dan fasilitas medis rusak.
Ketua APHR, Mercy Chriesty Barends, menyampaikan keprihatinan mendalam atas dampak kemanusiaan yang luas. Ia menegaskan, konflik ini tidak hanya merenggut nyawa, tapi juga menghancurkan kehidupan dan ikatan sosial masyarakat perbatasan.
“Warga yang dahulu melintasi perbatasan untuk berdagang atau sekolah, kini menghadapi trauma, pengungsian, dan kehilangan sumber penghidupan,” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (24/07/2025).
Sebagai Ketua ASEAN tahun ini, Malaysia dinilai memiliki peran strategis untuk memediasi dan meredakan ketegangan. APHR mendorong Perdana Menteri Anwar Ibrahim agar menggunakan pengaruhnya untuk membuka ruang negosiasi damai.
Charles Santiago, Wakil Ketua APHR dan mantan anggota parlemen Malaysia, menilai intervensi Anwar dapat mengubah situasi genting menjadi komitmen bersama melindungi warga sipil.
APHR juga mendesak pembentukan koridor kemanusiaan dan dimulainya kembali perundingan langsung antara kedua negara. Hal ini selaras dengan Piagam ASEAN yang menjunjung penyelesaian damai dan perlindungan HAM sebagai prinsip utama.
Anggota parlemen Malaysia, Wong Chen, turut menekankan pentingnya ASEAN menempatkan nilai kemanusiaan di atas segalanya. Menurutnya, ini adalah momen ujian moral bagi ASEAN, bukan sekadar kontestasi kekuatan militer.
“ASEAN harus membuktikan bahwa keberadaannya relevan, dan keberpihakannya jelas: kepada manusia, bukan kekuasaan,” tegasnya.
Reporter: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق