Banyak orang merasa hidupnya kekurangan cinta, padahal kuncinya bukan terletak pada siapa yang tidak mencintai, melainkan pada kesadaran akan cinta yang sudah ada. Cara berpikir inilah yang kini menjadi tren gaya hidup positif dan self-love di kalangan masyarakat urban.
Pakar pengembangan diri menyarankan, daripada fokus pada kekosongan, kita sebaiknya menghargai apa yang dimiliki. Misalnya, saat hanya punya waktu tidur lima jam, ubah narasinya dari keluhan menjadi apresiasi: “Yuk, tidur berkualitas di lima jam ini”. Begitu pula dengan cinta, alih-alih meratapi status lajang, sadari cinta dari ibu, anak, sahabat, atau bahkan hewan peliharaan.
Dengan mengalihkan fokus ke hal-hal positif, hidup terasa lebih ringan dan penuh makna. Mentalitas ini membentuk apa yang disebut sebagai vibrasi keberlimpahan, yang dipercaya dapat menarik cinta, energi baik, dan keberuntungan dari semesta.
Fokus pada yang hadir—bukan yang absen—mendorong pikiran bersyukur. Sikap ini mampu mengubah persepsi hidup, meningkatkan kesejahteraan emosional, dan memperkuat hubungan sosial. Tak heran jika banyak praktisi mindfulness menekankan pentingnya kesadaran terhadap cinta yang sudah ada.
Hidup bahagia bukan soal memiliki segalanya, tetapi soal mampu melihat dan menghargai yang ada. Saat kita berhenti merasa kurang dan mulai mencintai hidup apa adanya, justru saat itulah cinta akan datang tanpa kita minta.
“Cinta itu seperti magnet: saat kamu penuh, kamu menarik lebih banyak,” ungkap salah satu praktisi healing terkemuka. Jadi, ubahlah narasi batinmu, dan biarkan semesta yang bekerja.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق