Kesalahan logika atau logical fallacy sering menjadi jebakan dalam perdebatan. Banyak orang terjebak tanpa sadar, sehingga argumen menjadi rapuh dan mudah dipatahkan lawan bicara.
Salah satu contoh paling populer adalah ad hominem, yakni menyerang pribadi lawan, bukan substansi argumen. Misalnya, “kamu bodoh, jadi pendapatmu pasti salah,” padahal isi argumentasi belum tentu keliru.
Lalu ada bandwagon fallacy, menganggap sesuatu benar hanya karena mayoritas mempercayainya. Contohnya, “semua orang melakukannya, jadi ini pasti benar,” padahal kebenaran butuh bukti.
Kesalahan lain adalah straw man argument. Lawan bicara mengubah argumen orang lain menjadi versi lemah agar mudah diserang, layaknya membuat “orang-orangan sawah” untuk dipukul.
Tidak kalah berbahaya, appeal to authority atau mengandalkan tokoh. Banyak orang menganggap klaim otomatis benar hanya karena disampaikan figur terkenal tanpa mengecek fakta.
Kesalahan berikutnya adalah false dilemma, yakni hanya menyajikan dua pilihan ekstrem seolah tanpa opsi lain. Padahal, realitas sering menyediakan solusi tengah yang lebih rasional.
Memahami kelima kesalahan logika ini membuat kita lebih waspada dalam diskusi. Bukan hanya melindungi diri dari manipulasi, tetapi juga mengasah kemampuan berpikir kritis secara sehat.
Dalam era digital penuh opini dan informasi bertebaran, literasi logika sangat penting. Netizen perlu berhati-hati agar tidak ikut menyebarkan argumen cacat yang memperkeruh ruang publik.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar