Lonjakan kasus pneumonia di Indonesia terus mengkhawatirkan. Data Kementerian Kesehatan RI mencatat peningkatan signifikan dari 429.007 kasus pada 2020 menjadi 857.483 kasus pada 2024, dengan tren terus meningkat.
Tim ISPA Kemenkes menyebut lonjakan ini sebagian besar berasal dari kasus pneumonia balita, yang masih menjadi prioritas dalam menekan angka kematian anak akibat infeksi saluran pernapasan.
Namun, laporan rumah sakit menyatakan bahwa kematian akibat pneumonia justru meningkat di kalangan usia di atas lima tahun, termasuk kelompok lansia dan dewasa dengan penyakit penyerta.
Dr. Eka Ginanjar, Ketua Umum PAPDI, mengingatkan bahwa pneumonia dewasa dan lansia sering terabaikan, padahal kelompok ini menyumbang angka kematian tinggi akibat komplikasi infeksi paru.
“Penderita penyakit jantung, diabetes, hingga hipertensi sangat rentan. Karena itu, vaksinasi pneumonia dewasa menjadi langkah kunci untuk menurunkan risiko komplikasi berat,” ujar Eka.
Pneumonia adalah infeksi paru-paru yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur. Bakteri Streptococcus pneumoniae menjadi penyebab paling umum kasus yang memerlukan rawat inap.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut pneumonia sebagai penyebab kematian tertinggi akibat penyakit infeksius, terutama pada balita dan manula di negara berkembang seperti Indonesia.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) juga mencatat bahwa pneumonia lansia menjadi salah satu penyebab utama kematian dan rawat inap di kelompok usia tua secara global.
Kemenkes terus memperkuat strategi pencegahan melalui deteksi dini pneumonia, edukasi masyarakat, serta pelatihan petugas kesehatan agar intervensi bisa dilakukan sebelum kondisi memburuk.
Pemerintah mengimbau masyarakat, terutama keluarga dengan balita atau lansia, untuk segera memeriksakan gejala batuk, sesak, atau demam tinggi agar mendapat penanganan cepat.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar