Jakarta kini jadi panggung panas drama politik–ekonomi. Bukan soal migas atau batu bara, tapi tentang nampan makan alias food tray.
Pemerintah resmi melonggarkan impor demi program Makan Bergizi Gratis (MBG). Keputusan ini bak memukul telak produsen lokal yang merasa sudah bersiap menopang kebutuhan nasional.
Asosiasi Produsen Wadah Makan Indonesia (Apmaki) bereaksi keras. Mereka menuding kebijakan ini merusak kepercayaan pelaku industri yang sudah menggelontorkan investasi besar demi program pemerintah.
Sekjen Apmaki, Alie Cendrawan, menyebut pihaknya bahkan memodifikasi pabrik dan mengikuti arahan pemerintah. Namun, kesempatan justru “diserobot” produk impor yang masuk lewat pintu kebijakan baru.
Di sisi lain, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, membalas dengan data. Ia mengaku sudah sejak 2024 mengajak produsen lokal memproduksi food tray, tapi responsnya lemah.
“Kami butuh 70 juta unit pada November. Produksi lokal hanya 10 juta per bulan. Tanpa impor, kita kekurangan 30 juta unit,” tegas Dadan.percaya program ini akan jalan," kata Dadan di Jakarta, Selasa (5/8/2025).
Hitung-hitungan BGN sederhana namun tajam: empat bulan ke depan, stok domestik hanya tembus 40 juta. Sisanya? Harus dikejar dari luar negeri.
Dadan juga mengingatkan, 2026 nanti BGN tak lagi mengurus pengadaan food tray. Fokus akan pindah ke pelayanan, bukan belanja sarana.
Menteri Perdagangan Budi Santoso pun turun tangan meredakan suhu politik-ekonomi ini. Ia menegaskan pelonggaran impor murni demi menyelamatkan program gizi anak bangsa.
Food tray sebelumnya masuk daftar larangan dan pembatasan impor dalam Permendag No. 8/2024. Namun, aturan itu resmi dicabut demi kebutuhan mendesak.
Kini, publik terbelah: sebagian mendukung langkah cepat pemerintah, sebagian lagi menilai ini pukulan telak bagi industri dalam negeri.
Yang jelas, perang argumen ini belum berakhir. Di balik nampan makan, terselip pertarungan kepentingan besar antara nasionalisme industri dan urgensi program sosial.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar