Kasus viral Sister Hong kembali jadi sorotan publik. Perempuan ini mengaku sudah tidur dengan lebih dari 1.600 pria sepanjang hidupnya.
Yang mengejutkan, sebagian besar pria tersebut ternyata sudah memiliki pasangan, tunangan, bahkan keluarga. Fakta ini menimbulkan diskusi panjang soal akar perselingkuhan.
Banyak orang kerap menyalahkan dirinya ketika diselingkuhi. Mereka merasa kurang cantik, kurang menarik, atau tidak cukup baik bagi pasangannya.
Namun, pakar psikologi hubungan menegaskan, perselingkuhan lebih sering terjadi karena kualitas diri dan integritas pelaku yang lemah, bukan penampilan korban.
Jika seseorang memiliki karakter rapuh, seindah atau sebaik apa pun pasangannya, ia tetap bisa mencari pelarian melalui hubungan terlarang di luar.
“Setia adalah pilihan sadar. Kalau dia mau setia, dia akan setia. Kalau mau selingkuh, alasan apa pun akan dicari,” jelas pakar.
Sister Hong menjadi cermin nyata. Locus of control yang rendah membuat individu mudah menyalahkan keadaan, lalu mengkhianati komitmen hubungan dengan pasangan.
Perselingkuhan, menurut para ahli, bukan kecelakaan. Ia adalah keputusan sadar yang berulang, sekaligus bukti nyata rapuhnya fondasi integritas seseorang.
Kasus ini seharusnya menguatkan orang yang pernah diselingkuhi. Nilai diri tidak berkurang hanya karena orang lain gagal menjaga komitmen setia.
Saatnya berhenti menyalahkan diri. Pengkhianatan orang lain bukan cermin harga diri kita, melainkan potret kualitas buruk karakter pasangan yang berselingkuh.
Belajar dari kasus Sister Hong, masyarakat diajak lebih melek. Cinta sehat butuh integritas, kontrol diri, serta komitmen, bukan sekadar wajah tampan atau cantik.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar