Walaupun baru berdiri empat tahun, Tjemara Noodle Bar berhasil mencuri perhatian pecinta kuliner dengan sembilan cabang aktif dan omset miliaran.
Didirikan tahun 2021 oleh Ignatius Adrian, brand ini lahir dari niat meneruskan legacy almarhum neneknya. Nama “Tjemara” dipilih sebagai simbol kehangatan dan keaslian tradisi keluarga.
Misi bisnis Tjemara Noodle Bar bukan sekadar menjual mie, tetapi membangun brand otentik dengan positioning kuat. Targetnya jelas: ekspansi nasional berlandaskan sistem operasional stabil.
Setiap hidangan diracik dengan sentuhan personal menggunakan bahan pilihan terbaik. Resep turun-temurun jadi ciri khas yang membuat pelanggan betah dan terus kembali.
Strategi marketing mereka terbukti relevan dengan target pasar. Bukan mengandalkan budget besar, melainkan kekuatan visual estetik, ambience fotogenik, dan storytelling emosional di media sosial.
Faktor ini membuat Tjemara cepat viral, mendorong audience otomatis membagikan pengalaman kuliner mereka. Hasilnya, awareness meningkat tanpa biaya promosi besar-besaran.
Dalam dua tahun pertama, Tjemara sukses membuka tujuh cabang. Rahasianya: sistem SOP jelas, standar plating, greeting, hingga bahan baku yang mudah direplikasi.
Ekspansi cepat tetap terkendali karena manajemen SDM diperkuat. Tim bukan sekadar pekerja, melainkan bagian dari kultur bisnis melalui pelatihan, leadership, dan tujuan bersama.
Menurut Adrian, banyak bisnis F&B hanya viral sesaat lalu redup. Tjemara memilih fokus membangun brand equity agar cuan bertahan jangka panjang.
Ia menegaskan, membangun bisnis kuliner sehat butuh keseimbangan antara ekspansi dan kontrol. Sistem yang solid menjadikan Tjemara lebih kokoh menghadapi persaingan ketat industri F&B.
Kini, Tjemara Noodle Bar dianggap sebagai role model brand lokal yang mampu menyaingi pemain besar. Dari dapur kecil, lahirlah cerita sukses ekspansi kuliner Indonesia.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar