YAICI Bersama PP Aisyiyah & Muslimat NU Gencar Edukasi Pentingnya Literasi Gizi untuk Cegah Stunting
Tips Kembangkan Passion Bagi Pelajar, Agar Peringkat Pendidikan Indonesia Tak Jeblok
Hal ini diungkapkan oleh Wikan Sakarinto PhD, Direktur Jenderal Vokasi Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Periode 2019-2022, dalam Seminar dan Peluncuran Modul MBKM di SEVIMA Platform, yang diadakan di Auditorium LPP Yogyakarta pada Jum’at (25/11) pagi.
Survei PISA misalnya, menyebutkan hampir 90% siswa Indonesia memiliki tingkat kemampuan berpikir yang rendah bahkan sangat rendah. Survei Martin Prosperity Institute juga menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara paling tidak kreatif di dunia.
“Jangankan dibandingkan dengan Singapura atau Malaysia, peringkat pendidikan kita bahkan jauh di bawah negara-negara Afrika seperti Maroko. Hasilnya, hoax mudah menyebar, dan perusahaan mengeluh karena tidak cocok apa yang dibutuhkan industri dengan yang diluluskan sekolah dan kampus,” ungkap Wikan dalam seminar yang dihadiri Dr Hatma Suryaatmojo Wakil Ketua Panitia Pusat Kampus Merdeka Kemdikbudristek, serta 100 Pimpinan Lembaga Pendidikan yang tergabung dalam Komunitas SEVIMA.
*Disebabkan Belajar Tanpa Passion*
Akar masalah dari jebloknya pencapaian dunia pendidikan Indonesia, menurut Wikan, terletak pada ketiadaan passion atau semangat dalam diri pelajar, saat bersekolah maupun berkuliah. Tak sedikit pelajar yang akhirnya mengikuti pelajaran karena terpaksa, bukan karena keinginan sendiri.
Wikan mengisahkan pengalamannya pribadi saat berkuliah. Awalnya ia bercita-cita menjadi Insinyur dan berkuliah sarjana (S1) di Universitas Gadjah Mada. Namun sayang nasib mengantarkannya menjadi Mahasiswa Diploma 3 (D3) Teknik Mesin. Karena paksaan dan diterima di jurusan yang tidak diminatinya, Wikan akhirnya belajar tanpa semangat.
“Belajar karena terpaksa atas tuntutan, tidak semangat, hari demi hari saat kuliah rasanya berat sekali. Beda kalau pelajaran itu memang passion dia, saya punya murid yang bahkan nggak mau pulang sampai malam hari. Masih kerja di bengkel yang dikelola kampus. Saya sampai suruh pulang supaya bisa bersosialisasi dan pacaran!,” ungkap Wikan.
Kurikulum yang terlalu kaku juga menurut Wikan menghambat pelajar menumbuhkan passion. Semasa Wikan kuliah, ada pelajaran mengikir besi selama 100 jam. Artinya dua minggu penuh pada jam kuliah, Wikan dan ratusan teman-temannya di jurusan D3 Teknik Mesin harus berdiri dengan gaya kuda-kuda, mengikir besi, tanpa mengetahui apa tujuan dari aktivitas itu.
“Saya tidak bilang mengikir besi itu tidak penting untuk jurusan Teknik Mesin, maupun contoh pelajaran tertentu lainnya di sekolah dan kampus. Tapi apa iya belajar mengikir besi harus 100 jam? Belajar Matematika harus puluhan jam setiap minggu? Cukup sebentar saja, sambil ditumbuhkan passion plus soft skillnya (karakter). Kalau senang pasti akan dilanjutkan sendiri,” ajak Wikan.
*Tips Menumbuhkan Passion bagi Pelajar*
Dalam seminar tersebut, Wikan Sakarinto bersama Dr Hatma Suryaatmojo selaku Wakil Ketua Panitia Pusat Kampus Merdeka Kemdikbudristek, serta 100 Pimpinan Lembaga Pendidikan yang tergabung dalam Komunitas SEVIMA, membagikan tips bagaimana menumbuhkan passion bagi pelajar. Dengan tujuan untuk meningkatkan kecerdasan sekaligus karakter pelajar.
*1) Padatkan Kurikulum Hardskill*
Berkaca dari pengalaman mengikir besi yang dialami Wikan selama kuliah, Wikan memandang bahwa pelajaran hardskill (teknis) seperti itu bisa dipersingkat dan dipadatkan. Wikan menyarankan pelajaran seperti itu diletakkan di semester paling awal. Sehingga di semester selanjutnya, pelajar berkesempatan untuk mengembangkan diri sesuai passion, sekaligus memperkuat karakternya.
“Materi dasar umum, teknis, kalau kuliah sebisa mungkin dimampatkan dua, tiga, atau lima semester. Sehingga di semester selanjutnya pelajar bisa mengeksplorasi diri tapi tetap sudah memiliki bekal yang cukup,” ungkap Wikan.
*2) Kembangkan Pembelajaran Berbasis Proyek dan “Teaching Factory”*
Belajar tidak harus dari dalam kelas. Wikan sendiri sebagai dosen, kini juga mengembangkan perusahaan yang terintegrasi dengan kampus. Mahasiswa diajak untuk mengerjakan proyek manufaktur sekaligus memasarkan proyek itu sendiri. Omzetnya ungkap Wikan sangat besar, mencapai dua miliar per bulan.
Integrasi inilah yang disebut Wikan sebagai konsep Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) dan Teaching Factory. Konsep ini ungkap Wikan baru pertama kali dilakukan di Indonesia olehnya. Selama ini sudah banyak mahasiswa mengerjakan proyek, namun proyeknya merupakan penugasan dari dosen. Bukan atas inisiatif sendiri.
“Jadi di kampus kami, mahasiswa malah untung. Kuliah sambil kerja dan digaji, dan selama mereka kuliah, proses pekerjaan itu juga dihitung sebagai proses pembelajaran. Daripada mengikir besi tanpa tujuan seperti saya dulu, lebih baik mengikir besi yang hasilnya bisa dijual. Pelajar jadi punya tujuan, bahkan seperti yang saya ceritakan tadi, bahkan tidak mau pulang dari kampus!,” ungkap Wikan.
*3) Manfaatkan Program Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka*
Program Merdeka Belajar di sekolah, dan Kampus Merdeka di kampus, menurut Wikan kini sudah cukup berkembang pesat dalam memberikan kesempatan pelajar untuk eksplorasi diri di luar lembaga pendidikannya. Wikan mengajak semua pihak di dunia pendidikan untuk terus memanfaatkan program ini, karena bisa memberikan pelajar pengalaman nyata di dunia kerja.
“Kampus itu bukan dunia nyata! Jadi, mari program yang sudah dibentuk untuk kegiatan MBKM ini dikawal agar bisa mengembangkan passion mahasiswa dengan pengalaman dunia nyata. Adanya Modul MBKM di SEVIMA Platform, yang bisa mewadahi pengelolaan dan administrasi program MBKM, juga sangat saya apresiasi sebagai sebuah terobosan yang bisa membantu pelaksanaan MBKM,” ujar Wikan.
Senada, Dr Hatma Suryaatmojo selaku Wakil Ketua Panitia Pusat Kampus Merdeka Kemdikbudristek mengatakan bahwa pemanfaatan kampus merdeka ini perlu strategi tersendiri. Kampus perlu konsisten berkomunikasi dan membangun kerjasama kemitraan, melakukan sosialisasi kepada dosen dan mahasiswa, hingga menyusun panduan implementasi kampus merdeka yang cukup mendalam.
Sedangkan Bagus Jati Santoso PhD selaku Kepala Sub Direktorat Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) dan Tenaga Ahli SEVIMA, juga menyampaikan bahwa perlu perjuangan ekstra dalam meyakinkan ribuan profesor, dosen, dan mahasiswa untuk melaksanakan kampus merdeka dan perubahan kurikulum ini.
“Tak jarang kami menerima pertanyaan, apa jaminannya pelajar nanti sukses setelah mengembangkan passion? Karena selama ini tanpa Kampus Merdeka, alumni ITS juga sudah terbukti kemampuannya dan sukses di dunia kerja. Namun dengan musyawarah, sekaligus pembuktian manajemen akademik dan pelaporan data yang baik di ITS dengan SEVIMA Platform, saat ini ITS sudah mengimplementasikan MBKM dan diakui di tingkat nasional sebagai salah satu kampus terbaik dengan menyabet IKU Award (Indikator Kinerja Utama) dari Kemdikbudristek,” pungkas Bagus Jati. (Lak/Ant)
Tim Supervisi STIK Lemdiklat Polri Mengunjungi Polres Kukar
Belajar IT Sambil Jaga Warnet, Anak Pedagang Kerupuk Sabet Beasiswa SEMESTA
Mantan Menteri Pendidikan Prof Mohammad Nuh: Jangan Jadi Kampus Stunting
Soe Teach Tech Sasar Guru Bahasa Inggris di NTT
Genggam Nilai-Nilai Pancasila, Kemendikbudristek Tegaskan Semangat Gotong Royong Demi Memulihkan Pendidikan Global
Advokasi Hukum HIMAPOL KORWIL III X HIMAJIP UNAS Gelar Diskusi Santai dengan Tema "Ketok Palu IKN, Bagaimana Upaya Kebijakan Pembangunan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta?"
Pertama di Indonesia, Asrama Mahasiswa Nusantara di Surabaya Ditargetkan Selesai Mei 2022
Ajakan Sujiwo Tejo pada Mahasiswa: Terjun ke Lapangan dan Bantu Masyarakat, Jangan Hanya Teori!
Dukung Talenta Sains Muda Indonesia Melalui Festival IMPRESS 2022
Tragedi Kepsek SMAN 3 Poso: Suratan Nasib dan Harga Kopi
Pemikiran Smart Kapolda Banten dalam Orasi Ilmiah Pengukuhan Guru Besar Universitas Lampung.
SMK Muhammadiyah 3 Yang Top Markotop di Tangerang Selatan
Edukasi Hukum dan Keuangan Terkait Investasi Bodong
Kolaborasi Pemerintah Kunci Sukses Penyelenggaraan Seleksi Pertama ASN PPPK Tahun 2021
Dalam kesempatan berbahagia ini, Plt Kepala BKN Bima Haria Wibisana menyampaikan laporan mengenai proses seleksi yang sudah dilakukan hingga sampai pada tahap pengumuman hasil hari ini, “Berdasarkan Peraturan Menpan RB nomor 28 tahun 2021, Panitia Penyelenggara Seleksi mengumumkan hasil seleksi Kompetensi dan Wawancara, dalam hal ini oleh Kemendikbudristek. Peserta dapat mengajukan sanggahan terhadap hasil pengumuman selama tiga hari dan panitia menjawab sanggahan tersebut tujuh hari setelah masa sanggah peserta.”
“Selanjutnya nilai pasca sanggah akan diolah kembali berdasarkan jawaban sanggah dari Panitia Penyelenggara Seleksi untuk disetujui oleh Ketua Panselnas dan diumumkan ulang hasil akhir Seleksi Kompetensi I. Ketua Panselnas menyampaikan hasil akhir Seleksi Kompetensi I kepada PPK Instansi Daerah untuk diusulkan penetapan Nomor Induk PPPK untuk peserta PPPK yang dinyatakan lulus,” tambah Bima.
Kemudian MenPANRB Tjahjo Kumolo yang diwakili oleh Deputi Sumber Daya Manusia Aparatur Alex Denni mengatakan, “Kami sangat mengapresiasi kerja sama banyak pihak terkait pelaksanaan seleksi ASN PPPK. Terima kasih kami sampaikan kepada peserta yang telah sabar menunggu hasil ini, juga masyarakat yang memberikan masukan secara langsung atau juga melalui DPR sebagai upaya perbaikan kualitas penyelenggaraan seleksi ini.”
Pengembangan sumber daya manusia merupakan satu dari lima prioritas presiden Jokowi, terutama kualitas guru akan menentukan kualitas anak didik kita yang kemudian akan berpengaruh kepada peningkatan kualitas SDM Indonesia nantinya. Selamat kepada peserta yang lulus dan bagi yang belum berhasil tetap bersemangat mengikuti seleksi tahap selanjutnya. Jadikan ini inspirasi juga untuk murid bahwa guru juga tidak henti belajar,” tutup Alex
Sementara itu Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian yang diwakili Staf Ahli Menteri Bidang Pemerintahan Dr. H. Suhajar Diantoro, M.Si mengatakan, “Kemendagri menyampaikan apresiasi dan terima kasih tulus kepada Panitia Seleksi Nasional. Pendidikan adalah garis lulus untuk keberhasilan pembangunan, karena kewenangan tata kelola guru ada di pemerintah daerah, maka ada kepentingan untuk mendukung kesuksesan tahapan seleksi ini sebagai upaya mengisi dan menata kebutuhan guru, yang sesuai dengan semangat otonomi daerah, dan Indonesia sebagai negara kesatuan yang desentralistik.”
Kemudian menanggapi keseluruhan proses hingga hasil ujian seleksi pertama guru ASN PPPK, Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda juga menyampaikan apresiasinya yang mendalam, “Atas nama DPR RI, kami menyampaikan apresiasi atas kinerja Kemendikbudristek dalam memperjuangkan mandat dari diskusi dengan Komisi X kepada tim Panselnas. Selamat kepada seluruh guru yang lulus, dan bagi yang belum silakan bersiap mengikuti tahap selanjutnya. Kami harap proses pengangkatan guru yang lulus juga bisa berjalan lancar tanpa adanya penundaan. Kami juga menyampaikan catatan perbaikan untuk evaluasi pelaksanaan selanjutnya agar semangat kita sama untuk keberpihakan kepada guru honorer atas pengabdian mereka.”
Hal senada juga diungkapkan oleh Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian yang mengatakan bahwa kabar gembira atas penantian panjang para guru honorer akhirnya tiba, “Saya mengucapkan selamat kepada para guru yang lulus seleksi PPPK tahap pertama. Dengan kelulusan ini, dunia pendidikan Indonesia mendapatkan manfaat besar, mulai dari peningkatan kesejahteraan guru hingga pemerataan jumlah guru di berbagai daerah. Dengan status baru ini saya berharap mengurangi kegelisahan dan teman-teman guru semakin bersemangat mendidik anak-anak kita.”
Para peserta dalam mengakses daftar kelulusan peserta, hari ini mulai pukul 12.00 WIB melalui tautan: https://gurupppk.kemdikbud.go.id/hasil_tahap_1/ (Lak/Thalia)