Satu - Satunya Tampil Beda, Koran Politik Paling Berani Mengkritik Terpanas dan Perang Terhadap Koruptor, Narkoba, Teroris Musuh Rakyat ~~~~~>>>>> Kami Menerima Artikel, Opini, Berita Kegiatan, Iklan Pariwara dapat mengirimkannya melalui email dutanusantaramerdeka@yahoo.co.id
Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan

Trend Evolusi Manusia Masa Depan Berbasis Neurosains


Trend Evolusi Manusia Masa Depan Berbasis Neurosains

Oleh : Dede Farhan Aulawi (Pemerhati Neurosains)

Duta Nusantara Merdeka |
Ketika berbicara tentang teori evolusi manusia, otak kita cenderung langsung melompat kepada teori evolusi yang disampaikan oleh Darwin. Begitulah otak bekerja yang telah merekam milyaran data yang sudah direkamnya melalui input pendengaran dan penglihatan. Sudah sejak dibangku sekolah, teori evolusi darwin dikenalkan oleh para guru melalui buku – buku sejarah atau biologi. Ada sebagian manusia di muka bumi ini yang percaya dengan teori evolusi Darwin, dan banyak juga yang tidak percaya bahkan menentangnya.

Pertanyaan pentingnya adalah apakah tubuh manusia sampai saat ini masih terus mengalami evolusi ? Mungkin banyak yang tidak tahu bahwa dalam 150 tahun terakhir ini, tinggi rata-rata manusia naik 10 centimeter.

Coba perhatikan anak – anak saat ini memiliki kecenderungan lebih tinggi dibanding orang tuanya. Sebagian berpendapat karena faktor gizi makanan yang diterima oleh anak – anak sekarang jauh lebih tinggi daripada orang tuanya dulu.

Mungkin banyak yang belum tahu bahwa saat ini ilmuwan dari University of Oregon sedang dan terus melakukan penelitian tentang mata bionik untuk membantu penglihatan orang –orang yang tunanetra. Termasuk penelitian mata buatan yang bisa bekerja seperti kacamata penglihatan malam (night vision goggle) atau x-ray. Jika ini sudahberhasil, maka ini merupakan penggalan dari sejarah evolusi manusia di era modern ini.

Begitupun dengan perkembangan teknologi pendengaran yang tidak sekedar memfasilitasi agar para tunarungu bisa mendengar saja, tetapi juga berkembang agar telinga kita mampu untuk mendeteksi suara dari jarak jauh dan menyaring suara agar bisa digunakan untuk mendengar hal – hal yang spesifik. 

Menurut Matan Shelomi seorang pakar Organismic dan Evolutionary Biologist, mengatakan bahwa otak manusia yang semakin kecil ukurannya, tidak membuat manusia makin bodoh melainkan makin efisien dalam bekerja.

Ia juga akan semakin resisten terhadap penyakit karena munculnya gen – gen masa depan. Begitupun dengan ukuran mulut manusia yang cenderung semakin mengecil. 35 persen populasi manusia saat ini tidak lagi memiliki gigi bungsu.

Teknologi genetik Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats (CRISPR) memungkinkan manusia untuk mengendalikan gen dan DNA pada titik di mana manusia bisa kebal terhadap penyakit atau menghentikan penuaan. 

Pendiri SpaceX dan Tesla, Elon Musk menawarkan teknologi yang memungkinkan  manusia untuk memindahkan kesadaran mereka ke dalam komputer agar manusia bebas dari belenggu fisik dan mampu hidup di dalam sistem komputer.

Oleh karenanya dia mengembangkan neuralink sebagai alat yang bisa diimplan ke otak manusia, agar manusia bisa bergabung dan menyesuaikan kesadarannya dengan perangkat lunak sebagai usaha pengembangan kecerdasan buatan. Dimana manusia bisa secara langsung menggunakan kesadaran dan otaknya untuk bisa bekerja seperti komputer. Memadukan tubuh biologis dengan teknologi komputer di masa depan. 

Di masa depan, bisa diprediksi bahwa otak manusia akan lebih cepat, lebih pintar, dan lebih efektif dalam berpikir. Begitulah lompatan teknologi yang terus bereksplorasi dengan super cepat akan berdampak pada evolusi manusia yang penuh perubahan.

Mungkinkan manusia – manusia Mutan atau Avenger seperti dalam film – film akan lahir nyata di kemudian hari ? Konon imajinasi fikiran selalu mendahului dan mendorong teknologi untuk mewujudkannya.

Ataukah lompatan penemuan teknologi – teknologi baru itu sendiri yang melahirkan imajinasi tanpa batas akan lahirnya manusia masa depan dengan peradaban baru. Dimanakah kita berdiri saat ini, untuk melihat peradaban evolutif masa depan ?



----------------------------------------------------------













Kami Menerima Tulisan, Artikel, Opini, Berita, Puisi, Cerpen Untuk Dapat Diterbitkan di dutanusantaramerdeka.com Silahkan Kirim melalui Email dutanusantaramerdeka@yahoo.co.id 
Share:

OPINI ~ Berkembangnya Pola Fikir Transaksional


Duta Nusantara Merdeka |
Bekerja dengan niat yang tulus dan dilaksanakan secara ikhlas, nampaknya menjadi barang langka di negeri ini. Tentu bukan tidak ada, tapi banyak yang berfikir pragmatis bahwa ketika seseorang berbuat sesuatu pasti ada yang dimau. Kalau ada orang yang memberi sesuatu, pasti akan meminta sesuatu, maka munculah idiom praktis yang berbunyi, “Tidak ada makan siang yang gratis”. Apakah semua orang selalu berfikir demikian ? Pasti tidak karena saya yakin masih banyak yang berfikir dan bekerja dengan ikhlas.

Satu atau dua hari menjelang pemilihan legislatif 17 April yang lalu, ada sesuatu yang menggelitik di handphone saya. Lebih dari 30 sms/ whatsapp yang masuk bertanya, “ Pak Dede ikut pemilu ? Dari partai mana dan no berapa ? biar saya dan keluarga saya coblos ? bahkan akan saya kerahkan temen – temen saya untuk mendukung pak Dede”. Begitu kira – kira isinya, meskipun kalimatnya tidak sama persis tetapi maksudnya kurang lebih seperti itu.

Menerima rentetan pertanyaan yang hampir senada tersebut, saya jawab bahwa saya berterima kasih atas kepercayaan dan dukungannya, namun mohon maaf karena saya tidak ikut – ikutan mendaftarkan diri sebagai caleg, karena tidak diperbolehkan oleh aturan. Saya diangkat, dilantik dan disumpah dibawah al Qur’an, dimana intinya akan mengikuti aturan dengan selurus – lurusnya. Oleh karena itu saya hanya berusaha untuk mentaati aturan sebagaimana sumpah yang pernah saya ucapkan.

Lalu saya mencoba untuk bertanya kepada yang bersangkutan, “kenapa bertanya begitu pada saya ?’. dia mengatakan bahwa, “Saya mengetahui bahwa Pak Dede banyak melakukan aktivitas sosial di tengah masyarakat. Berbagai pelatihan diberikan secara gratis, bahkan banyak organisasi yang meminta pembinaan, pengarahan dan pencerahan selalu disanggupi dengan penuh tanggung jawab. Oleh karena itu, mungkin semua dilakukan pak Dede karena mau ikut mencalonkan diri dalam pemilihan legislatif kali ini ?”. 

Sebuah jawaban polos yang terlontar secara spontan dan sangat menhentak nurani saya. Apakah semua orang yang melakukan aktivitas sosial selalu berorientasi pada kedudukan atau jabatan ? Saya tidak menyalahkan orang yang bertanya atau yang punya pendapat, karena semua pendapat itu syah – syah saja tentunya. Namun demikian, yang terbersit dalam fikiran saya adalah seberapa banyak orang yang memiliki fikiran bahwa ketika orang berbuat “baik” pasti ada maunya. Ketika orang lain memberi, pasti ada yang mau ia pinta. Mungkinkah ini salah satu efek negatif dari sistem politik transaksional yang masih marak di tengah masyarakat kita, sehingga segala sesuatu pasti ada nilai transaksinya.

Lebih lanjut penanya memberi penjelasan bahwa ia bertanya begitu, karena menjelang pemilu banyak orang yang mendadak “baik”, “alim” dan “berhati mulia”, katanya. Lihat saja dari cara berpakaian saja banyak yang pura – pura santun dan religius. Simbol – simbol religiusitas digunakan, seperti menggunakan kopiah atau jilbab, padahal sehari – harinya tidak pakai kopiah atau jilbab. Pesantrean dan ulama atau tokoh agama banyak dikunjungi untuk memperoleh dukungan dan restu, padahal sehari – harinya dinilai sangat jauh dari nilai – nilai pesantren. Orang miskin dirangkul, orang tua disuapi, dan berbagai foto kepedulian lainnya pada si miskin. Padahal kalau sudah jadi mana ingat sama mereka. Lihat saja pada saat masyarakat kena musibah banjir misalnya, berapa banyak anggota legislatif yang peduli ? yang datang merangkul ? yang datang menyuapi ? mana kepedulian yang selama kampanye sering mereka tunjukkan ?

Jika dahulu orang yang terpilih dan dipercaya menerma amanat itu menangis, karena takut tidak bisa melaksanakan amanat dengan baik. Tapi kini tidak sedikit orang berebut untuk mendapatkan kepercayaan dan amanah dengan segala cara, bila perlu “membeli amanah” dengan uang yang dimilikinya. Ada yang salah dengan “jual beli amanah” selama ini, sehingga pola fikir transaksional terus berkembang.

Di tengah miskinnya kepedulian terhadap kehidupan sosial, harus ada yang berusaha untuk menjadi penggerak kepedulian dan pelopor tertib sosial di tengah masyarakat. Pengangguran dan kemiskinan tidak bisa diselesaikan dengan seminar – seminar di hotel mewah, tetapi harus ada kegiatan konkrit untuk meningkatkan keterampilan sesuai dengan minat dan bakatnya.

Bagi mereka yang memiliki harta, silakan beramal sosial dengan hartanya. Bagi mereka yang tidak memiliki harta, tetapi memiliki ilmu maka silakan beramal sosial dengan ilmunya. Tetapi jika harta dan ilmu tidak punya, maka setiap orang masih bisa beramal sosial dengan tenaganya. Jadi kalau benar kita mencintai bangsa dan negeri ini, beramal sosiallah dengan apa yang kita miliki. Jangan pernah berfikir untuk menumpuk kekayaan dengan menguras tenaga kaum miskin dan mengeksploitasi sumber daya alam dengan penuh keserakahan.

Ingatlah bahwa dari apapun yang kita miliki, ada sebagian milik orang lain. Berikanlah kepada mereka yang berhak, sebelum Tuhan mengambilnya dengan cara yang Tuhan kehendaki. Semoga kita menjadi bagian dari warga negara yang bisa menunaikan amanah, hak dan kewajiban secara seimbang dan sesuai dengan aturan. **

Penulis : Dede Farhan Aulawi 
Pengamat Sosial

Share:

Berhentilah Memprovokasi Masyarakat Dengan Kebohongan dan Kecurangan


Duta Nusantara Merdeka | 

Oleh : Dede Farhan Aulawi
(Pengamat Sosial)

Selesainya hari pencoblosan pemilihan legislatif dan pemilihan Presiden tanggal 17 April 2019 lalu, sebenarnya menumbuhkan harapan di masyarakat agar gonjang ganjing dukungan kepada masing – masing pilihannya bisa selesai. Banyak group wa di masing – masing handphone menjadi panas, satu sama lain mengunggulkan pilihannya.

Kalau sekedar mengunggulkan pilihannya mungkin tidak menjadi masalah, jika tidak disertai dengan saling menjelekan calon yang bukan pilihannya. Akhirnya tidak sedikit satu sama lain saling menjatuhkan, baik dengan informasi yang benar ataupun informasi yang penuh kebohongan.

Bahkan saat berbicarapun tidak sedikit yang menggunakan data yang bohong, sehingga masyarakat dibuat bingung dan pusing. Saat ini masyarakat merasa kesulitan membedakan mana informasi yang benar dan mana informasi yang bohong.

Setelah hari pencoblosan selesai, ternyata kebingungan masyarakat malah semakin menjadi – jadi. Sesuatu yang idealnya harus selesai, tinggal menunggu pengumuman resmi KPU ternyata malah menyisakan persoalan lain.

Pihak – pihak yang sebenarnya tidak berhak mengumumkan hasil pemilu, hampir semua justru berlomba ingin saling mendahului menyampaikan pengumuman. Padahal pengumuman yang satu dengan yang lainnya saling bertolak belakang, dan satu sama lain merasa paling benar datanya.

Bagi masyarakat umum tentu menambah bingung. Psikologi kebatinan masyarakat benar – benar diaduk-aduk dan dipermainkan. Secara kejiwaan tentu sangat tidak menyehatkan, bahkan cenderung membangun rasa saling tidak percaya. Kutub – kutub pertentangan semakin menjadi – jadi, dan langsung atau tidak langsung kondisi ini hanya akan memperburuk situasi serta memprovokasi ketegangan.

Quick Count yang sejatinya suatu metode ilmiah yang bisa diterapkan untuk memprediksi berdasarkan data – data yang akurat dan bisa diterima masyarakat, malah dianggap guyonan yang mempermainkan angka sesuai kepentingan.

Sementara itu, real count yang sejatinya data faktual berdasarkan data – data riil, menjadi bias karena real count menurut pihak satu berbeda dengan real count pihak yang lain. Akhirnya timbulah berbagai saling curiga, saling tidak percaya dan cenderung saling menuduh satu sama lain dianggap berlaku curang alias tidak jujur.

KPU sebagai penyelenggara pemilu yang ditunjuk oleh negara pun terkena serangan opini yang dianggap meragukan netralitasnya. Padahal jika KPU tidak dipercaya lagi, lalu perhitungan pemilu harus mempercayai siapa ? Sekali lagi rakyat tambah bingung, mana informasi yang benar. Dalam situasi seperti ini, seharusnya semua pihak bisa menahan diri dan bersabar, serta tidak ada satu pihak manapun yang menyebar kebohongan ataupun kecurangan.

Siapapun yang menyebarkan kebohongan ataupun melakukan kecurangan, maka pada dasarnya ia sedang memprovokasi masyarakat. Jika karena provokasinya sampai timbul gesekan di masyarakat, maka ia harus bertanggung jawab atas setiap tetes darah yang keluar.

Ia juga harus bertanggung jawab bila ada nyawa yang melayang. Ingat bahwa akar rumput itu bagai ilalang kering, dimana saat ada pemantik api yang menyala maka kebakaran takkan bisa lagi terhindarkan.

Di dunia ini semua bisa saling menyanggah dan tidak mengakui kesalahan, tapi mereka lupa bahwa selain dunia ada pertanggungjawaban yang lebih hakiki yaitu pertanggungjawaban dihadapan Tuhan yang pasti tidak bisa dibohongi dan tidak bisa dibeli. 

Kekuasaan dan kedudukan itu adalah amanah, maka dapatkanlah amanah itu dengan benar dan jujur. Jika amanah dan kekuasaan diperoleh dengan tidak jujur, maka hampir bisa dipastikan bahwa ia tidak akan mampu menunaikan amanahnya dengan benar.

Saat kursi dibeli dengan uang dan kecurangan, maka ia berbuat curang dan mencuri uang negara untuk mempertahankan kekuasaannya. Ingatlah bahwa amanah bukanlah barang yang bisa diperjualbelikan, tetapi sesuatu yang pasti akan diminta pertanggungjawabannya. Ajaran agama yang paling berat adalah AMANAH.

Oleh karena itu, siapapun yang suka sekali memproduksi informasi - informasi yang bohong (hoax) diharapkan bisa menghentikan segera perbuatannya. Siapapun yang melakukan kecurangan, berhentilah karena pertanggungjawaban atas perbuatannya itu sangat berat.

Jika dengan kewenangan yang dimiliki digunakan untuk bermain curang, maka percayalah bahwa kedudukan itulah yang akan menjadi beban di yaumul akhir nanti. Jika mampu menghentikan berita bohong (hoax) dan kecurangan, itu artinya kita sedang membangun fondasi gedung yang bisa menaungi kedamaian, kebenaran dan kejujuran. 

Siapapun yag terpilih menjadi pemimpin yang terpilih dengan jujur, maka ia adalah pemimpin keadilan, pemimpin kejujuran dan pemimpin yang penuh ketauladanan. Semoga Indonesia memiliki pemimpin ideal seperti yang diharapkan. **
Share:

Jangan Salah Menarik Suatu "Kesimpulan" dari Sebuah "Hipotesis"


Duta Nusantara Merdeka |
Hiruk pikuk pesta demokrasi disikapi secara beragam oleh masyarakat. Ada yang fanatis membabi buta, ada yang rasionalis objektif, ada yang acuh oportunistik, ada yang gimana ramenya saja, juga ada yang ketakutan penuh kekhawatiran. 

Tentu semua didasarkan atas persepsi dan penilaiannya masing-masing dalam membaca keadaan. Satu hal yang perlu diingat bahwa "perbedaan" adalah hakikat dari demokrasi itu sendiri. Adalah sebuah keniscayaan jika menghendaki keseragaman berfikir dalam suatu sistem demokrasi, karena setiap orang berhak, dijamin dan dilindungi dalam  menyatakan pendapat dan fikirannya.

Persoalannya kemudian adalah masih ditemukan seringnya salah dalam menarik suatu kesimpulan dari sebuah hipotesis. Misalnya dikatakan bahwa angka 3 dan 5 adalah bilangan ganjil. Pernyataan ini tentu benar, tapi ingat jangan lantas menarik kesimpulan bahwa semua bilangan ganjil itu 3 dan 5. 

Atau ada orang yang mengatakan bahwa angka 4 dan 6 itu adalah bilangan genap. Tentu pernyataan ini benar. Tapi jangan menarik kesimpulan bahwa semua bilangan genap itu 4 dan 6.

Jadi benar angka 3 dan 5 ada di barisan bilangan ganjil, tapi tolong jangan tarik kesimpulan semua bilangan ganjil sama dengan 3 dan 5.
Begitupun sebaliknya, adalah benar 4 dan 6 itu ada di barisan bilangan genap, tapi tolong jangan tarik kesimpulan bahwa semua bilangan genap itu sama dengan 4 dan 6.

Jangan biarkan kesatuan dan keutuhan angka-angka harus dipertaruhkan jika hanya tidak suka dengan angka 3 dan 5 atau hanya karena tidak suka dengan angka 4 dan 6. Jangan biarkan seluruh barisan bilangan genap harus berhadap-hadapan dan berbenturan dengan seluruh bilangan ganjil, hanya karena ada yang tidak suka dengan angka 3 dan 5 atau tidak suka dengan 4 dan 6.

Ingat bahwa keutuhan susunan angka yang sangat besar ini harus diutamakan. Kalaupun keberadaan angka 3, 4, 5, dan 6 ini yang menjadi persoalan bersama, ya cukup mereka yang harus diselesaikan dengan merujuk pada ketentuan hukum/ perundangan yang berlaku. Jaga persatuan dan kesatuan untuk mempertahankan susunan angka yang utuh bersendikan pada landasan idiil dan landasan konstitusionil negara.

Mari kita sambut pesta demokrasi ini dengan penuh kegembiraan dan semangat persatuan. Jangan malah menimbulkan permusuhan dan perpecahan. Semua adalah saudara-saudara kita sendiri. Jangan karena beda pilihan lantas tak mau tegur sapa, left dari wag temen atau wag keluarga. Apalagi jika makam harus dipindah misalnya.

Jangan ciptakan rasa takut penuh kekhawatiran, tetapi harus bangun rasa gembira penuh keceriaan. Memang benar bahwa ikut memilih itu merupakan suatu "hak", tapi di saat yang bersamaan ikut memilih juga merupakan sebuah "kewajiban" dalam menentukan "wakil rakyat" dan "pemimpin rakyat" guna menjamin kesinambungan pemerintahan dan pembangunan. 

Coba bayangkan jika semua golput, maka tidak ada lagi wakil rakyat dan pemerintahan maka negara pun bisa bubar. Oleh karena itu, berpartisipasi dalam menggunakan hak pilih dengan penuh rasa tanggung jawab menjadi sebuah "kewajiban" warga negara guna menjamin keutuhan bangsa dan negara. Mari gunakan hak pilih kita, dan jangan golput untuk mensukseskan pesta Lima tahunan sesuai amanat konstitusi. 

Semoga Pemilu ini bisa kita lalui dengan aman, damai dan sejuk. Tunjukkan bahwa kita sebagai bangsa yang beradab, bisa menghargai perbedaan tanpa "menghardik" dan "mencela". Kibarkan semangat persatuan dan gelorakan bahwa demokrasi di Indonesia bisa menjadi contoh demokrasi bangsa lain. Semoga Indonesia tetap jaya dan semakin maju. Aamiin YRA. **

Penulis : Dede Farhan Aulawi
(Praktisi Social Engineering)
Share:

NeuroLedership Menuntun Lahirnya NeuroCreativity


Duta Nusantara Merdeka |

Oleh :
Dede Farhan Aulawi

Persaingan yang terjadi saat ini bukan hanya di dunia usaha saja, melainkan semua orang sampai negara sedang berada pada posisi bersaing. Mungkin sebagian ada yang kurang sependapat karena istilah persaingan seolah – olah menutup ruang kolaborasi dan empathy. 

Padahal memang faktanya demikian, kalaupun masih ada ruang kolaborasi, itu semua justeru salah satu untuk mengungguli persaingan itu sendiri. Persoalannya adalah bersaing dengan siapa dan harus berkolaborasi dengan siapa ?

Di sinilah pintu dan ruang strategi terbuka lebar meskipun terbatas dalam catatan – catatan rahasia yang tidak selalu diungkap secara gamblang. Silakan buka kumpulan dokumen – dokumen regulasi yang dibuat untuk menciptakan keteraturan, tapi kadangkala ada “kondisi tertentu” yang menuntut untuk melanggar aturan tanpa harus berkata “langgarlah aturan”.

Jika diturunkan dalam tataran mikro di perusahaan/ institusi atau bahkan dalam tataran makro, tidak semua keinginan bisa dipenuhi karena semua perusahaan/ negara selalu memiliki keterbatasan anggaran yang disesuaikan dengan alokasi dan skala prioritas. Oleh karena itu sangat diperlukan orang – orang yang kreatif, yaitu yang mampu bekerja produktif tanpa mengeluh soal keterbatasan tadi.

Apalagi bagi negara – negara yang sedang membangun seperti Indonesia ini, dimana tidak bisa bicara sekedar jogging lagi, karena kita harus lari cepat mengejar ketertinggalan. Semua ini bisa dan hanya bisa dilakukan apabila setiap gerbong institusi diisi oleh orang – orang yang kreatif, yang selalu mencari dan menemukan terobosan – terobosan di tengah kesulitan dan hambatan. Mampukah kita menjadi bagian dari elemen bangsa yang kreatif yang mampu berkontribusi secara maksimal demi kemajuan bangsa dan negara ?

Peneliti Roger Beaty dan tim-nya pernah mengidentifikasi pola konektivitas otak yang bervariasi antar orang, dan dikaitkan dengan kemampuan menciptakan ide - ide kreatif. Mereka melakukan penelitian dengan menggunakan mesin Functional Magnetic Resonance Imaging (FMRI) untuk mengamati kerja otak “subjek” saat menyelesaikan tugas-tugas kreatif. 

Hasilnya menunjukkan bahwa tugas - tugas kreatif akan mengaktifkan tiga bidang utama otak, yaitu jaringan awal, jaringan fungsi kontrol eksekutif, dan jaringan saliensi. Di mana hubungan antara koneksi otak dan kreativitas begitu kuat. Selain itu, orang kreatif lebih dapat mengendalikan koneksi di otak mereka. 

Pakar kreativitas seperti Clark dan Gowan dalamTeori Belahan Otak (Hemisphere Theory) mengatakan bahwa otak manusia menurut fungsinya dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kiri (left hemisphere) dan belahan otak kanan (right hemisphere).

Otak belahan kiri mengarah kepada cara berfikir konvergen (convergen thinking), sedangkan otak belahan kanan mengarah kepada cara berfikir menyebar (difergent thinking). Otak kanan inilah yang merangsang kreativitas.

Jadi otak kanan berfungsi untuk memproses bahasa dan lebih aktif ketika seseorang terlibat dalam beberapa tugas yang bersifat logis, simbolik dan berangkai seperti memecahkan persoalan matematika dan memahami materi yang bersifat teknis. Otak kanan aktif dalam berkreasi dan memberikan apresiasi terhadap seni dan musik.

Sedangkan otak kiri untuk memecahkan persoalan-persoalan yang menuntut kemampuan visual-spasial, kemampuan menggunakan peta atau meniru pola berkaitan, menganalisis wajah, dan membaca ekspresi wajah. 

Ada juga penelitian di bidang connectomics, yang menggunakan ilmu jaringan untuk memahami otak, yaitu dengan menggunakan menggunakan teknik pencitraan otak tingkat lanjut untuk mengidentifikasi dan memetakan jaringan di antara keduanya. Otak adalah pusat sistem syaraf yang memiliki volume sekitar 1.350 cc dan terdiri atas 100 juta sel syaraf atau neuron. Otak mengatur fungsi seluruh badan dan pemikiran manusia. 

Ada tiga tingkatan otak yaitu otak reftil, otak mamalia dan otak neo cortex. Otak reptil berfungsi mengatur fungsi utama tubuh seperti denyut jantung dan pernapasan, mengatur reaksi seseorang terhadap bahaya atau ancaman.

Lalu otak mamalia berperan dalam mengatur kebutuhan akan keluarga, strata sosial, emosi dan rasa memiliki, juga mengatur memori jangka panjang yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran, di dalamnya terdapat sytem limbic yang menentukkan otak mana yang akan aktif, otak reptil atau otak neo cortex. 

Dalam system limbic sendiri terdiri dari amygdala, hippocampus, thalamus, dan hypothalamus. Sementara otak neo cortex berfungsi untuk berpikir dengan baik apabila dalam keadaan senang dan rileks. 80% dari bagian otak adalah neo cortex. Jadi apabila ingin berpikir dengan baik dan maksimal maka belajarlah dalam keadaan senang dan rileks.

Kreativitas yang tinggi dan komitmen pada tugas yang kuat akan berkaitan dengan fungsi otak kanan, maka untuk mencapai kreativitas yang tinggi, perlu menyeimbangkan fungsi otak kiri yang lebih dominan pada logika, kognitif dan otak kanan yang berfungsi merangsang kreativitas, imajinasi, intuisi dan seni. Jadi perlu penyeimbangan aktifnya otak kanan dan kiri untuk mengasah kreativitas. **
Share:

Membangun Konektivitas “Sumpah Palapa” dengan Tol Langit


Duta Nusantara Merdeka |

Oleh :
Dede Farhan Aulawi

Membangun sebuah idiom atau istilah terhadap sebuah peradaban baru bisa menggunakan terminologi yangberbeda – beda. Bisa Membangun Konektivitas “Sumpah Palapa” dengan Tol Langit terminologi baku yang sudah ada di kamus peradaban itu sendiri, atau nomenklatur baru dengan maksud yang sama.

Setiap orang tentunya memiliki kebebasan dalam memilih kosa kata yang dikehendakinya. Persoalan kemudian muncul ketika orang yang mendengar istilah baru tersebut, lalu menginterpretasikan dengan persepsinya sendiri tanpa menggali lebih dalam apa yang dimaksud dengan istilah atau nomenklatur baru tersebut.

Ada yang yang menerjemahkan bahwa tol langit semacam tol laut, yaitu tersedianya moda angkutan udara yang menjamin ketersediaan barang dan jasa antar pulau di nusantara dengan waktu yang lebih cepat dan homogenitas harga yang relatif sama. Ada juga yang memiliki persepsi lain, bahkan cenderung “salah” karena ketidakmengertian tentang terminologi baru yang dimaksud.


Untuk itulah pada kesempatan ini saya ingin sedikit menjelaskan tentang maksud dari penggunaan istilah Tol Langit. Tol langit adalah sambungan bebas hambatan Membangun Konektivitas “Sumpah Palapa” dengan Tol Langit wilayah di bumi Nusantara.

Istilah ini dipakai untuk memanifestasikan *Sumpah Palapa* nya Patih Gajah Mada yang pernah bersumpah untuk menyatukan Nusantara. Bagaimana mewujudkan sumpah Palapa di era digital seperti saat ini ? Ini yang harus diterjemahkan ke dalam bahasa teknologi, yaitu dengan Konsep Palapa Ring untuk membangun infrastruktur konektivitas Informasi dan Komunkasi bagi seluruh masyarakat di Republik tercinta ini yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Palapa Ring akan berguna untuk menyambungkan backbone dengan broadband kecepatan tingggi.

Sebagaimana diketahui saat ini bahwa masih banyak wilayah di Indonesia yang belum memiliki signal konunikasi yang baik, bahkan ada yang tidak ada signal sama sekali (Blank spot area). Sementara ini signal yang relatif baik baik di kota – kota besar dan sebagian daerah.


Padahal dasar negara sudah mengamanatkan akan pentingnya “Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” dalam rangka mewujudkan “Persatuan Indonesia”. Hal ini tentunya menjadi tantangan sendiri untuk mewujudkannya, melalui konektivitas internet dengan jaringan kabel optiknya. Manfaatnya tentu akan banyak sekali, baik bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, Pendidikan, dan seluruh masyarakat Indonesia lainnya.

Bagi kita yang sering melakukan perjalanan ke berbagai pelosok di negeri ini, bisa merasakan betapa masih banyaknya daerah yang terisolir dari sisi konektivitas informasi dan komunikasi. Mudah – mudahan dengan terbangunnya Palapa ring yang merupakan manifestasi Sumpah Palapa ini, akan memberi kesempatan dan pemerataan aksesibilitas informasi yang merata di seluruh tanah air.

Untuk mewujudkannya tentu tidaklah mudah karena membutuhkan biaya investasi yang cukup besar. Namun demikian tentu tidak harus terhenti hanya karena ada kendala. Justeru kendala tadi menjadi kesempatan dan tantangan untuk membuat terobosan baru, diantaranya dengan skema kerja sama pemerintah-swasta (private public partnership).

Demikianlah sedikit penjelasan singkat mengenai konsep Tol Langit yang banyak menjadi bahan perbincangan. Bagi yang tahu tentu memiliki tanggung jawab moral untuk memberi penjelasan tanpa emosional atau menghujat atas ketidaktahuan saudara – saudara kita sendiri. Bagi yang belum tahu, inilah kesempatan untuk belajar memahami apa yang dimaksud dengan istilah “Tol Langit”. Semoga bermanfaat buat kita semua. **
Share:

Memetakan Kekuatan Politik Menurut Neuroscience


Duta Nusantara Merdeka |
Kontestasi perhelatan pesta demokrasi yang berlangsung di tanah air sangat menarik untuk dicermati. Tahap demi tahap proses demokrasi ini sudah dilalui dengan tertib, meski ada beberapa kericuhan kecil di beberapa lokasi, seperti di Yogya misalnya. Tapi secara keseluruhan bisa dikatakan bahwa sampai hari ini, situasi masih kondusif.

Untuk melakukan pemetaan kekuatan politik yang banyak dilakukan saat ini melalui metode survey yang dilakukan oleh beberapa survey. Metode statistik yang digunakan selama ini dianggap mampu mengilustrasikan keadaan yang sesungguhnya, meski ada kesalahan saat memprediksi pilkada tahun lalu di Jakarta.

Alasan yang mengemuka kemudian adalah bahwa pilihan politik itu bersafat cair dan tidak rigid, artinya bisa saja berubah setiap saat. Fenomena salahnya lembaga survey yang memprediksi kemenangan si “A” di Jakarta yang dikalahkan oleh si “B”, telah meluluhkan bangunana netralitas akademik pada beberapa lembaga survey. Akhirnya timbulah anggapan di sebagian masyarakat bahwa lembaga survey X, Y, atau Z bisa “dibeli” agar memunculkan kemenangan seolah – olah bagi si ‘A”. 

Kenapa lembaga survey dianggap bisa dibeli ? Sebagian orang berpendapat bahwa tujuannya agar mempengaruhi psikologi massa, karena massa cenderung merapat kepada calon yang dianggap memiliki potensi menang, apalagi bagi kaum opportunis politik, karena mendekat pada pihak yang diperkirakan menang kalkulasi politiknya adalah ada ‘kemungkinan” untuk mendapatkan sediit “kue kekuasaan” atas hasil jerih payahnya selama ini ikut berjuang memenangkan si A atau si B misalnya.

Jadi kalkulasi politiknya kebanyakan didasarkan atas untung rugi pribadi dalam membaca peta pertarungan, bukan karena nilai – nilai prinsip perjuangan. Tentu tidak semua orang berfikir demikian, karena mungkin saja masih banyak sebagian orang yang menjunjung tinggi nilai – nilai idealisme dalam memperjuangkan sebuah keyakinan.

Studi tentang neuroleadership sebenarnya sudah mampu membaca kekuatan politik dalam kontestasi politik yang merujuk pada otak. Hal ini pernah diungkapkan oleh Prof. Taruna Ikrar, seorang ahli otak dan neurosains Indonesia. Beliau Guru Besar di Pacific Health Sciences University, California - Amerika Serikat.

Putera kelahiran Gowa Sulawesi Selatan ini pernah menuturkan tentang studi pengukuran otak dan kaitannya dengan pilihan politik sejak Barack Obama terpilih menjadi pemimpin AS tahun 2008, dimana John Hopkins University melakukan riset khusus tentang kecenderungan politik. Hasilnya mencengangkan, di mana parameternya melihat genetik dan kecenderungan pemilihan berdasarkan pada otak.

Sejak itu studi otak untuk kecenderungan pemilihan politik di Amerika Serikat makin menarik. Buktinya, pada 2016, muncul hasil riset baru yang terkenal dengan studi red and blue brain. Studi ini mampu melihat kecenderungan pemilihan politik warga Amerika Serikat sampai tujuh generasi.

Hasil riset menemukan bahwa orang yang memilih Partai Demokrat itu daerah korteksnya punya densitas tinggi, lebih banyak syarafnya. Kalau di Partai Republik itu terbalik, di bagian sublimbik itu lebih tebal dibanding korteks. Pola ini menunjukkan bahwa Partai Republik lebih banyak dipilih warga dengan ekonomi kelas atas. Lihat saja saat Donald Trump terpilih jadi presiden, orang kaya Amerika mendesak pemerintahan Negeri Paman Sam agar tidak banyak memungut pajak.

Sebaliknya, Partai Demokrat merupakan pilihan warga menengah ke bawah, maka tak heran persoalan kecenderungan isu imigran luar biasa dalam kelompok ini. Jadi berdasarkan studi ini, pemilihan politik bukan hanya membentuk pattern tertentu tapi sirkuit pemilihan tertentu.

Jadi dalam membaca kekuatan politik atau kecenderungan kandidat yang akan menang tidak hanya diukur dengan metode statistik oleh lembaga survey saja, melainkan juga bisa dianalisis menggunakan pendekatan neuroscience. **

Penulis : Dede Farhan Aulawi
Share:

Neuroleadership Membidani Pemimpin Yang Visioner, Profesional dan Kreatif


Duta Nusantara Merdeka |

Oleh :
Dede Farhan Aulawi

Seiring dengan bertaburannya tema – tema milenial terkait Revolusi Industri 4.0 dan ruang – ruang inovasi digital memunculkan kesadaran baru akan arti dan peran strategis dari Artifial Intelligence (AI). Untuk memahami AI secara substansial harus terlebih dahulu dipahami ilmu tentang bagaimana sistem syaraf dan otak bekerja pada manusia.

Ilmu pengetahuan tentang sistem syaraf dan otak pada manusia itu banyak dikenal dengan istilah Neurosains (Neuroscience). Dengan demikian Ilmu saraf (Neurosains) ini adalah bidang ilmu yang mempelajari sistem saraf atau sistem neuron. Area studinya mencakup struktur, fungsi, perkembangan genetika, biokimia, fisiologi, farmakologi, informatika, penghitungan neurosains dan patologi sistem saraf.

Jadi jika saat ini mulai banyak muncul istilah Neuroleadership yang menghiasi ruang media, maka Neuroleadership dapat didefinisikan sebagai penerapan Neuroscience dalam Pengembangan Kepemimpinan (Leadership Development). Penemuan – penemuan baru di bidang ilmu saraf dapat dimanfaatkan untuk membantu dalam mengungkap fisiologi efektivitas kepemimpinan, dan pada akhirnya bisa digunakan dalam pengembangan kepemimpinan, pelatihan manajemen, pendidikan dan konsultasi manajemen perubahan, dan lain - lain. 


Hal tersebut bisa dibuktikan dari tulisan Kimberly Schaufenbuel yang menjelaskan tentang aplikasi praktus dari neuroscience dalam kepemimpinan. Termasuk contoh – contoh bagaimana menerapkan neuroleadership untuk meningkatkan praktik kepemimpinan, mengubah manajemen, inovasi, kreativitas, dan meningkatkan keterlibatan karyawan agar organisasi semakin kompetitif dan unggul.

Baca Juga : Peran Great Spirit Terhadap Perkembangan Neuroscience Terapan

Organisasi yang kompetitif dan unggul tidak bisa dihasilkan atas kerja individual, melainkan kolektifitas energi kebersamaan agar menghasilkan karya yang maksimal. Setiap karyawan harus menyadari akan arti peran, fungsi dan tanggung jawabnya sehingga bisa bekerja secara profesional, disiplin dan penuh tanggung jawab. Bagaimana meresonansikan energi fikiran yang positif yang dibangun atas dasar keyakinan, kesungguhan dan kepercayaan.

Kepemimpinan yang bisa mengorganisasikan setiap sumber daya yang terbatas semaksimalmungkin, seefektif mungkin, dan seefisien mungkin adalah kepemimpinan yang mampu mengoptimalkan peran syaraf dan otaknya agar senantiasa terlatih dan teruji menjadi manusia – manusia yang tangguh, survive dan terus berjuang untuk menyalakan lilin – lilin harapan.

Sebagaimana diketahui bahwa ada dua dua kemampuan otak manusia yang terkait dengan inovasi dan pemikiran kreatif, yaitu (1) Jaringan Default, yang memiliki kemampuan untuk melampaui atau membayangkan seperti apa rasanya berada di tempat atau waktu yang berbeda, dan (2) Jaringan Kontrol, yaitu area otak yang membuat orang tetap hidup. 

Artinya Jaringan Default untuk mendorong inovasi dan Jaringan Kontrol untuk mendorong fokus. Jadi berbagai kemajuan dalam bidang ilmu saraf dapat membantu untuk mengungkap misteri efektivitas kepemimpinan serta meningkatkan berbagai bidang kerja. Jadi neuroleadership memiliki ruang lingkup, tentang (1) Gambaran tentang bidang ilmu saraf, (2) Mengenal konsep "neuroleadership", (3) Aplikasi neuroscience dalam meningkatkan kinerja, praktik kepemimpinan, manajemen perubahan, inovasi, kreativitas, dan keterlibatan karyawan. **


Share:

Peran Great Spirit Terhadap Perkembangan Neuroscience Terapan


Duta Nusantara Merdeka |

Oleh : Dede Farhan Aulawi

Setiap manusia pada dasarnya memiliki reservoar alam bawah sadar yang luar biasa yang mampu melecutkan prestasi dan kemampuan super di atas orang rata – rata.

Jika saja setiap anak bangsa menyadari hal ini, maka secara kolektivitas akan menghasilkan karya – karya luar biasa. Bukan sekedar untuk dirinya sendiri, melainkan juga mampu mengangkat harkat dan martabat bangsa sebagai sebuah entitas yang memiliki peradaban luhur di tengah pesona zaman yang apatis dan egois.

Bagi sebagian masyarakat yang sudah menyadari hal ini, ia akan menguji dan melatih ketangguhan mental dan ketajaman spirit-nya agar mampu memberi stimulus atau rangsangan pada perkembangan otak sehingga semakin terlatih untuk mengurai dan menganalisis berbagai kerumitan algoritma kehidupan yang semakin kompleks.



Semua dorongan kesadaran yang terbangun dari mentalitas yang positif akan semakin merangsang agar fungsi syaraf dalam otak terus bekerja untuk menjadi Great Thingking dan akhirnya melahirkan orang – orang super, mereka adalah Great People yang selalu menebarkan benih – benih harapan penuh optimisme dalam menatap indahnya masa depan.

Rangkaian penderitaan dan setumpuk kesulitan yang pernah dialami dalam hidupnya, tidak lantas ia harus menyerah pasrah dan kalah. Menerima getirnya kehidupan dengan isak tangis dan keluh kesah penuh kepiluan.

Tapi justeru harus diolah sebagai sebuah realitas kehidupan yang harus dilalui dengan berani, sabar dan tangguh penuh keyakinan. Pada saat itulah syaraf – syaraf akan bekerja, saat itulah kecerdasan manusia akan diuji, dan saat itulah otak manusia akan semakin terlatih dan terasah.


Menarik sekali berbagai kajian bagaimana otak dan sistem syaraf merespon spirit dan mental seseorang yang mau berfikir. Semakin rumit dan kompleks suatu persoalan akan membuat otak semakin sehat dan cerdas jika mau berfikir untuk menyelesaikannya.

Kecuali jika spirit dan mentalnya malas berfikir, maka otak dan sistem syarafnya tidak akan berfungsi dan terlatih secara optimal. Itulah sebabnya ilmu tentang Neuroscience semakin berkembang dan banyak diminati untuk dipelajari.

Neuroscience pada dasarnya merupakan sebuah ilmu yang mempelajari untuk mengungkap berbagai misteri otak. Dalam pengungkapannya tentu tidak akan cukup hanya dengan bermodalkan satu disiplin ilmu saja, melainkan memerlukan dukungan berbagai ilmu agar misteri bisa terkuak secara komprehensif.

Meskipun tentu etafeta penemuan dan pengungkapan ini tidak akan langsung bertemu dengan tanda titik, melainkan tanda koma dan tanda koma lagi karena keterbatasan pengetahuan manusia akan karya Tuhan yang sangat vital dalam anatomi manusia ini.

Meski demikian, sekali lagi tidak boleh membuat kita lemah atau takut. Tetapi harus dijadikan tantangan agar lebih keras lagi berfikir untuk menguak tabir pengetahuan yang terbatas ini. 


Otak yang memiliki ukuran dalam volume dan berat yang terbatas, tetapi memiliki kekuatan dan kemampuan yang tidak terbatas. Tidak ada manusia yang bodoh, melainkan sekelompok manusia yang belum tahu bagaimana cara melatih dan memanfaatkan otaknya yang luar bisa tersebut. 

Pompalah terus semangat untuk menguak setiap tabir ketidaktahuan. Kobarkan semangat dan kemauan untuk selalu berfikir. Jangan pernah lelah dan takut dengan kesulitan, karena kesulitan sesungguhnya adalah kesempatan yang mampu membuat kita semakin hebat dan kuat. 

Air mata tidak akan pernah memberi jawaban, tetapi semangat untuk menggunakan otak secara sehat adalah solusi atas setiap permasalahan. Mungkin setiap manusia pernah memiliki sisi – sisi gelap yang pernah dilaluinya, tetapi itu jangan pernah membuat kita tertunduk tanpa harapan. 

Indonesia sedang berkembang dan terus membangun. Indonesia membutuhkan anak – anak bangsa yang berani dan mau berfikir keras. Tampilah kita menjadi bagian dari generasi yang akan meneruskan estafeta pembangunan menuju kesejahteraan dan kemakmuran. Bukan hanya menunjuk hidung orang lain.

Bukan hanya menggantungkan harapan pada orang lain, tetapi jadilah kita sebagai pembawa obor harapan dengan penuh keyakinan untuk mengukir masa depan bangsa yang cemerlang. **
Share:

OPINI ~ Cegah Korupsi Perlu Melakukan "Success Redifining"


Duta Nusantara Merdeka |

Oleh : Dede Farhan Aulawi

Maraknya OTT yang dilakukan oleh KPK dan Saber Pungli menunjukan indikator bahwa program pemberantasan korupsi, khususnya pungutan liar masih belum optimal. Adanya lembaga negara di bidang pemberantasan korupsi dan juga sekian banyak LSM/ Ormas anti korupsi ternyata tidak menyurutkan “minat” banyak oknum untuk melakukan korupsi.

Satgas Saber Pungli yang dibentuk oleh Pemerintah RI hakikatnya merupakan komitmen dan tekad yang kuat untuk melakukan pemberantasan pungutan liar. Tekad ini sejatinya didukung oleh seluruh lapisan masyarakat, termasuk seluruh aparatur pemerintahan. Namun demikian, kenyataan yang terjadi masih jauh dari harapan. Padahal dampak dari adanya pungutan liar ini akan sangat berpengaruh bagi kesejahteraan ekonomi masyarakat, baik dalam kontek mikro ekonomi maupun makro ekonomi.

Lebih dari itu kondisi yang lebih menyedihkan lagi adalah bahwa pelaku korupsi yang selama ini tertangkap tangan, adalah orang – orang yang selama ini dipercaya untuk memegang amanah pemerintahan. Di lihat dari level pendidikan pun, mereka adalah kaum terdidik dan terhormat. Tapi ternyata fakta menunjukkan lain, bahwa level pendidikan tidak selalu beriringan dengan ikhtiar untuk menjaga marwah dan kehormatan diri, keluarga, dan lembaganya. Sederet gelar yang mereka miliki, sama sekali tidak mampu menjadi rem untuk menghentikan syahwat dan perilaku koruptifnya.

Jika ditarik ke belakang barangkali bangsa kita terlena dengan istilah “sukses”. Kata “Sukses” selama ini sering dipersepsikan dengan “materi/ kekayaan”, sehingga kalau ingin disebut sukses maka ia harus mengumpulkan banyak kekayaan. Sementara banyak orang yang mencapai level pendidikan tinggi atau mendapat posisi jabatan tinggi, tetapi kalau tidak kaya masih sering dianggap tidak sukses. Mindset materialistik inilah yang sering kali menyebabkan pola fikir salah arah dalam memanfaatkan jabatan dan kekuasaan untuk tujuan yang tidak baik, yaitu menumpuk kekayaan dengan segala cara.

Oleh karena itu, kita perlu melakukan success redefining atau melakukan pendefinisian ulang tentang arti kata “sukses”. Sukses jangan lagi diukur dengan materi atau kekayaan seseorang, melainkan kesholihan spiritual, kesholihan sosial dan kesholihan intelektual. Ini menjadi sangat penting agar kompas kehidupan ini disetting ulang. Penghormatan terhadap seseorang jangan lagi disandarkan pada kekayaan, kemewahan atau gaya hidup jor-joran. Namun fakta empirik sering menunjukkan, bahwa penghormatan masyarakat pada seseorang lebih pada ukuran materi-nya, bukan pada derajat intelektualitas, empathi sosial dan kesholihan spiritual-nya. Akhirnya mari kita dukung program Pemerintah di bidang pemberantasan pungli dan korupsi, demi kejayaan bangsa dan negara, serta demi kesejahteraan masyarakat Indonesia. **
Share:

OPINI ~ Navigasi Sistem Pertahanan di Revolusi Industri 4.0


Duta Nusantara Merdeka |

Navigasi Sistem Pertahanan di Revolusi Industri 4.0

Oleh : Dede Farhan Aulawi

Persaingan AS, Rusia dan Cina dalam pengembangan teknologi selalu menjadi totlok ukur dunia, termasuk pengembangan sistem persenjataannya. Namun produk – produk Rusia dan China dianggap lebih efisien baik dari sisi biaya maupun rantai pasokan, sehingga memiliki keunggulan kompetitif di pasar senjata internasional, menciptakan potensi untuk mengimbangi keunggulan teknologi militer AS melalui efisiensi dan risiko yang terukur. Akhirnya lahirlah generasi baru yang banyak memanfaatkan teknologi revolusi industri keempat. 

Revolusi industri keempat didefinisikan sebagai rangkaian teknologi baru yang menyatukan dunia fisik, digital, dan biologis, dan berdampak pada semua disiplin ilmu, ekonomi, dan industri. 

Saat AS beralih dari berbagai revolusi industri, akuisisi senjata masa depan, aset intelijen, teknologi canggih, dan penggunaan perang informasi berfungsi sebagai sistem pelengkap yang mendukung desain perang di masa depan. Seperti yang dipelajari Jerman dalam Perang Dunia I, menembus pertahanan tidak mungkin dilakukan tanpa menggabungkan kemajuan teknologi untuk memajukan taktik militer. Saat ini, kemampuan anti-akses dan penolakan wilayah berfungsi sebagai sistem pertahanan berlapis. 



Di Asia-Pasifik saat ini ada sekitar 154.000 personel militer AS yang bertugas aktif dan 176.000 warga sipil lainnya ditempatkan di 49 pangkalan utama yang berlokasi di Jepang, Korea Selatan, Australia, Singapura, Guam, Kepulauan Marshall, dan Kepulauan Mariana Utara. Selain itu ada pengerahan ke Asia-Pasifik dengan kekuatan lima kelompok yaitu serangan kapal induk, termasuk sebanyak 180 kapal dan 1.500 pesawat, dua pertiga dari kekuatan tempur Korps Marinir, lima brigade Angkatan Darat Stryker, dan lebih dari setengah kekuatan angkatan laut AS secara keseluruhan.

Inovasi militer AS dapat berkembang dalam lima bidang utama yang ditemukan dalam revolusi industri keempat, yaitu (1) sistem pembelajaran otonom, (2) pengambilan keputusan kolaboratif mesin-manusia, operasi sistem tak berawak, dan senjata otonom yang memungkinkan jaringan dan kecepatan tinggi proyektil. Untuk membantu memerangi sistem musuh dan mengurangi beban kerja kognitif, pengambilan keputusan kolaboratif manusia-mesin melengkapi kekuatan manusia dan komputer untuk menciptakan solusi yang lebih baik untuk masalah berskala besar dan kompleks. 

Laboratorium The Air Force Research saat ini sedang merancang biosensor kulit yang terlihat dan terasa seperti Bandaid, kecuali biosensor dilengkapi untuk membaca data seperti detak jantung, hidrasi, dan tanda-tanda vital lainnya. Kemajuan dalam bidang-bidang ini meningkatkan kemampuan militer melewati pesaing terdekat dan memungkinkan pengembangan kemampuan baru di luar kemampuan musuh. Dengan mengakui lima bidang inovatif, Departemen Pertahanan harus mengidentifikasi cara mengintegrasikan kemampuan baru di bawah Departemen Pertahanan. 




Untuk saat ini posisi militer AS dinilai masih tetap unggul dari para pesaingnya, karena ukuran, keterlibatan global, dan kemampuan teknologi yang memang dinilai sudah sangat canggih. Untuk lebih memahami kemajuan teknologi perang AS dapat dipelajari dari tulisan Harris, H.B., Brown, R. B., Swift, S. H., & Berry,R.D. (02 March 2018). “The Integrated Joint Force: A Lethal Solution for Ensuring Military Preeminence.” RealClear Defense. Bisa juga dipelajari dari Lostumbo, M. J., et al. (2013). Overseas Basing of U.S. Military Forces: An Assessment of Relative Costs and Strategic Benefits. Santa Monica, CA.

Bisa juga ditemukan dalam buku karya Erickson, A. S. and Mikolay, J. D.  (2015). “Guam and American Security in the Pacific,” in Rebalancing U.S. Forces: Basing and Forward Presence in the Asia-Pacific, ed. Carnes Lord and Andrew S. Erickson. Annapolis, MD. Atau karya dari Heritage Foundation (2017), tentang 2017 Index of U.S. Military Strength. Bisa juga dari karya Malasky, J. S. (23 June 2005). “Human Machine Collaborative Decision Making in a Complex Optimization System.” MIT. Dan beberapa buku atau jurnal yang terkait lainnya. **
Share:

Kejahatan Siber Merupakan Tantangan Keamanan Masa Depan



Duta Nusantara Merdeka | 
Berubahnya peradaban tatanan dunia memiliki kompleksitas yang sangat serius, terutama terkait dengan perkembangan percepatan teknologi yang sudah ultra cepat, sementara realitas intelektual mayoritas masyarakat belum siap dan belum mampu mengimbanginya.

Model berfikir analog faktanya semakin tergerus dengan model berfikir digital yang lebih memanjakan umat manusia dengan segala kemudahannya bagi yang bisa mengikutinya. Sementara di sudut lain fakta juga bicara bahwa masih banyak masyarakat yang belum tentu bisa mengambangi perubahan ini. Apalagi dikaitkan dengan Revolusi industri 4.0 yang terus menggempur berbagai lini kehidupan secara masif memaksa untuk berubah.

Tentu di dalam praktiknya bukan hanya bicara dari aspek penggunaan dan manfaatnya semata, tetapi juga harus mempertimbangkan realitas terkait sistem keamanan melawan ancaman internal dan eksternal di dunia siber.

Lihat saja data yang pernah disampaikan oleh Ponemon Institute yang merelease informasi bahwa rata-rata kerugian akibat pelanggaran data secara global pada tahun 2018 mencapai 3,86 juta dolar, danmemiliki kecenderungan untuk terus meningkat. Bahkan Breach Level Index, menyampaikan ada 945 pelanggaran data publik yang menyebabkan kerugian 4,5 miliar USD.

Ada tiga tantangan utama yang akan di hadapi berbagai perusahaan ke depan, yaitu Target Serangan, Ransomware yang telah dielaborasi dengan botnet dan cryptoJacking,  serta kualitas SDM. Kesalahan yang dilakukan oleh SDM ini, biasanya terkait dengan salah copy file, salah kirim file, meninggalkan komputer dalam keadaan terbuka saat tidak dipakai, dan lain-lain. Ada juga kebocoran data yang dilakukan karena faktor kesengajaan yang dilatarbelakangi motif finansial/ ekonomi, spionase dan persaingan bisnis.

Semakin tingginya serangan siber ini mendorong tatanan masyarakat dunia untuk membuat kesepakatan model konvensi Jenewa yang menjadi dasar terbentuknya badan keamanan PBB. Dengan adanya Konvensi Jenewa Digital ini bertujuan untuk melindungi warga sipil di internet, dan berisi tentang Perjanjian untuk tidak saling menyerang lewat perang siber.

Hal ini didasari oleh suatu fakta saat ini bahwa serangan siber yang disponsori oleh negara semakin gencar. Oleh karena itu mulai saat ini banyak negara yang meningkatkan investasi pertahanannya di bidang siber. Bahkan sudah ada yang mengembangkan senjata software untuk menyerang, spionase dan kontra spionase, serta sistem umun pamungkas dalam sistem keamanan nasional-nya. 

Untuk merespon hal ini, Indonesia sudah membentuk Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dengan payung hukum Perpres No. 53 Tahun 2017 tentang Badan Siber dan Sandi Negara yang diundangkan pada tanggal 23 Mei 2017. 

Lalu ada perubahan menjadi  Perpres No. 133 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden No. 53 Tahun 2017 tentang Badan Siber dan Sandi Negara, yang diundangkan pada tanggal 16 Desember 2017.

Merujuk pasal 3 dijelaskan bahwa tugas BSSN adalah melakukan identifikasi, deteksi, proteksi, penanggulangan, pemulihan, pemantauan, evaluasi, pengendalian proteksi e-commerce, persadian, penapisan, diplomasi siber, manajemen krisis, pusat kontak siber, sentra informasi, dukungan mitigasi, pemulihan penanggulangan kerentanan, insiden dan/atau serangan siber.

Kejahatan siber (cyber crime) merupakan salah satu bentuk masalah hukum di ruang siber. Bentuk dan modusnya bisa bermacam – macam seperti penipuan baik di bidang finansial, transaksi online, investasi bodong online dan pencurian data.

Ada juga tindak kejahatan seperti kekerasan seksual anak secara online, judi online, pornografi online, ransomware, dan sebagainya. Tentu semua masalah ini harus ditangani dengan baik, dan di saat yang bersamaan juga harus bisa dicegah. Belum lagi masalah berita hoax, hate speech dan cyber terorism. 

Kondisi di atas menunjukkan bahwa literasi digital menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Jika kita merujuk pada ketahanan Amerika dalam membangun sistem keamanan siber masa depan, kita bisa melihat kurikulum yang dikembangkan oleh University of San Diego, AS dimulai dari mata kuliah dasar seperti Foundations of Cyber Security.

Applied Cryptography, Secure Systems Architecture, Cyber Security Risk Management, Cyber Security Operational Policy, Management and Cyber Security, Secure Software Design and Development, Network Visualization and Vulnerability Detection, Cyber Intelligence, Cyber Incident Response and Computer Network Forensics, sampai pada Cyber Security Operations and Leadership Capstone.

Ada juga bidang tambahan yang mengambil konsentrasi engineering, dengan tambahan materi Secure Network Engineering, Trusted Systems Design, Development and Analysis, Secure Systems Engineering, dan Digital Forensics and Incident Response.

Semoga literasi di atas bisa menjadi rujukan bagaimana ke depan kita bisa membangun sistem keamanan siber, mengimbangi zaman dan mencegah kemungkinan kejahatan berbasis siber ini. Faktanya tentu tidak mudah karena masyarakat kita juga sangat heterogen dalam segala hal.

Tapi paling tidak melalui tulisan singkat ini, diharapkan setidaknya bisa membantu dalam menambah wawasan, kewaspadaan dan kehati – hatian semua masyarakat terhadap kemungkinan menjadi korban berbagai kejahatan siber dengan segala bentuk dan modusnya. **

Penulis : Dede Farhan Aulawi
Share:

Mengenal Cryptocurrency Sebagai New Platform Criminals


Duta Nusantara Merdeka |

Oleh : Dede Farhan Aulawi

Selamat tinggal dunia analog, dan selamat datang di era digital. Era digital di satu sisi menjanjikan berbagai kemudahan pada manusia tertentu, tetapi juga menimbulkan beberapa masalah baru bagi kebanyakan orang terutama di negara – negara berkembang.

Perkembangan teknologi nano dengan laju eksponensial tidak mungkin bisa diimbangi oleh model berfikir yang linier. Hal ini akan berdampak pada semua lini kehidupan, termasuk perubahan model dan modus kejahatan baru yang berbasis pada teknologi terbaru.

Para pelaku kejahatan saat ini sudah sudah berpaling dari kejahatan uang tradisional seperti perampokan dan pencurian, dan mulai fokus pada kejahatan kerah putih. Pertimbangannya sederhana saja bahwa kejahatan model kerah putih ini dinilai dapat bisa menghasilkan hasil kejahatan dengan jumlah nominal yang lebih besar dan resiko kemungkinan bisa ditangkap aparat kepolisian jauh lebih kecil.

Lalu seiring dengan perkembangan teknologi baru yaitu lahirnya mata uang digital (cryptocurrency) maka mereka memanfaatkan teknologi ini sebagai flatform baru untuk untuk menyembunyikan uang hasil kejahatannya, karena dinilai akan sangat sulit untuk dilacak.

Contoh – contoh cryptocurrency yang saat ini lagi booming seperti Bitcoin, Ethereum, Litecoin, dan Ripple merupakan contoh mata uang digital yang saat ini banyak dikenal oleh masyarakat, dari total jumlah mata uang digital saat ini yang berjumlah sekitar 1600 – 2000 jenis.

Bahkan ada jenis Monero dan Zcash yang secara khusus dirancang oleh para pencuci uang untuk mempersulit penegakan hukum dan pelacakannya. Monero bahkan sesumbar di situs webnya bahwa mata uangnya "dirancang untuk menjadi pribadi, aman, dan tidak bisa dilacak."

Lalu apa sebenarnya yang disebut dengan CRYPTOCURRENCY ? Kalau ditinjau secara historis cryptocurrency mulai dikenal sejak tahun 2008, dimana saat itu Satoshi Nakamoto mengenalkan konsep  “ Bitcoin : Sistem tunai elektronik peer-to-peer “. Memperkenalkan sistem pembayaran global anonim berdasarkan mata uang digital terdesentralisasi di mana jaringan pengguna menggantikan kebutuhan mata uang fiat yang dikeluarkan pemerintah yang terpusat.

Mata uang digital terdesentralisasi yang dijalankan pada jaringan komputer peer-to-peer. Jadi tidak menggunakan perantara, yang menjadikannya alternatif yang sangat menarik bagi para penjahat. Dengan kata lain, cryptocurrency adalah bentuk uang "digital" yang tidak terkait dengan repositori pusat.

Uang mengalir masuk dan keluar dari sistem melalui penggunaan komputer pengguna. Pengguna dapat melakukan pembelian dengan menggunakan dompet digital. Pengguna dapat mentransfer uang ke orang lain, dengan cepat, aman, anonim dan murah. 

Transaksi Cryptocurrency diverifikasi menggunakan peralatan komputer berdaya tinggi. Setiap transaksi ditempatkan dalam suatu string dengan transaksi lainnya. Ini disebut blockchain. Blok individu kemudian diberi kriptografi-hash berdasarkan enkripsi SHA256. Blok, yang berisi beberapa transaksi, kemudian diverifikasi oleh penambang.

Dengan menggunakan "komputer" mereka yang dimodifikasi, para penambang memecahkan kriptografi dan menerima sebagian kecil dari biaya, yang didasarkan pada ukuran byte dari transaksi. Tetapi insentif nyata adalah hadiah blok yang diberikan kepada penambang yang memecahkan hash dan mengkonfirmasi blok.

Dalam teknisnya, saat ini juga berkembang apa yang disebut dengan WEB GELAP, yaitu suatu web yang tidak diindeks oleh mesin pencari. Dengan kata lain, mesin pencari publik tidak dapat mencari informasi yang disimpan di web yang dalam (intraweb). Web gelap ini hanya dapat diakses menggunakan browser khusus seperti The Onion Router (Tor) atau I2P.

Setelah diakses dan jika mereka tahu ke mana harus mencari, maka dengan mudah menemukan apa pun. Narkoba, senjata, seni curian, dan pornografi mudah diakses. Artefak dan seni budaya curian, senjata non-tradisional seperti peluncur roket, pornografi anak-anak dan orang-orang (untuk perdagangan manusia), biasanya ditemukan dengan menggunakan ruang obrolan khusus anggotayang disebut THE OPIOID EPIDEMIC AND THE DARK WEB.

Dulu sangat sulit bagi lembaga penegak hukum untuk melacak bagaimana cryptocurrency berperan dalam kejahatan, tetapi kini ada perusahaan intelijen cryptocurrency yang membantu untuk mengungkap kejahatan berbasis crypto secara scientific. Di A.S., penambang (Miner) dan pengguna cryptocurrency tunggal tidak diatur oleh Financial Crime Enforcement Network (FinCEN), regulator federal.

Kurangnya peraturan, karakteristik “anonim” dan lemahnya Kompetensi SDM Polisi di bidang cryptocurrency mendorong perilaku kriminal untuk bisa tetap menikmati ruang – ruang digital sebagai instrumen untuk menyembunyikan hasil kejahatan secara aman. **
Share:

Urgensi Sosialisasi POLICE HUMAN FACTOR


Duta Nusantara Merdeka |

Oleh : Dede Farhan Aulawi

Tugas – tugas kepolisian sebagaimana dimanatkan oleh UU No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia tidaklah mudah, bahkan seiring dengan perkembangan zaman tugas tersebut pasti akan bertambah berat. 

Kompleksitas persoalan akan terus berkembang seiring dengan perubahan lingkungan strategis yang semakin dinamis, baik tingkat nasional, regional maupun internasional. Bukan sekedar kompleksitas dari dimensi persoalannya saja, tetapi juga dari sisi resiko pekerjaan.

Dengan kata lain bahwa tugas – tugas kepolisian itu beresiko tinggi, oleh karena itu perlu memikirkan masalah keselamatan personil Polri dalam melaksanakan tugas – tugas tersebut. Dalam terminologi internasional sering diistilahkan, “safety in high risk environments”. Kajian tentang hal ini serta upaya untuk meminimalisir resikonya diberikan dalam bentuk pelatihan “ Police Human Factor”.

Polisi saat ini dan seterusnya tidak bisa lagi bekerja hanya dengan bermodalkan keberanian dan nekat saja, tetapi harus berfikir rasional dan “dimanusiakan”, ini sesuai dengan prinsip – prinsip Human Engineering. Setiap anggota Polri pasti memiliki keluarga, oleh karena itu ada kewajiban moral dari institusi maupun negara agar mampu menjamin keselamatan personil Polri dalam melaksanakan tugasnya tersebut.

Literatur internasional yang membahas hal ini, dengan mudah bisa kita temukan dari hasil karya Jack Colwell dengan judul “Why Human Factors in Law Enforcement?” yang terbit pada 27 Juli 2015. Lalu James Reason, membuat karya tentang “Human Error : Models and Management”. Paul R. Howe, menerbitkan karya “Using Special Operations Principles to Succeed in Law Enforcement, Business, and War” pada tahun 2011.

Nicole Lamond and Drew Dawson menerbitkan karya “Quantifying the Performance Impairment Associated With Fatigue ” tahun 1999. Jeanne B. Stinchcomb menerbitkan karya “Searching for Stress in All the Wrong Places: Combating Chronic Organizational Stressors in Policing ” tahun 2004. Kevin Gilmartin menerbitkan karya “Hypervigilance : A Learned Perceptual Set and Its Consequences on Police Stress ” -  A Guide for Law Enforcement Officers.

Alexis Artwohl and Loren W. Christiansen, menerbitkan karya “What Cops Need to Know to Mentally and Physically Prepare for and Survive a Gunfight” tahun 1997. Dan banyak lagi literatur lain yang menjadi referensi pelatihan – pelatihan Police Human Factor di seluruh dunia.

Namun demikian perlu juga diketahui bahwa pelatihan tentang Human Factor ini dimulai pertama kali dilakukan dan diwajibkan di AS untuk industri penerbangan baik “Human Factor in Aviation Operation” maupun “Human Factor in Aviation Maintenance” karena ada perbedaan karakteristik lingkungan di atas udara dan di darat, sebagaimana dijelaskan dalam U.S. Department of Transportation, Federal Aviation Administration, Flight Standards Service, Risk Management Handbook, FAA-H-8083-2 yang diterbitkan di Washington, DC pada tahun 2009. Kenapa ? karena industri penerbangan merupakan industri yang beresiko tinggi, maka aspek keselamatan harus benar – benar diperhatikan. No compromise in safety.

Beranjak dari realitas ini dimana Polisi pun karena bekerja di lingkungan yang sifatnya beresiko tinggi, maka aspek keselamatannya harus benar – benar diperhatikan.

Bahkan dari beberapa referensi yang disampaikan di atas, dijelaskan bahwa Pilot dan Polisi itu memiliki beberapa kesamaan dalam hal, (1) concern with safety and security, (2) operate in hazardous environments, (3) need to make critical decisions quickly, (4) work in uncomfortable and dangerous working conditions, (5) must assess and manage threats constantly, (6) must remain calm and professional in the face of adversity, (7) work shifts and deal with fatigue and stress,.

(8) have little or no margin for error, (9) interdependence between groups, (10) multi-cultural mix in teams which must work together effectively, (11) must be seen as strong, fair, trustworthy dan (12) in control by the general public. Dari 12 kesamaan antara tugas Pilot dan Polisi ini maka Pelatihan Police Human Factor menjadi sangat penting untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya human error di lingkungan kerjanya baik saat mengikuti pendidikan maupun melaksanakan tugas – tugas operasi kepolisian.

Adapun yang menjadi subjek bahasan dalam pelatihan – pelatihan internasional mengenai Police Human Factor ini, biasanya meliputi Personality and Behaviour, Communication, Conformity and Assertiveness, Decision Making, Judgment, Management of Fatigue and Stress, Situational Awareness, Leadership, Teamwork, The Learning Process, Complacency and Routines, Cultural and Gender Aspects, Threat and Error Management, Management of resources/ Commodities, dan SOP Compliance. 

Kesemua subjek ini intinya mengajarkan bagaimana interaksi manusia di lingkungan kerja, mulai dari pemahaman terhadap pengetahuan dan prosedur, lalu interaksi manusia dengan peralatan, senjata, kendaraan, dan peralatan lainnya baik alpalkam maupun almatsus, terus interaksi manusia dengan lingkungannya. Dan terakhir interaksi antara manusia dengan manusia lainnya. Juga dijelaskan masalah keterbatasan manusia (performance limitations) yang menggali manusia dari aspek keterbatasan fisik maupun psikis. 

Setelah mengikuti standar pelatihan selama 3 hari ini, umumnya diakhiri dengan ujian. Persyaratan yang berhak mengikuti ujian menurut standar internasionalnya 90% kehadiran. Dan standar kelulusan dengannilai minimal 80. Artinya nilai 79 saja bisa dinyatakan tidak lulus.

Bagi yang lulus ujian biasanya diberi sertifikat “Certificate of Successfully Pased”, dan bagi yang tidak lulus diberi sertifikat “Certificate of Attendance”. Jika ini bisa mulai diterapkan dan dilakukan maka kemungkinan terjadinya human error bisa diminimalisir.

Dan perlu diketahui bahwa dari berbagai riset yang sudah dilakukan di berbagai negara, ternyata sekitar 80% accident dan Incident diakibatkan oleh human error. Oleh karena itu ketika kita fokus pada faktor keselamatan, maka Police Human Factor perlu segera disosialisasikan. **
Share:

KIRIM BERITA SILAHKAN KLIK

KIRIM BERITA ANDA KESINI! Merasa Terbantu Dengan Publikasi ? Ayo Traktir Kopi Untuk Admin Dengan Cara Berbagai Donasi. Terimakasih :)



BREAKING NEWS

~||~ KPU Tetapkan Pasangan Prabowo Subianto & Gibran Rakabuming Raka Menjadi Presiden Terpilih ~||~ Kampung Rakyat Indonesia Siap Sukseskan PILKADA Serentak Tahun 2024 ~||~ Hak Angket Kian Redup ~||~ Pasangan Capres & Cawapres Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar dan Pasangan Ganjar Pranowo - Mahfud MD Resmi Layangkan Gugatan Hasil Pilpres Ke Mahkamah Konstitusi ~||~ #PEMILUDAMAI ~||~

Kilas Balik Bung Karno

Kilas Balik Bung Karno - Makna Proklamasi

Ir. Soekarno (Sang Proklamator) Setiap Tahun kita Memperingati Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Maka kita tidak bisa t...

Like Fanpage

Follow In Twitter

Breaking News

IKUTI KAMI


loading...

NONTON VIDEO DAPAT DUIT

10 Berita Populer

IKLAN

IKLAN
Ingin Pasang Iklan hubungi Kami di 0812 6582 534

Label

(SAS) #2019GantiPresiden Accounting Aceh Aceh Timur Adat Istiadat Advokat AFF Agama Agraria AIDS Air Aisyiyah Aksara Aksi Aksi Sosial Aktivis Aktivitis Al Washliyah Album Amien Rais Anak Anak Yatim Anarkis Angkatan Darat Anies Baswedan Animal Anti Korupsi Arisan Artikel Artis Arus Mudik Asahan Asian Games ASN Asuransi Asusila Atlet Award Bacaleg Bachtiar Ahmad Sibarani Baksos Bakti Sosial Balap Liar Banda Aceh Bandar Lampung Bandara Bandung Banjir BANK Bank Sumut Bansos Banten Bantuan Sosial Bapenas Bappenas Basarnas Batubara Bawang Putih Bawaslu Bayi Bazar BBM Bea Cukai Beasiswa Begal Bekraf Beladiri Belanja Bencana Bencana Alam Beras Berita Bhabinkamtibmas Bhayangkara Bhayangkari Bioskop Bisnis BKPRMI BM PAN BNI BNN BNPT Bobby Nasution Bom Bunuh Diri Boomerang BPBD BPJS BPN BPOM BRI Brimob Buka lapak Bukit Asam Buku Bulog BUMN Bung Karno Bupati Bursa saham Bursasaham Buruh Bus Caleg Capital market CCTV Cerpen Cianjur Cikampek Citilink conference Cosplayer Covid-19 Covid-19 Satgas Covid19 Cuaca Cuci Tangan Curanmor Cyber Daerah Dakwah Dance Debat Presiden Debt Collector Dede Farhan Aulawi Deklarasi Deli Serdang Demonstrasi Densus 88 Desa Dewan Pengawas Dewata Sakti Dharma Pertiwi Dialog Digital Diklat Dinas Perhubungan Dirgahayu HUT RI Disiplin Diskusi Dongeng Donor Darah DPD RI DPR Duka Cita E-Money Effendi Simbolon Ekonom Ekonomi Ekspor Impor Electronics Elektronik Emas Empat Pilar Entertainment Es cream ESDM event Fashion Festival FIFA Film Film Horor Film seri Anak Fintech FISIP Flores Timur Formasi Formula E Forum Furniture Futsal G30S/PKI GAAS Games Ganja Ganjar Ganjil Genap Garut Gebyar Kemerdekaan Gempa Geng Motor Genppari Gereja Gibran Gizi Buruk Go Pay Go-Jek Gojek Golkar Gotong Royong Grab Gubernur Guru Besar Gym Haedar Nasir ham HANI Harbolnas Hari Ibu Hewan Hiburan HIV HMI Hoax Hotel Hp Hukum Humas Humbahas HUT HUT Bhayangkara HUT RI HUT TNI Hutan Ibadah Ibadah Haji Ibu Negara Idul Adha Idul Fitri IKLAN Imlek IMM Indonesia Industri inflasi Informasi Infrastruktur Inspektorat Inspirasi Internasional Internet Intoleran Investor IPK IPM IPPI Islam IWAPI Jakarta Jakarta Barat Jakarta Pusat Jalan Jambore Nasional Jawa Tengah Jawa Timur Jayapura Jokowi Juara Jum'at Barokah Jumanji Jumat Jumat Berkah Jurnalis Kaliber Kampanye Kampung Rakyat Indonesia Kampus Kamtibmas Kapolda Kapoldasu Kapolri Kapolsek Kapolsek Kepolisian Karaoke Karhutla Karya Tulis Kasus KDRT Keadilan Keagamaan Keamanan Kebakaran Kebangsaan Kebersihan Kebudayaan Kebun Kecantikan Kecelakaan Kedokteran Kegiatan Kegiatan seminar Kehutanan Kejahatan Kejaksaan Kejuaraan Kejurnas Kekerasan Kelestarian Alam Keluarga Kemalingan Kemanusiaan Kemenag Kemenaker Kemendag Kemendagri Kemendesa Kemendikbud Kemenhub Kemeninfo Kemenkes Kemenkeu Kemenko Kemenkumham Kemenlu KEMENPAN-RB Kemenparekraf Kemenperin Kemenpora kemenristek Kemensos Kementan Kemiskinan Kendaraan Dinas Kepala Daerah Kepedulian keperdulian Kepolisian Kerajaan Kereta Api kerja Paksa Kerjasama Kesehatan Kesejahteraan Keselamatan Kesenian Ketahanan Pangan Ketenagakerjaan Keuangan Khilafahtul Muslimin Kilas Balik Bung Karno Kivlan Zen KKP KNPI Kohati kompetisi Kompolnas Komputer Komunitas kon Konferensi KONI Konsumen Koperasi Kopermasu Kopi Kopi Pagi Korupsi Kota Medan KPK KPR KPU Kriminal KRYD KSAD Kudeta Kuliner Kunjungan Kerja Kutai Kartanegara Labuhan Batu Lahan Lakalantas Laksi Lalu Lintas Lampung Langka Langkat Lapas Launching Launching Album Launching Aplikasi Launching Buku LAZISMU Lebaran Legislatif Lembaga LGBT Lifestyle Lingkungan Lingkungan Hidup LIPPI Listrik Lock Down Lomba lomba lari London LPPI LPS LSM Lukas Enembe Madina Mahasiswa Mahkamah Agung Mainan anak Majalengka Makanan Jepang Makassar Makkasar Mall Maluku Market Outlook Masjid Masker Mata Uang Maulid Nabi Mayday MDMC Medan Denai Media Media Sosial Megapolitan Menag Mendag Mendagri Menembak Menteri Menteri Perdagangan millenial Minuman Keras Minuman sehat Minyak Goreng Minyak Makan Miras Mobil MOI Motivasi MoU MPR MPR RI Mudik Muhammadiyah Muharram MUI Munas Musibah Musik Musyawarah Musywil Narkoba Narkotika NasDem Nasional Natal Natal & Tahun Baru New Normal NII NKRI NU ODGJ Office Ojek Online Ojol Olah Raga Olahraga Ombusman Omicron Online Operasi Patuh Operasi Yustisi Opini Organisasi Ormas Otomotif P Padang Padangsidimpuan Pagelaran Pahlawan Pajak Pakta Integritas Palestina Pameran PAN Pancasila Papua Parawisata Pariwisata Partai Demokrat Partai Politik Partai UKM Partai Ummat Pasar Pasar modal Pasar Murah Pasar Tradisional Paspampres Patroli PC PDI Perjuangan PDIP Perjuangan pe Pedagang Pegadaian Pelajar Pelajar Islam Indonesia Pelantikan Pelatihan Pelayanan Publik Pelecehan seks Pelukis Peluncuran Pemadam Kebakaran Pemalakan Pembangunan Pembayaran Elektronik Pembunuhan pemerasan Pemerintah Pemerintahan Pemerkosaan Pemilu Pemuda Pemuda Melati Indonesia Pemuda Muhammadiyah Pemuka Agama pen Penandatanganan Pencabulan Pencemaran Nama Baik Penculikan Pencurian Pendataan Pendidikan Penelitian Penembakan Penerbangan Penertiban Pengabdian Pengadilan Pengadilan Negeri Pengajian Pengamanan Pengamat Penganiayaan Pengawasan Pengetahuan Penggelapan Penghargaan Penghijauan Pengusaha Penipuan Penistaan Agama Penulis Penyakit Penyandang Disabilitas Penyuluhan Perampasan Perayaan Perbankan Percut Sei Tuan Perdagangan Perekonomian Perempuan & Anak Peresmian Pergaulan Perhubungan Perikanan Peristiwa Perjanjian Perjudian Perkawinan Perlombaan Permainan Perpajakan Pers Pertamina Pertanahan Pertanian Perusahaan Pesawat Terbang PET Pileg Pilkada PIlkades Pilpres Pin Pinjam meminjam uang Pinjaman Online PKL PKS PMI Polairud Polantas Polisi Cilik Politik POLRI Polwan Pondok Pesantren Ponpes Pornografi Posko Ummat PPKM PPWI Pra Kerja Prabowo Pramuka Praperadilan Prawita Genppari Premanisme Presiden Prestasi Primbon Politik Prokes promo Property Prostitusi Protokol Kesehatan PSI PSSI Public Expose Publik expose Puisi Pungli PUPR Pusat Perbelanjaan Puskesmas PWI Qurban Radikalisme Rafdinal Ragam Rakernas Rakor Ramadhan Reksadana Rektor Relawan Relawan Jokowi Religi Remisi Rentan Renungan resa Restoran Reuni 212 Revolusi Mental Reward RKUHP Robot Ruang Guru Rumah Rumah sakit Rups Rusia RUU Saber Pungli Sabu Sahabat Anak Salon Samosir Samsat Samsung Sanitasi air.Lingkungan hidup Santri SAR Satlantas Satpol PP Satwa Sejarah Sekolah Sembako Seminar Sengketa Seniman Senjata Senjata Api Sepak Bola Separatis Sepeda Sepeda sehat Serdang Bedagai Sertifikat Sertijab sho Sigli Silaturahim Silaturahim. KUYAI Kartanegara Silaturahmi Silaturrahim SIM Simalungun Simpan Pinjam Simulasi Smartphone Soekarno Solar Somasi Sosial Sosialisasi Startup Stasiun STOP PRES...!!! Studi Ilmiah Stunting Suku bunga Sulawesi Selatan Sumatera Barat Sumatera Utara Sumpah Jabatan Sumut Sungai Superstore Suplemen Surabaya Surat Terbuka Suriyono Adi Susanto Suriyono Adi Susanto {SAS) Survei Survey susu Swab Antigen Syafi'i Ma'arif Syariah Syawal Takjil Tali Kasih Talkshow Tanjung Balai Tantama Tapanuli Tengah Tawuran Teknologi Teror Terorisme Tes Urine Tiket Tilang Tips Tjahyo Kumolo TNI TNI AU TNI-Polri Tokoh Tokoh Agama Tokoh Masyarakat Tol Toys Kingdom ToysKingdom Tragedi Transportasi Trend Rambut True Money Uang Uang Palsu UIN Ujaran Kebencian UKM Ukraina Ulama UMJ umkm UMSU Undang-Undang UNIMED UniPin Universitas Unjuk Rasa Upacara Usaha Rakyat UU Cipta Kerja UU ITE UUD 1945 Vaksinasi Vaksinasi booster Valentine Day Verifikasi Viral Virus Corona Walikota Wanita Wapres Wartawan Webinar Wirausaha Wisata WNA Workshop Yogyakarta Zulkifli Hasan

Arsip Berita

IKLAN

IKLAN

IKUTI BERITA VIDEO KAMI DI YOUTUBE

POS PETIR

VIRUS COVID-19

Wabah Virus Corona (Covid-19) Sudah Menyerang Indonesia, Setiap Hari Korban Semakin Bertambah Sampai ada yang Meninggal, Rakyat Semakin Cemas dan Khawatir, Bagai Tersambar Petir Mendengar Virus Corona.

HALLO KRING..!!!

12 PAS

PANCASILA UDAH FINAL

Pembahasan RUU Haluan Ideologi Pancasila Banyak Penolakan Dari Berbagai Kalangan Masyarakat, Memang Seharusnya Tidak Usah Dibahas Dan Lebih Baik Dibatalkan. Pancasila Dasar Negara.
Tendangan 12 PAS Dihentikan

SOS

INDONESIA DARURAT NARKOBA

Sudah dijatuhi hukuman mati bahkan sudah ada yang dieksekusi, tapi masih banyak bandar narkoba semakin merajalela, terbukti banyak yang ditangkap petugas Polisi maupun BNN (Badan Narkotika Nasional) tapi belum kapok juga mereka, justru sipir penjara malah terlibat. Kalau sudah darurat begini, hukuman mati jangan berhenti, jalan terus!.

QUO VADIS

Kunjungan Statistik

Online

IKLAN USAHA ANDA


PRO KONTRA VAKSINASI

~> Program Vaksinasi Yang Diluncurkan Pemerintah Mendapat Sorotan Dari Berbagai Masyarakat, sehingga terjadi pro dan kontra

<~ Memang Sebenarnya Harus Jelas Disampaikan, Maksud dan Tujuan Vaksinasi, Karena dilapangan Ada Perbedaan Orang Yang Akan Divaksin dan Yang Tidak Boleh Divaksin, membuat masyarakat Bingung

Link Terkait

close
Banner iklan disini