Dalam 12th Ministerial Meeting of the Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menegaskan komitmen Indonesia terhadap keberlanjutan dan penguatan sektor kelapa sawit. Pertemuan ini menjadi momen strategis bagi negara-negara penghasil kelapa sawit untuk memperkuat kolaborasi menghadapi tantangan global, termasuk fluktuasi pasar dan isu keberlanjutan.
Dalam pertemuan tersebut, Nigeria dan Republik Demokratik Kongo resmi diterima sebagai negara pengamat CPOPC. Airlangga menyampaikan apresiasinya terhadap kerja sama yang telah terjalin. "Kami juga memperpanjang status negara pengamat untuk beberapa negara, termasuk Papua Nugini dan Kolombia," ujar Airlangga di Jakarta, Jum'at (29/11/2024).
Selain itu, terjadi serah terima kepemimpinan CPOPC dari Indonesia kepada Malaysia untuk periode satu tahun ke depan. Kolaborasi antara kedua negara ini terus diperkuat dalam berbagai aspek, termasuk program hilirisasi industri kelapa sawit dan pengurangan emisi karbon.
Pasar kelapa sawit global saat ini masih mengalami fluktuasi. Airlangga mencatat bahwa harga kelapa sawit sempat mencapai rekor tertinggi pada 2022 sebelum kembali menurun pada 2023. Dalam menghadapi tantangan ini, Indonesia tetap berkomitmen pada pengembangan sektor sawit, sejalan dengan agenda Presiden Prabowo Subianto.
Komitmen ini mencakup:
- Ketahanan pangan
- Kemandirian energi
- Hilirisasi industri perkebunan, khususnya kelapa sawit
Indonesia menonjol dalam penerapan program biodiesel, seperti B35 dan rencana menuju B40. Program ini tidak hanya meningkatkan nilai tambah kelapa sawit, tetapi juga memberikan kontribusi konkret dalam pengurangan emisi karbon global.
"Melalui program B35, Indonesia berhasil menghemat emisi karbon hingga 32 juta ton CO2. Dengan B40, potensi penghematan bisa mencapai lebih dari 40 juta ton," jelas Airlangga. Program ini juga diapresiasi oleh Malaysia, yang berencana mengadopsi pendekatan serupa.
Selain sebagai sumber pangan, kelapa sawit menjadi bagian penting dalam diversifikasi energi untuk mendukung agenda keberlanjutan global.
Pertemuan ini juga menyoroti peran strategis kelapa sawit sebagai komoditas penting dunia. Kedua negara, Indonesia dan Malaysia, menyepakati langkah-langkah kolaboratif untuk memastikan kelapa sawit terus diterima di pasar global. Hal ini mencakup advokasi bersama terhadap kampanye negatif yang sering dialamatkan kepada industri kelapa sawit.
"Indonesia dan Malaysia mewakili suara produsen kelapa sawit dunia. Kami memastikan komoditas ini diakui sebagai bagian penting dari solusi keberlanjutan global," tambah Airlangga.
Reporter: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar