Di usia 19 tahun, Eric Chen membuat keputusan berani: keluar dari bangku kuliah New York University. Pilihannya jelas, mengejar dunia crypto sepenuh hati.
Eric menilai pasar keuangan lama sarat inefisiensi. Sementara teman sebayanya sibuk skripsi, ia justru membangun proyek blockchain bernama Injective yang kini bernilai lebih Rp21 triliun.
Proyek itu awalnya hanya eksperimen mahasiswa kos yang gemar menambang Ethereum. Namun kini, Injective sudah memproses lebih dari dua miliar transaksi on-chain.
Dengan lebih dari 1,5 juta wallet aktif, Injective berhasil menarik perhatian investor global. Nama-nama besar dunia berani menaruh dana dalam sistem keuangan barunya.
Eric mengaku perjalanan ini jauh dari glamor. Hidupnya diisi rapat, presentasi ke investor, hingga menghadiri event global. Liburan penuh bahkan sudah lama ia lupakan.
“CEO startup crypto bukan gaya hidup santai. Saya kerja tanpa henti, hanya ditemani kopi hitam,” ujarnya dalam sebuah wawancara internasional yang mengundang decak kagum.
Misinya ambisius, membangun sistem keuangan transparan tanpa izin siapapun. Sebuah ide yang terdengar utopis, namun justru menggoda banyak pemodal besar.
Ironisnya, semua dimulai dari kamar kos kecil yang dipenuhi perangkat mining sederhana. Kini, Eric dipandang sebagai salah satu pionir muda paling berpengaruh di dunia crypto.
Pertanyaan besar pun muncul, apakah sistem lama keuangan dunia akan tumbang lebih dulu, atau justru stamina Eric yang habis sebelum misinya terwujud.
Apapun jawabannya, kisah Eric Chen membuktikan bahwa keberanian, visi besar, dan tekad pantang menyerah bisa mengubah dunia bahkan sebelum lulus kuliah.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto