Nama Ferry Irwandi mendadak populer di media sosial berkat konten-konten kritisnya soal politik, ekonomi, hingga filsafat. Tak banyak tahu, ia ternyata lulusan kampus top Australia.
Pria asal Jambi ini lahir dari keluarga yang menjunjung pendidikan. Ayahnya seorang dosen, lingkungan inilah yang membentuk semangat akademik Ferry sejak kecil.
Sebelum terjun ke dunia digital, Ferry sempat berkarier sebagai Aparatur Sipil Negara selama lebih dari sepuluh tahun di Kementerian Keuangan RI.
Sebagai videografer humas, ia bahkan dipercaya mewakili Indonesia sebagai delegasi di Konferensi Tingkat Tinggi G20, pencapaian prestisius bagi seorang ASN muda.
Namun pada 2022, ia memutuskan mengundurkan diri. Langkah berani itu membawanya fokus menjadi content creator dengan kanal YouTube berisi konten politik dan isu sosial.
Ia juga mendirikan Malaka Project, platform edukasi digital untuk mendorong pemikiran kritis, empati, serta literasi ilmiah generasi muda di tengah derasnya arus informasi.
Di bidang filantropi, Ferry aktif membantu mahasiswa kurang mampu melalui program beasiswa. Bagi Ferry, pendidikan adalah pintu perubahan nyata bagi generasi berikutnya.
Perjalanan akademiknya tak selalu mulus. Saat berkuliah di STAN, ia hampir drop out. Namun ia bangkit hingga lulus dengan IPK membanggakan 3,61.
Setelah STAN, ia diterima di Central Queensland University, Australia. Kini, proposal disertasinya bahkan sudah diterima untuk program PhD di Monash University.
Monash sendiri menduduki peringkat #36 dunia versi QS WUR. Pencapaian ini menjadi bukti kegigihan Ferry yang pantang menyerah mengejar ilmu setinggi mungkin.
Kisah Ferry Irwandi mengingatkan bahwa kegagalan bukan akhir. Dari ASN, content creator, hingga calon doktor, ia menegaskan usaha keras tak pernah mengkhianati hasil.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar