PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) kembali membuktikan ketangguhannya di industri kelapa sawit nasional dengan membukukan kinerja keuangan dan operasional yang solid pada kuartal pertama 2025 (1Q25). Dengan pendekatan berbasis efisiensi operasional dan komitmen keberlanjutan, CSRA mencatat lonjakan pendapatan dan laba yang signifikan.
"Selama 1Q25, CSRA mencatatkan pendapatan sebesar Rp275,53 miliar, naik 44,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan ini terutama didorong oleh pertumbuhan penjualan Crude Palm Oil (CPO), Tandan Buah Segar (TBS), dan Kernel. Produksi CPO mencapai 13.007 ton, meningkat 26,2% YoY, berkat optimalisasi operasional pabrik," kata Seman Sendjaja, Direktur Utama CSRA, saat paparan publik usai RUPS Tahunan di Jakarta, Rabu (7/5/2025),
Tak hanya itu, laba bersih perusahaan melesat 255,2% menjadi Rp78,96 miliar, sementara laba usaha tumbuh 122,2% menjadi Rp68,49 miliar. Margin keuntungan bersih tercatat 28,7%, menunjukkan efektivitas strategi efisiensi dan penggunaan teknologi yang diterapkan perusahaan.
Menurut dia, CSRA menunjukkan performa finansial yang sehat dengan total aset mencapai Rp2,34 triliun per 31 Maret 2025, meningkat 3,9% dibandingkan akhir tahun 2024. Ekuitas naik 6,1% menjadi Rp1,38 triliun, sementara kewajiban tercatat sebesar Rp961,48 miliar. Rasio utang bersih terhadap ekuitas tetap stabil di angka 0,63x.
Peningkatan aset lancar sebesar 8,3% didorong oleh meningkatnya penjualan dan persediaan. Perusahaan juga berhasil menekan beban usaha menjadi Rp52,06 miliar, turun 1,4% dari tahun lalu, meski produksi dan pendapatan meningkat.
CSRA terus fokus pada efisiensi produksi melalui adopsi teknologi dan mekanisasi. Yield TBS meningkat dari 3,5 ton/ha menjadi 3,6 ton/ha, meski Oil Extraction Rate (OER) dan Kernel Extraction Rate (KER) mengalami sedikit penurunan akibat faktor teknis yang telah diantisipasi. Evaluasi dan perbaikan produksi terus dilakukan untuk menjamin peningkatan di kuartal mendatang.
“Penguatan mekanisasi panen dan transportasi menjadi bagian dari strategi kami untuk mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manual dan meningkatkan akurasi serta kecepatan distribusi,” ujar Seman.
Dalam menghadapi dinamika industri sawit global dan kebijakan pemerintah yang terus berkembang, CSRA menekankan pentingnya strategi keberlanjutan dan penerapan harga yang kompetitif. Permintaan biodiesel domestik yang tinggi serta kebijakan campuran biodiesel menjadi peluang pertumbuhan yang terus dimanfaatkan perusahaan.
“Peningkatan hasil tanaman dan strategi harga yang cermat memastikan kami tetap kompetitif dan berkelanjutan di pasar,” lanjutnya.
Sebagai bagian dari ekspansi berkelanjutan, CSRA akan meresmikan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) ketiganya di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan pada Juli 2025. Pabrik ini akan dikelola oleh entitas anak, PT Sukses Sawit Gasing (SSG), dan diharapkan mampu meningkatkan produksi serta rasio OER dan KER di kuartal ketiga.
Ke depan, Seman menegaskan, CSRA berkomitmen untuk menjaga keseimbangan posisi modal, meningkatkan hasil pertanian, serta melakukan investasi berkelanjutan demi menciptakan nilai tambah jangka panjang bagi seluruh pemangku kepentingan.
Industri kelapa sawit Indonesia diperkirakan akan mengalami peningkatan permintaan sepanjang 2025. Dukungan pemerintah melalui kebijakan biodiesel dan peremajaan tanaman memperkuat daya saing nasional. Harga CPO pun diproyeksi tetap stabil dengan tren kenaikan seiring pertumbuhan konsumsi energi berbasis sawit.
"Dengan strategi yang matang, efisiensi tinggi, dan komitmen terhadap keberlanjutan, CSRA menatap 2025 sebagai tahun penuh peluang," pungkasnya.
Reporter: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar