PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk (BIMA), emiten industri alas kaki Indonesia, menghadapi tantangan berat pada Triwulan I 2024. Penjualan bersih tercatat menurun 3,78% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan terutama disebabkan oleh melemahnya penjualan di department store, meski penjualan online menunjukkan tren peningkatan.
"Langkah strategis seperti penyesuaian harga jual produk Tomkins mulai diterapkan. Tujuannya untuk menjaga daya saing dan tetap relevan dengan kemampuan daya beli masyarakat," kata Direktur BIMA, Yati Nurhayati, dalam Public Expose di Jakarta, Rabu (18/06/2025).
Pada kuartal ini, BIMA mencatat kerugian usaha sebesar Rp 4,83 miliar, meningkat dari kerugian sebelumnya sebesar Rp 2,89 miliar di periode sama tahun lalu. Triwulan I memang dianggap low season, dan biasanya kinerja akan membaik pada periode back-to-school di Juni-Juli yang merupakan peak season.
"Pelemahan Rupiah terhadap Dolar AS juga memperparah kondisi. Selisih kurs menyebabkan kerugian Rp 3,76 miliar, berbanding terbalik dengan keuntungan selisih kurs Rp 5,86 miliar tahun lalu. Akibatnya, kerugian komprehensif tercatat Rp 7,58 miliar, padahal sebelumnya BIMA masih mampu mencetak laba komprehensif Rp 1,55 miliar," kata Yati Nurhayati, dalam Public Expose di Jakarta (18/06/2025).
Untuk bangkit dari tekanan ini, Perseroan menjalankan serangkaian strategi: efisiensi biaya, promosi diskon, diversifikasi produk, penguatan penjualan online, serta pengembangan ke segmen pasar baru. Penambahan iklan dan peningkatan kualitas produk juga menjadi fokus utama agar brand tetap kompetitif di pasar domestik.
BIMA juga mengadopsi pendekatan berkelanjutan, seperti optimalisasi persediaan dan kapasitas produksi yang disesuaikan proyeksi pasar. Evaluasi harga dilakukan secara rutin, mengikuti kondisi pasar dan harga produk kompetitor. Promosi aktif dilakukan di media sosial dan melalui bazar sepatu di mall-mall strategis.
Selain itu, BIMA menggencarkan live selling 24 jam di media sosial serta memperluas kerja sama dengan toko online untuk menjangkau lebih banyak konsumen. Perseroan juga menerima pesanan sepatu khusus dari instansi seperti TNI dan POLDA serta korporasi lokal.
Untuk memperluas penetrasi pasar, BIMA meluncurkan dua lini baru: “Third Point” dan “Perini” yang menawarkan desain lebih trendi dan harga terjangkau, menargetkan segmen muda dan urban. Langkah ini diharapkan meningkatkan daya tarik merek di tengah tekanan kompetisi pasar alas kaki.
"Dengan berbagai langkah strategis dan semangat perbaikan berkelanjutan, Perseroan optimistis bisa menjaga kesinambungan usaha, memperbaiki kinerja keuangan, dan kembali tumbuh positif hingga akhir tahun 2024," pungkasnya.
Reporter: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar