Kemelut sosial dan penyimpangan nilai yang melanda masyarakat Minangkabau kini dinilai mengakar pada pelupaan terhadap falsafah adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Sebagai solusi, Prof. DR. Musril Zahari, M.Pd, penulis buku Surau, Dangau, Lapau dan Peradaban, mengusulkan pendekatan budaya dengan menghidupkan kembali fungsi-fungsi Surau, Dangau, dan Lapau.
"Surau bukan sekadar tempat ibadah, tetapi pusat transformasi spiritual yang membentuk kepribadian sejak dini—mendidik jiwa dengan kedisiplinan, kesalehan, dan keikhlasan. Contohnya terlihat pada lembaga-lembaga seperti Madrasah Tharbiyah Islamiyah dan Thawalib yang mencetak tokoh-tokoh besar," kata Prof. Musril, saat Bedah Buku ke-1 bertajuk "Surau, Dangau, Lapau dan Peradaban" di Jakarta, Minggu (08/06/2025).
Sementara Dangau dan Lapau menjadi ruang pembelajaran sosial. Dangau sebagai tempat kerja dan pendidikan informal, dan Lapau sebagai pusat diskusi hangat, demokratis, serta sarana pewarisan nilai. Ketiganya adalah institusi pendidikan jiwa yang saling melengkapi.
Prof. Musril menyoroti pentingnya menghidupkan kembali struktur kepemimpinan adat Tungku Tigo Sajarangan yang terdiri dari Ninik Mamak, Alim Ulama, dan Cadiak Pandai. Namun, tidak cukup hanya duduk di posisi tersebut—masing-masing figur idealnya harus memiliki kualitas dalam ketiga peran tersebut: bijak adat, dalam agama, dan luas ilmu.
“Minangkabau akan bangkit bila pemimpinnya adalah sosok yang lengkap: seorang ulama yang juga cendekia dan tokoh adat,” ujarnya. Untuk itu, calon pemimpin perlu dibina sejak awal dan didukung pembiayaan oleh nagari dan kaum.
Revitalisasi Surau, Dangau, dan Lapau—ditopang oleh kepemimpinan adat yang mumpuni—diyakini mampu menjawab tantangan zaman, mengatasi krisis sosial, dan membangkitkan kembali Minangkabau sebagai peradaban teladan nasional.
"Dengan kembali ke akar dan semangat zaman, Ranah Minang bisa menjadi contoh bagaimana kekuatan budaya dan agama berpadu untuk membangun manusia yang kukuh jiwanya, luas akalnya, dan hangat dalam berdialog," pungkasnya.
Reporter: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar