Kerang darah memang menggoda lidah dengan sensasi rasa gurih dan tekstur uniknya. Namun, tahukah kamu bahwa makanan laut ini masuk dalam daftar makanan paling berbahaya di dunia? Di balik kelezatannya, tersembunyi ancaman kesehatan serius yang tidak boleh diabaikan.
Kasus paling mencolok terjadi di Shanghai tahun 1988, saat lebih dari 300.000 orang terinfeksi dan 31 orang meninggal karena mengonsumsi kerang darah mentah. Teknik pengolahan ala sashimi atau direbus singkat ternyata gagal membunuh virus dan bakteri berbahaya yang mengendap dalam tubuh kerang.
Sebagai hewan penyaring alami air, kerang menyerap semua limbah, logam berat, dan patogen dari perairan tempat tinggalnya. Kerang darah, khususnya, diketahui mengakumulasi patogen berbahaya dalam jumlah besar karena kandungan hemoglobin tinggi yang membuat dagingnya berwarna merah pekat.
Riset menyebutkan bahwa konsumsi kerang darah dapat menyebabkan infeksi Hepatitis A, Tifus, dan Disentri, dengan potensi risiko mencapai 15% per porsi. Bahkan, penelitian dari University of Santiago de Compostela menemukan bahwa sel kanker darah seperti leukemia bisa berpindah antar kerang.
Di negara maju seperti Jepang, kerang darah diternakkan secara ketat dengan pakan khusus dan pengawasan antibiotik. Namun, tetap ada potensi kontaminasi limbah, terutama bila dimasak kurang matang atau terjadi kontaminasi silang dari tangan ke makanan.
Masalahnya bukan hanya virus dan bakteri. Toksin alami dalam tubuh kerang tetap tertinggal meski sudah dimasak matang. Ini artinya, sekalipun kamu merebus atau memanggang dengan suhu tinggi, risiko keracunan makanan tetap ada.
Solusinya? Kurangi atau hentikan konsumsi kerang darah. Ganti kebutuhan protein, zinc, dan vitamin B dari makanan yang lebih aman seperti ikan laut, kacang-kacangan, tempe, atau biji-bijian. Selain lebih sehat, kamu juga membantu mencegah risiko penyakit mematikan.
Jangan sampai kelezatan sesaat mengorbankan kesehatan jangka panjang. Waspadai makanan laut berisiko tinggi, dan selalu pilih makanan dari sumber yang jelas dan aman.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar