Di pesisir Madura, harapan baru lahir dari lahan garam yang selama ini bergantung pada cuaca tak menentu.
Melalui proyek Harvesting Hope, teknologi kini menjangkau petani garam, membawa perubahan nyata.
Program ini diinisiasi lewat kemitraan riset Indonesia-Australia dalam KONEKSI, melibatkan Universitas Trunojoyo Madura dan sejumlah kampus luar negeri.
Assoc. Prof. Wahyudi Agustiono, Ph.D., sebagai pemimpin riset, menyebut pendekatan ini tak hanya fokus pada garam.
Lewat sistem poligenerasi, lahan yang sama digunakan untuk produksi garam, budidaya rumput laut, hingga desalinasi air laut menjadi air minum.
Teknologi ini juga memanfaatkan panel surya dan Rankine Cycle untuk mengubah panas menjadi listrik murah dan ramah lingkungan.
Kini, masyarakat pesisir tak hanya punya pasokan air bersih, tapi juga sumber energi mandiri yang efisien dan terjangkau.
“Kalau alat ini beroperasi 8 jam, bisa hasilkan air minum dengan harga jual Rp500 ribu per hari, jauh di bawah harga air kemasan,” ujar Wahyudi, Jumat (18/7/2025).
Penerapan teknologi ini juga melibatkan mahasiswa. Mereka turun langsung ke lapangan, belajar sambil menciptakan solusi.
Salah satu inovasi mahasiswa adalah pintu air otomatis, yang memudahkan budidaya rumput laut secara presisi.
Proyek ini menjadi wujud dari konsep locally rooted, globally impacted. Dimulai dari desa, namun mampu menarik perhatian global.
Newcastle University dan MIT University Melbourne bahkan ikut terlibat dalam kolaborasi riset dan pengembangan teknologi.
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Prof. Dr. Fauzan, M.Pd., mengapresiasi proyek ini saat kunjungan ke lokasi Februari lalu.
Ia menyebut Harvesting Hope sebagai model ideal riset terapan yang menggabungkan pengajaran, inovasi, dan pemberdayaan masyarakat.
“Mahasiswa belajar dari tantangan nyata, petani mendapatkan manfaat langsung. Inilah sinergi pendidikan tinggi dan pembangunan ekonomi rakyat,” katanya.
Teknologi kampus kini bukan hanya milik laboratorium, tapi jadi penggerak solusi kehidupan masyarakat pesisir.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar