Pernikahan seharusnya menjadi awal bahagia, namun bagi banyak pasangan muda, pesta mewah justru membuka pintu masalah keuangan panjang.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2024 menyebut, 62 persen pasangan muda memulai rumah tangga dengan beban hutang resepsi. Angka ini memprihatinkan.
Biaya rata-rata resepsi di kota besar mencapai Rp80 hingga Rp300 juta. Tak sedikit yang meminjam hingga ratusan juta demi satu hari perayaan.
Awalnya mereka percaya, “Santai saja, cicil pelan-pelan.” Namun, ketika biaya hidup, kehamilan, dan kebutuhan bayi datang, semua terasa menghantam keras.
Hampir 40 persen gaji bulanan tersedot untuk membayar cicilan pesta. Sementara tabungan dan dana darurat menjadi impian yang semakin jauh.
Badan Pusat Statistik (BPS) 2024 mencatat, satu dari tiga perceraian di Indonesia dipicu masalah finansial, dan hutang pernikahan menjadi salah satu biangnya.
Efeknya? Stres berkepanjangan, hubungan retak, dan saling menyalahkan. Semua berawal dari keinginan tampil sempurna di depan tamu undangan.
Beberapa pasangan yang akhirnya terbebas mengaku, mereka menyesal tidak menikah sesuai kemampuan atau menabung sebelum menggelar pesta.
Pakar keuangan menegaskan, hidup setelah pesta adalah realitas sebenarnya. Perencanaan matang jauh lebih penting dibanding satu malam kemewahan.
OJK mengimbau pasangan muda untuk fokus pada masa depan, bukan gengsi sesaat. Sebab, cicilan tidak pernah mengenal kata romantis.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar