Arnita Rodelina Turnip, mahasiswi Manajemen IPB asal Medan, memutuskan menjadi mualaf pada 20 September 2015. Keputusan itu lahir dari pencarian spiritual sejak masa SMA.
Langkah berani itu dipicu ceramah Zakir Naik yang ia tonton di asrama kampus. Meski sekamar dengan mahasiswi Muslim, ia menegaskan keputusan berasal dari hatinya sendiri.
Namun, keputusan tersebut memicu badai di keluarganya. Sang ayah menolak tegas, bahkan mencoret nama Arnita dari Kartu Keluarga dan menutup pintu rumah untuknya.
Pukulan makin terasa ketika beasiswa kuliah yang selama ini menjadi tumpuan biaya hidupnya di Bogor tiba-tiba dicabut, membuat masa depannya kian suram.
Tak menyerah, Arnita mulai berjualan donat keliling kampus. Ia antre sejak pukul 4 pagi demi mendapat stok, lalu menjualnya sebelum dan sesudah kuliah.
Keuntungan yang ia kantongi hanya sekitar Rp10 ribu per hari, sebagian besar untuk makan. Jika tidak cukup, ia mengganjal perut dengan donat dagangannya sendiri.
Selain menjual donat, Arnita mengajar les privat dan membantu di jasa laundry. Penghasilan itu ia pakai untuk hidup serta membiayai pendidikan adiknya di Bogor.
Meski hidup di bawah tekanan, semangat Arnita tidak pernah padam. Ia percaya bahwa ujian ini hanyalah batu loncatan menuju masa depan yang lebih baik.
Titik terang datang saat ia diterima bekerja di sebuah perusahaan di Turki. Kesempatan itu sekaligus membuka peluangnya untuk melanjutkan kuliah di luar negeri.
Perjalanan Arnita dari mahasiswa baru, dicoret dari keluarga, hingga bekerja di luar negeri menjadi bukti keteguhan hati dapat mengubah luka menjadi cahaya kemenangan.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar