Hasil tes laboratorium mengejutkan publik. Food tray impor asal Tiongkok yang digunakan untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG) dalam proses produksinya ada unsur babi.
Temuan ini disampaikan Rabithah Ma’had Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU) DKI Jakarta, Kamis (18/9). Mereka mendesak Menteri Perdagangan segera menghentikan impor food tray demi menjaga aqidah umat Islam.
Wakil Sekretaris RMI NU DKI Jakarta, Wafa Riansyah, menyebut hasil uji laboratorium dilakukan setelah membawa sampel pelumas dari pabrik food tray di Chaoshan, Tiongkok.
Awalnya, sampel diuji di Indonesia, namun fasilitas laboratorium tidak memadai. Akhirnya, tes ulang dilakukan langsung di Tiongkok dengan hasil positif mengandung minyak babi.
Wafa menegaskan laporan hasil tes telah disampaikan ke pihak berwenang. Namun, hingga kini belum ada tindak lanjut, padahal masalah ini sangat sensitif bagi umat Islam.
Diperkirakan sekitar 10 juta food tray impor telah beredar di 5.000 hingga 7.000 dapur program MBG, khususnya di Jabodetabek, Sumatra, dan Kalimantan.
Ketua RMI NU DKI, Rakhmad Zailani Kiki, menekankan kehalalan produk di Indonesia adalah kewajiban mutlak. Ia mendesak pemerintah segera bertindak agar MBG tetap sesuai syariat.
Menurutnya, masalah ini bukan persaingan bisnis lokal dengan importir, tetapi soal kualitas dan jaminan halal. Food tray impor terbukti bermasalah karena proses produksinya melibatkan unsur babi.
Rakhmad menambahkan prinsip halal tidak hanya pada hasil akhir, melainkan juga seluruh proses produksi. Jika ada zat haram terlibat, produk otomatis tidak bisa disebut halal.
Ia mengingatkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah menegaskan standar halal mencakup bahan, proses, dan peralatan. Karena itu, kasus food tray ini harus ditangani serius dan transparan.
Reporter: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar