Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengumumkan kinerja industri keuangan syariah nasional terus tumbuh positif. Per Juni 2025, total aset mencapai Rp2.972,94 triliun dengan pangsa pasar 11,47 persen.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menyampaikan data tersebut dalam pertemuan dengan pengusaha dan perbankan syariah di Provinsi Aceh, Sabtu (30/8).
Ia menjelaskan, aset perbankan syariah naik 7,83 persen yoy menjadi Rp967,33 triliun, lebih tinggi dibandingkan perbankan nasional dan konvensional yang tumbuh sekitar 6 persen.
Pertumbuhan ini meningkatkan pangsa pasar perbankan syariah hingga 7,41 persen. Sementara, aset pasar modal syariah tumbuh 8,23 persen dan IKNB syariah naik 10,20 persen.
“Pertumbuhan ini terjadi di tengah ketidakpastian global, sekaligus peluang besar bagi perbankan syariah mendukung perekonomian domestik,” ujar Dian menegaskan optimisme.
Untuk memperkuat perbankan syariah, OJK meluncurkan Roadmap RP3SI 2023–2027 dengan visi menghadirkan industri yang sehat, efisien, berdaya saing, dan berkontribusi signifikan.
Sebagai implementasi, OJK rutin mengadakan pertemuan tahunan, serta meluncurkan produk inovatif seperti Cash Waqf Linked Deposit (CWLD) untuk memperluas akses keuangan syariah.
Program CWLD telah diterapkan di Tasikmalaya dan Siak. Dana wakaf dikelola produktif, mendukung UMKM, serta memperkuat pembangunan ekonomi dan sosial daerah.
Selain itu, OJK menggelar workshop produk syariah bagi industri BPRS. Tahun ini fokus pada CWLD dan pembiayaan istishna’ untuk kebutuhan rumah hingga jasa jangka pendek.
OJK menegaskan pengembangan perbankan syariah merupakan pilar penting ekonomi nasional. Komitmen ini selaras dengan amanat UU P2SK melalui pembentukan Komite Pengembangan Keuangan Syariah.
KPKS melibatkan pakar eksternal, diharapkan memperkuat tata kelola, karakteristik industri, serta mempercepat perkembangan keuangan syariah nasional guna mendukung prioritas pembangunan nasional.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar