Fenomena perempuan toksik yang gemar menyebar gosip sering memicu rasa takut sekaligus keresahan sosial. Mereka bisa terlihat mengerikan karena gemar memelintir cerita.
Penting dicatat, fenomena ini tidak hanya berlaku pada perempuan. Laki-laki pun ada yang terjebak pola komunikasi negatif serupa, penuh intrik dan manipulasi.
Orang dengan kecenderungan toksik biasanya menjadikan gosip sebagai cara merasa lebih superior. Menjatuhkan orang lain dipakai demi menutupi perasaan inferior mendalam.
Teori Social Comparison dari Festinger menjelaskan bahwa individu inferior sering menurunkan orang lain agar terlihat lebih baik. Gosip menjadi senjata utama mereka.
Fitnah lahir dari rasa iri serta sakit hati. Penelitian Journal of Personality and Social Psychology menyebut gosip negatif digunakan sebagai senjata "character assassination".
Selain itu, ada fenomena psikologis bernama schadenfreude. Individu dengan harga diri rendah sering merasa senang melihat kegagalan orang lain sebagai kompensasi kelemahan.
Penelitian Smith menunjukkan orang dengan self-esteem rendah lebih mudah merasakan schadenfreude. Keberhasilan orang lain dipandang ancaman yang menurunkan harga diri mereka.
Mereka terlihat mengerikan karena mengabaikan fakta. Yang dipentingkan hanyalah narasi menjatuhkan. Hostile Attribution Bias membuat mereka menafsirkan perilaku orang lain sebagai ancaman.
Gosip negatif berdampak buruk pada korban. Penelitian Journal of Applied Social Psychology menemukan korban kerap mengalami kecemasan, stres sosial, serta penurunan rasa percaya diri.
Cara menghadapi mereka: jangan ikut nimbrung gosip, pasang batasan dengan assertive communication, bangun reputasi positif, dan cari lingkungan sehat yang suportif.
Ingatlah, jika seseorang datang dengan gosip tentang orang lain, kemungkinan besar kamu hanya menunggu giliran jadi bahan gosip selanjutnya.
Penulis Lakalim Adalin
Editor Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar