Kisah Ahmad Sahroni menjadi pelajaran berharga bagi banyak orang. Ini adalah refleksi penting, terutama bagi sales profesional. Sama seperti politisi, ucapan adalah nyawa.
Satu kesalahan fatal bisa meruntuhkan kepercayaan publik. Bagi sales, klien adalah segalanya. Kepercayaan mereka adalah fondasi karier yang tak tergantikan.
Saat Ahmad Sahroni meremehkan kritik, ia menghadapi backlash luar biasa. Sales harus belajar dari ini. Saat klien komplain, jangan terpancing emosi.
Tanggapi dengan tenang, beri solusi konkret. Keahlian menangani keluhan menunjukkan profesionalisme. Sebaliknya, sikap defensif justru menghancurkan kepercayaan dan hubungan.
Pejabat publik selalu disorot kamera, begitu juga sales. Jejak digital dan reputasi sangat mudah menyebar. Bangunlah citra yang konsisten.
Jangan pernah memberikan janji-janji palsu. Klien akan menuntut akuntabilitas Anda. Reputasi adalah modal paling berharga bagi sales, sekali hancur, sulit diperbaiki.
Sahroni sempat dikritik karena kurangnya empati. Di dunia sales, empati sangat krusial. Pahami kebutuhan dan kondisi klien.
Jangan pernah memaksa atau bersikap arogan. Tunjukkan bahwa Anda peduli, bukan hanya mengejar target. Pendekatan yang tulus akan membangun loyalitas klien.
Saat Sahroni dipindah komisi, ia harus beradaptasi. Dunia sales juga penuh perubahan. Target, produk, atau bahkan bos dapat berubah.
Kaku dan menolak adaptasi hanya akan membuat Anda tertinggal. Mereka yang lincah dan cepat beradaptasi akan tetap berada di puncak.
Politisi dan sales memiliki kemiripan mencolok: hidup dari ucapan, empati, dan reputasi. Sekali salah langkah, karier bisa hancur.
Namun, jika Anda terampil berkomunikasi dan memahami klien, Anda pasti akan naik kelas. Ingat, setiap kata adalah investasi.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar