Kopi Soe pernah fenomenal karena ekspansi ratusan cabang saat pandemi. Kini, brand kopi ini kembali jadi sorotan usai strategi barunya.
Berdiri sejak 2018, Kopi Soe mencuri perhatian lewat inovasi Kopi Rum Regal, membedakan diri dari tren kopi gula aren yang tengah populer kala itu.
Saat pandemi, Kopi Soe justru tumbuh pesat dengan lebih 200 cabang. Strateginya membuka gerai kecil fokus delivery membuat bisnis tetap bertahan.
Kemitraan cepat menyebar, namun setelah new normal, tren nongkrong kembali diminati. Ukuran outlet kecil jadi kelemahan, membuat banyak gerai tutup.
Kini, jumlah outlet Kopi Soe menyusut hingga sekitar 70 cabang pada 2025. Meski begitu, outlet di perkantoran justru ramai walau jam operasional terbatas.
Menghadapi perubahan pasar, Kopi Soe melakukan transformasi besar. Mereka meluncurkan konsep Coffeetaria, menyasar keluarga dengan kopi dan makanan nusantara.
Coffeetaria diposisikan di kawasan perumahan, memberi ruang nyaman bagi keluarga untuk menikmati kopi sekaligus makanan khas dengan suasana hangat.
Selain inovasi bisnis, Kopi Soe juga gencar memperkuat branding melalui kolaborasi, termasuk bersama Hydro Coco, event sponsorship, hingga program giveaway.
Strategi ini meningkatkan awareness sekaligus loyalitas pelanggan. Kopi Soe beradaptasi agar tetap relevan di tengah persaingan industri kopi nasional yang ketat.
Menariknya, di balik brand populer ini ada pasangan Sylvia Surya dan Ferrianto Surya, yang merintis bisnis kopi tanpa latar belakang industri kuliner.
Menggunakan tabungan pernikahan, keduanya berani merintis Kopi Soe dari nol. Visi mereka mengubah tren kopi jadi peluang bisnis kini jadi inspirasi.
Perjalanan Kopi Soe membuktikan kreativitas dan inovasi bisa menghidupkan brand lokal. Publik kini penasaran, sejauh mana Coffeetaria bisa sukses di masa depan.
Penulis Lakalim Adalin
Editor Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar