Vitalik Buterin, sosok jenius di balik lahirnya Ethereum, menjadi miliarder crypto termuda berkat ide revolusionernya membangun blockchain yang kini menopang dunia keuangan digital global.
Lahir di Rusia pada 31 Januari 1994, minat Vitalik terhadap blockchain dipicu ayahnya, Dmitriy, yang pertama kali mengenalkannya pada teknologi Bitcoin sejak usia muda.
Inspirasi terbesar datang ketika ia kecewa pada gim World of Warcraft. Karakter miliknya diubah developer, membuatnya percaya dunia membutuhkan sistem yang benar-benar terdesentralisasi.
Karier awal Vitalik dimulai dari menulis di Bitcoin Weekly dengan bayaran hanya $1,50 per jam, namun pengalaman itu mempertemukannya dengan Mihai Alise.
Pertemuan dengan Mihai mengantarkan mereka mendirikan Bitcoin Magazine, sebuah media khusus crypto yang kemudian membuka jalan bagi Vitalik menjadi pemikir utama di dunia blockchain.
Pada usia 19 tahun, Vitalik memutuskan keluar dari kampus demi fokus mengembangkan Ethereum, setelah sebelumnya mendapatkan Thiel Fellowship untuk anak muda berprestasi pada 2014.
Tahun 2021 menjadi titik puncak ketika harga ETH melonjak dan membuat Vitalik Buterin resmi tercatat sebagai miliarder termuda di dunia crypto internasional.
Namun, kekayaannya berfluktuasi. Saat bear market, Vitalik mengaku tidak lagi berstatus miliarder, meski ia tetap menjadi tokoh paling berpengaruh dalam dunia blockchain.
Salah satu aksi terbesar Vitalik adalah menjual sebagian token SHIB senilai $6,7 miliar, mendonasikan $1,2 miliar ke India Covid Relief Fund.
Meski punya pengaruh global, Vitalik dikenal sederhana. Ia jarang pamer kekayaan dan lebih sering tampil dengan kaos polos saat berbicara di panggung internasional.
Vitalik juga skeptis pada hype NFT. Baginya, teknologi blockchain seharusnya memiliki utilitas nyata, bukan sekadar koleksi digital mahal tanpa nilai jangka panjang.
Kini Ethereum menopang ribuan aplikasi DeFi, NFT, hingga AI Agents. Tanpa inovasi Vitalik Buterin, ekosistem crypto modern mungkin tak akan sebesar sekarang.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar