Dian Dwi Agustin Founder & Direktur PT Alu Cinta Padamu (Rumah Makan Sambel Alu, Bandar Lampung), pernah jatuh sedalam-dalamnya.
Dari 350 cabang bisnis bangkrut, keluarga hancur, hingga hidup gembel bersama dua anak dalam kontrakan kecil. Kehidupan saat itu nyaris putus asa.
Tinggal menumpang tanpa toilet, buang hajat pakai kantong plastik, namun tetap memilih bangkit menghadapi keterpurukan.
Perjalanan panjangnya dimulai dari kerja tiga shift sambil kuliah. Ia membangun 12 brand, termasuk pizza, namun akhirnya runtuh karena badai bisnis dan keluarga.
Dari kehancuran, Dian kembali memulai dari nol. Bermodal Rp500 ribu, ia mendirikan Sambel Alu, rumah makan pionir nasi liwet dan nasi daun jeruk.
Konsep unik "makan sambel sepuasnya" menjadikannya cepat dikenal. Sambel Alu tumbuh menjadi lokal champion dengan empat cabang, tim 150 orang, serta SOP rapi.
Bagi Dian, bisnis bukan hanya soal untung. Ia menekankan misi sosial nyata, agar setiap rupiah pelanggan memberi manfaat lebih luas bagi masyarakat.
Dalam wawancaranya, Dian mengungkap cara melunasi utang besar sedikit demi sedikit, hingga strategi memilih partner dan investor dengan akad yang jelas.
Sejak awal, ia membangun bisnis dengan corporate mindset. Semua proses didokumentasikan, ada SOP, dan monitoring berjenjang demi memastikan kinerja konsisten.
Filosofi bisnisnya menggabungkan emotional value dan rational value. Ia ingin pelanggan merasa belanja sambil menebar kebaikan, bukan sekadar membeli makanan.
Kisah Dian Dwi Agustin kini menjadi inspirasi. Dari keterpurukan, ia membuktikan bahwa kebangkitan selalu mungkin, asal konsisten dan tidak menyerah.
Penulis Lakalim Adalin
Editor Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar