Usia lanjut sering dianggap masa penurunan, namun psikologi modern justru menemukan banyak lansia tampil lebih tenang, kuat mental, dan stabil secara emosional.
Psikologi modern menunjukkan usia 70 tahun ke atas bukan sekadar fase kemunduran, melainkan periode kematangan emosional, ketangguhan mental, dan kebijaksanaan hidup yang jarang dimiliki generasi lebih muda.
Dilansir dari Geediting pada Senin, 15 Desember 2025, para ahli psikologi menemukan delapan rutinitas kecil yang hampir selalu dimiliki lansia yang tetap kuat mental, tenang, dan adaptif menghadapi perubahan.
Rutinitas pertama terlihat sejak pagi hari, ketika lansia yang kuat mental memulai hari dengan ritme stabil, bangun konsisten, bergerak perlahan, dan memberi ruang untuk hadir penuh tanpa tergesa.
Psikologi menjelaskan rutinitas pagi yang stabil memberi rasa kontrol dan prediktabilitas, dua faktor penting ketika usia membawa perubahan fisik, sosial, dan emosional yang kerap berada di luar kendali.
Kekuatan mental lansia juga tercermin dari cara mereka menjaga hubungan sosial, bukan lewat banyak teman, melainkan ikatan bermakna dengan keluarga, tetangga, atau sahabat lama.
Psikologi sosial menegaskan rasa terhubung adalah kebutuhan dasar manusia, dan di usia lanjut, koneksi sederhana menjadi penopang utama kesehatan mental serta perlindungan dari kesepian dan depresi.
Ciri berikutnya terlihat dari kemampuan menerima perubahan tanpa penolakan berlebihan, termasuk keterbatasan fisik, peran sosial yang bergeser, hingga kehilangan orang-orang terdekat.
Dalam psikologi, sikap ini dikenal sebagai *psychological acceptance*, yaitu menerima hal yang tak bisa diubah sambil tetap fokus pada apa yang masih bisa dijalani dengan makna.
Lansia yang kuat mental juga hampir selalu merawat diri melalui aktivitas bermakna seperti berkebun, membaca, memasak, menulis, beribadah, atau merawat hewan di sekitar rumah.
Psikologi positif menjelaskan aktivitas bermakna memberi *sense of purpose*, rasa bahwa hidup masih layak dijalani, meski tujuan sederhana dan tidak harus berskala besar.
Dalam merespons emosi, lansia kuat mental cenderung lebih tenang dan realistis, bukan karena kehilangan perasaan, melainkan karena pengalaman hidup mengajarkan prioritas emosional.
Penelitian psikologi menunjukkan regulasi emosi justru meningkat seiring usia, membuat lansia mampu memilih kedamaian batin daripada konflik yang melelahkan dan tidak produktif.
Kebiasaan lain yang menonjol adalah melatih rasa syukur dalam hal kecil, seperti secangkir teh hangat, matahari pagi, tubuh yang masih bergerak, atau tawa cucu.
Psikologi membuktikan praktik syukur rutin meningkatkan kesejahteraan psikologis dan menurunkan stres, menjadikannya jangkar mental penting di usia lanjut.
Lansia kuat mental juga tetap ingin dilibatkan dalam pengambilan keputusan, mulai dari rutinitas harian hingga pilihan sederhana, sebagai bentuk menjaga otonomi diri.
Secara psikologis, rasa memiliki kendali atas hidup sendiri menjaga harga diri dan memperkuat ketahanan mental, meski ketergantungan fisik perlahan meningkat.
Ciri paling dalam terlihat dari kemampuan berdamai dengan masa lalu, mengakui kesalahan, menerima kegagalan, dan tidak terus menghidupkan penyesalan lama.
Dalam psikologi perkembangan, kondisi ini disebut *ego integrity*, yaitu perasaan bahwa hidup, dengan segala kekurangannya, tetap utuh dan bermakna.
Psikologi menegaskan kekuatan mental di usia senja bukan anugerah tiba-tiba, melainkan hasil kebiasaan kecil yang dirawat konsisten, bahkan bisa mulai dilatih hari ini.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto










Tidak ada komentar:
Posting Komentar