Ketua Umum Ikatan Media Online Indonesia Yakub F. Ismail menanggapi kritik Dino Patti Djalal terhadap kinerja Menlu Sugiono, menyebut diplomasi tak bisa dinilai secara instan.
Ketua Umum IMO Indonesia Yakub F. Ismail merespons kritik diplomat senior Dino Patti Djalal terkait kinerja Menlu Sugiono, menilai kritik tersebut perlu dibaca secara proporsional dan kontekstual.
Menurut Yakub, kritik Dino terhadap diplomasi Indonesia sah dalam tradisi demokrasi, namun tidak seluruhnya dapat dibenarkan karena berpotensi menyederhanakan persoalan diplomasi yang kompleks.
Pernyataan itu disampaikan Yakub di Kuningan, Jakarta, Jumat, 26 Desember 2025, menyikapi kritik publik atas kinerja Menlu Sugiono dalam mengelola diplomasi Indonesia.
Yakub menegaskan diplomasi modern tidak selalu bekerja di ruang terbuka, melainkan melalui negosiasi tertutup, pendekatan berlapis, serta dinamika geopolitik yang sering kali luput dari sorotan publik.
“Ruang diplomasi sering berlangsung sunyi, penuh kalkulasi, dan tidak selalu bisa diukur dari eksposur media atau simbol-simbol kasat mata,” ujar Yakub dalam pernyataannya.
Ia juga menghargai pengalaman panjang Dino Patti Djalal di dunia diplomasi, namun menilai perbandingan lintas era tanpa mempertimbangkan konteks global saat ini kurang komprehensif.
Menurut Yakub, fragmentasi geopolitik, konflik regional, dan pergeseran kekuatan dunia menuju tatanan multipolar membuat tantangan diplomasi Indonesia jauh lebih rumit.
“Setiap Menlu punya gaya dan pendekatan berbeda. Tidak adil menyeragamkan semuanya dengan satu ukuran tunggal, apalagi di tengah situasi global yang keras,” tegasnya.
Yakub menilai langkah Sugiono menunjukkan pendekatan diplomasi rendah sensasi, sistematis, dan fokus pada konsistensi posisi Indonesia di forum internasional.
“Pendekatan ini memang minim sorotan kamera, tetapi justru penting untuk menjaga stabilitas hubungan luar negeri jangka panjang,” ungkap Sekjen FLAJK tersebut.
Meski demikian, Yakub tidak menutup ruang kritik. Ia menilai evaluasi tetap diperlukan, namun seharusnya diarahkan pada hasil jangka panjang, bukan sekadar figur personal.
Ia menambahkan, masa kerja Menlu Sugiono yang relatif singkat membuat penilaian menyeluruh saat ini masih terlalu dini untuk disimpulkan secara final.
Yakub mengajak publik memberi ruang bagi Menlu Sugiono membuktikan kinerjanya secara objektif, seraya menjadikan kritik sebagai energi perbaikan diplomasi Indonesia.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto










Tidak ada komentar:
Posting Komentar