Seorang warga mengaku menjadi korban pemerasan senilai Rp1,8 miliar dan mengklaim masalah yang berlarut sepuluh bulan selesai hanya lima menit oleh KDM.
Seorang pengusaha menceritakan pengalaman pahit menjadi korban pemerasan yang diduga dilakukan kelompok berperan sebagai preman berkedok legalitas, menyebabkan masalah hukum tanpa ujung.
Menurut kesaksiannya, ia sudah berjuang lebih dari sepuluh bulan, mendatangi lima institusi berbeda, namun jawaban selalu berputar dan tidak ada tindakan berani.
la mengungkap, dirinya bahkan disuruh melakukan mediasi dengan pihak yang disebut memeras, padahal intimidasi sudah jelas mengancam banyak investor lain di wilayah tersebut.
Merasa ditinggalkan birokrasi, ia mengaku frustrasi dan pasrah, hingga akhirnya teringat sosok KDM yang sering tampil dalam konten media sosial menyelesaikan masalah masyarakat.
Pengusaha itu memberanikan diri mencari cara bertemu, meski tidak mengenal KDM, bukan relawan, dan bukan tim sukses, hanya rakyat mencari pertolongan.
Pertemuan pertama berlangsung singkat. la tidak langsung meminta bantuan, karena memahami psikologi manusia tidak suka dipaksa menolong saat baru kenal.
Komunikasi kemudian berlanjut lewat WhatsApp, dan ia mengaku terkejut karena setiap pesan selalu dibalas langsung oleh KDM tanpa perantara staf.
Sebulan kemudian, saat benar-benar buntu, ia mengirim pesan lagi, dan KDM langsung menelepon, meminta kronologi, lalu menawarkan langkah tindak lanjut konkret.
KDM memintanya membuat surat resmi dan menembuskan kepada dirinya. Setelah itu, masalah yang berlarut selama sepuluh bulan diklaim selesai hanya lima menit.
"Saya terdiam dan merinding. Ada pemimpin yang tidak sibuk pencitraan, tetapi sibuk menyelesaikan masalah," ujarnya dengan suara bergetar menahan haru.
Sejak kejadian itu, ia terinspirasi membuat sistem layanan komplain untuk karyawan dan konsumen, lengkap dengan SLA dan akses langsung ke WhatsApp dirinya.
la mengatakan, menjadi pemimpin bukan hanya soal pintar dan baik, tetapi perlu keberanian, ketulusan, komunikasi, dan kemampuan menggerakkan hati masyarakat.
Kisah ini menjadi refleksi, bahwa di tengah birokrasi lambat, keberanian dan ketulusan pemimpin masih mampu menyalakan harapan masyarakat yang kehabisan daya juang.
Penulis: Lakalim Adalin 
Editor: Arianto 
 

 






 
 
 
 
 

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 


Tidak ada komentar:
Posting Komentar