Para pemimpin muda dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) menyusun rencana aksi konkret pengendalian tembakau melalui Tobacco Control Leadership Training with Young Leaders di Jakarta, Sabtu (25/10/2025).
Dalam forum bertajuk "Peran Pemimpin Muda dalam Advokasi Total TAPS Ban", peserta muda IPM menyusun strategi kebijakan pengendalian tembakau berbasis metode SMART-spesifik, terukur, realistis, relevan, dan berbatas waktu.
Melalui Worksheet TCLTYL, setiap peserta diajak merumuskan tujuan kebijakan di instansi masing-masing, termasuk langkah awal implementasi, sumber daya pendukung, serta indikator keberhasilan jangka pendek dan panjang.
Ketua PP IPM Bidang Perkaderan Ganis K. Nisa menegaskan pentingnya kepemimpinan berbasis aksi nyata, bukan hanya kampanye moral. Menurutnya, "Pemuda harus menjadi contoh, bukan sekadar pengingat bahaya rokok."
Ganis menilai, upaya mewujudkan Total TAPS Ban (pelarangan total iklan, promosi, dan sponsor rokok) harus dimulai dari lingkungan pendidikan, tempat generasi muda tumbuh dan membangun identitas.
Setiap peserta pelatihan diarahkan menyusun tiga program utama: advokasi kebijakan, kampanye media sosial, serta kolaborasi lintas komunitas untuk memperluas jangkauan edukasi bahaya tembakau.
Dari hasil diskusi, mayoritas peserta menilai paparan iklan rokok di ruang publik dan digital menjadi tantangan terbesar, karena menggiring remaja untuk melihat rokok sebagai simbol gaya hidup keren.
Selain itu, masih lemahnya penegakan regulasi kawasan tanpa rokok (KTR) di sekolah dan kampus membuat kebijakan pengendalian tembakau sulit diterapkan secara efektif di tingkat akar rumput.
Untuk menjawab tantangan tersebut, para pemimpin muda menyepakati strategi dual approach. advokasi berbasis kebijakan dan kampanye kreatif berbasis komunitas digital yang ramah anak muda.
Mereka juga menyiapkan rencana timeline implementasi selama enam bulan, mencakup riset perilaku siswa, pembentukan youth ambassador anti-rokok, dan kolaborasi dengan guru untuk mengintegrasikan literasi kesehatan ke dalam kurikulum.
Pendekatan ini diharapkan mendorong terciptanya ekosistem pendidikan bebas rokok serta membangun budaya baru di kalangan pelajar dan mahasiswa.
"Ini bukan hanya soal larangan, tapi tentang hak anak untuk tumbuh di lingkungan sehat," tegas salah satu peserta dari IPM Surabaya.
Forum juga menyoroti pentingnya sumber daya manusia dan dukungan kebijakan pemerintah daerah dalam memperkuat gerakan grassroot menuju Indonesia Bebas Tembakau 2045.
Para fasilitator TCLTYL menilai keterlibatan IPM sebagai langkah penting membangun jejaring pemuda yang berdaya untuk memengaruhi kebijakan publik secara asertif dan humanis.
Dengan semangat "Gerakan dari Diri Sendiri", IPM berharap rencana aksi ini menjadi model percontohan bagi sekolah dan kampus Muhammadiyah di seluruh Indonesia.
Gerakan ini menandai lahirnya generasi pemimpin muda yang tidak hanya sadar bahaya rokok, tetapi juga siap menantang dominasi industri yang mengancam masa depan bangsa.
Reporter: Lakalim Adalin
Editor: Arianto











Tidak ada komentar:
Posting Komentar