Kasus penipuan bermodus hipnotis dan gendam kembali marak di berbagai daerah. Polisi mengimbau masyarakat lebih waspada terhadap orang asing di tempat umum.
Fenomena penipuan bermodus hipnotis dan gendam kini mengkhawatirkan publik. Pelaku memanfaatkan sugesti dan kelemahan psikologis korban untuk menguasai barang berharga atau uang tunai.
Menurut keterangan kepolisian, pelaku biasanya berpura-pura membutuhkan bantuan, menawarkan barang ajaib, atau mengaku sebagai teman lama demi menurunkan kewaspadaan korban.
Kejadian terbaru dialami seorang nenek di Banyuwangi yang kehilangan perhiasan setelah terhipnotis oleh pelaku yang mengaku petugas bantuan sosial. Kasus ini tengah diselidiki polisi.
Kapolres Banyuwangi menegaskan, gendam bukan sihir, melainkan bentuk manipulasi psikologis tanpa izin korban. Karena itu, masyarakat diminta tetap fokus dan tidak mudah percaya.
Sinergi aparat dan masyarakat menjadi kunci pencegahan. Kesadaran publik tentang bahaya sugesti dan teknik "waking trance" perlu ditingkatkan melalui edukasi digital dan penyuluhan lapangan.
"Pelaku memanfaatkan kepanikan dan empati korban," ujar Psikolog Forensik Ika Widyasari. "Mereka membaca bahasa tubuh dan menciptakan ilusi kendali," tambahnya menekankan pentingnya kesadaran diri.
Kisah seperti ini menjadi pengingat bahwa kewaspadaan adalah pertahanan terbaik. Hindari tatapan intens, tolak percakapan mencurigakan, dan laporkan segera ke polisi bila merasa digendam.
Tetap waspada di tempat umum, jaga fokus, dan hindari interaksi mencurigakan agar tidak menjadi korban penipuan hipnotis atau gendam yang merugikan.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar