Ketika seseorang disakiti, difitnah, atau dizalimi, ada keyakinan yang menenangkan hati: Gusti Allah tidak tidur. Keadilan Ilahi pasti ditegakkan.
Kalimat "Ketika kita tersakiti, Gusti Allah tidak tidur" menjadi penegasan spiritual bahwa Tuhan Maha Melihat dan Maha Adil terhadap setiap perbuatan manusia di dunia.
Ungkapan ini memberikan ketenangan bagi mereka yang menderita. Bahwa di balik kesedihan dan ketidakadilan, selalu ada pengawasan Tuhan yang tak pernah lalai.
Pernyataan ini juga menjadi peringatan keras bagi pelaku kezaliman. Tak ada perbuatan jahat yang luput dari pandangan Tuhan, cepat atau lambat akan dibalas.
Dalam konteks sosial, kalimat ini menumbuhkan kesadaran bahwa hubungan manusia seharusnya dibangun atas dasar empati, kejujuran, dan rasa takut kepada keadilan Ilahi.
Kesadaran itu menciptakan sinergitas sosial -bahwa setiap tindakan, sekecil apa pun, akan kembali kepada pelakunya. Kebaikan dibalas kebaikan, kezaliman dibalas keadilan.
Bagi yang tersakiti, kalimat ini mengajarkan kesabaran dan tawakal. Bahwa penderitaan bukan hukuman, melainkan ujian untuk menguatkan iman dan keteguhan hati.
Rasulullah SAW pernah bersabda, "Sesungguhnya Allah apabila mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka." Ujian adalah jalan menuju cinta dan ridha Ilahi.
Hadis lainnya menegaskan, "Sesungguhnya Allah tidak pernah tidur dan tidak seharusnya tidur." Tuhan selalu menilai setiap amal, siang maupun malam.
Keyakinan ini membuat manusia memahami batas dirinya. Bahwa tidak semua harus dibalas dengan amarah, karena ada Allah yang menimbang setiap tindakan.
Orang beriman diajak untuk memperbanyak amal saleh, berdoa, dan berbuat baik. Sebab catatan amal tidak pernah tertunda untuk diangkat ke hadapan-Nya.
"Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar," (QS. At-Talaq: 2-3). Janji itu berlaku bagi mereka yang bersabar.
Secara psikologis, kalimat ini juga menguatkan. Ketika manusia lelah dan hampir menyerah, keyakinan pada keadilan Tuhan menjadi sumber harapan terakhir.
Ketika doa terasa tertahan dan hidup tampak berat, sadarlah bahwa Tuhan lebih dekat dari urat leher, sebagaimana disebut dalam Al-Qaf ayat 16.
Maka, teruslah berbuat baik, meski dunia tampak tidak adil. Sebab Allah tidak melihat berapa kali kita jatuh, tetapi seberapa tulus kita kembali.
Keyakinan bahwa Gusti Allah tidak tidur meneguhkan hati manusia. Keadilan mungkin tertunda, tapi tak pernah hilang. Tuhan bekerja dalam waktu-Nya sendiri.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto










Tidak ada komentar:
Posting Komentar