Ketidakpastian politik dan ekonomi di Indonesia membuat publik semakin resah. Banyak orang kini mulai melirik crypto sebagai alternatif baru menjaga kestabilan finansial.
Ramainya isu DPR dan gelombang demo meluas memperburuk situasi. Kepercayaan publik terhadap pemerintah anjlok, IHSG turun 3,6%, sementara rupiah menembus Rp16.500 per dolar.
Kondisi ini menimbulkan keresahan mendalam. Keputusan politik ternyata bisa langsung mengguncang dompet rakyat, membuat masyarakat semakin waspada terhadap arah masa depan keuangan.
Masalah pajak juga memperkeruh keadaan. Pajak kian besar, tetapi masyarakat bingung dana larinya ke mana. Kasus korupsi DPR yang menjamur semakin memicu ketidakpercayaan publik.
Keuangan negara dianggap amburadul. Masyarakat makin ragu menaruh harapan pada sistem lama. Di tengah kebingungan, crypto muncul sebagai "jalan baru" mencari peluang.
Fenomena FOMO atau fear of missing out jadi pemicu. Ketidakpastian membuat banyak orang buru-buru ikut-ikutan masuk crypto tanpa bekal edukasi memadai.
Data transaksi crypto di Indonesia tembus Rp426 triliun dalam setahun, melonjak 351%. Mayoritas pelaku adalah Gen Z dan milenial yang terhanyut tren.
Namun risiko besar mengintai. Tanpa pengetahuan cukup, investor pemula rawan merugi. Crypto bukan sekadar tren, melainkan instrumen berisiko yang perlu pemahaman matang.
Karena itu, komunitas crypto hadir memberi ruang diskusi. Dari update tren, berbagi pengalaman, hingga strategi investasi aman, edukasi jadi kunci utama keberhasilan.
Lebih baik belajar dulu sebelum terburu-buru ikut hype. Dengan pemahaman benar, crypto bisa jadi solusi alternatif, bukan sekadar pelarian sesaat dari chaos politik-ekonomi.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto