Publik selama ini mengira video viral Timothy Ronald terjadi organik. Nyatanya, semua sudah dirancang dengan strategi narasi matang.
Dalam podcast bersama Ferry Irwandi, Selasa (26/08/2025), Timothy mengungkap dirinya bukan sekadar investor. Ia menyebut peran penting sebagai arsitek narasi di media sosial.
Video viral “Ultinolan”, saat Timothy dihujat hanya karena memakai topi, ternyata bukan murni kebetulan. Itu hasil rekayasa timnya untuk menciptakan engagement.
Menurut Timothy, publik Indonesia senang menghujat. Hujatan inilah yang justru memperbesar jangkauan. Engagement negatif bisa ditunggangi menjadi popularitas dan pengaruh.
Ia menegaskan, konten yang disukai semua orang akan cepat dilupakan. Konten yang memecah belah antara cinta dan benci justru abadi di ingatan publik.
Konsep ini ia pelajari dari Warren Buffett. Sang legenda investasi disebut bukan hanya investor ulung, melainkan juga pengendali narasi publik kelas dunia.
Buffett menciptakan persona sederhana, minum Coca-Cola, tinggal bersahaja, padahal diam-diam memiliki perusahaan jet pribadi NetJets, simbol kemewahan kelas atas.
Strategi narasi Buffett membuat investor percaya penuh. Ketika ia menyarankan konsentrasi portofolio, ujungnya menguntungkan Berkshire Hathaway dengan modal permanen dari investor setia.
Timothy juga mengaku terinspirasi Edward Bernays, bapak public relations modern. Dari Bernays ia belajar propaganda, cara mempengaruhi massa, hingga psikologi publik digital.
Ferry Irwandi menambahkan, semua kreator besar sadar atau tidak sedang merekayasa persepsi. Apa yang tampak genuine di kamera bisa dimodifikasi.
Timothy mengingatkan audiens untuk kritis. “Jangan jadi bidak catur dalam permainan narasi,” tegasnya. Dunia digital penuh rekayasa yang mengatur opini massa.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar