Pernah merasa curiga tanpa alasan ke pasangan? Bisa jadi masalahnya bukan dia, tapi luka lama yang belum sembuh.
Banyak orang terus waspada seolah pasangan akan berkhianat lagi. Padahal, curiga berlebihan justru sering muncul akibat trauma perselingkuhan di masa lalu.
Saat pasangan tak membalas pesan beberapa menit, otak langsung membuat skenario buruk. Padahal, bisa jadi ia sibuk bekerja atau sekadar beristirahat.
Overthinking perlahan berubah jadi racun. Awalnya hanya curiga kecil, namun lama-lama menjadi tuduhan tanpa dasar yang bisa menghancurkan kepercayaan dalam hubungan.
Ironisnya, pasangan setia justru bisa lelah karena terus dituduh. Mereka pergi bukan karena selingkuh, tapi karena tak kuat menghadapi kecurigaan.
Pakar psikologi hubungan menyebut, trust issue adalah bentuk self-sabotage. Jika tidak dikendalikan, hubungan sehat bisa berubah menjadi toxic tanpa disadari.
Agar tidak terjebak, ada empat langkah sederhana. Pertama, jangan percaya semua pikiran. Pikiran kadang hanya gosip tanpa bukti nyata yang valid.
Kedua, fokuslah pada pola konsistensi pasangan, bukan momen panik. Jika ia terbuka dan jujur, hentikan kebiasaan memperlakukannya seperti tersangka.
Ketiga, komunikasi lebih baik daripada diam. Menyimpan curiga hanya menambah racun. Bicarakan perasaanmu agar pasangan memahami alih-alih menerka-nerka sikapmu.
Keempat, jangan biarkan hidup hanya berputar pada pasangan. Isi waktu dengan aktivitas positif seperti olahraga, hobi baru, atau belajar skill produktif.
Dengan pikiran yang sibuk hal-hal positif, energi curiga berkurang. Hubungan pun terasa lebih sehat, hangat, dan jauh dari drama tidak perlu.
Ingat, musuh terbesar hubungan seringkali bukan pasangan, melainkan pikiran kita sendiri. Sembuhkan luka lama agar cinta baru tidak ikut hancur.
Kalau masih bermain di zona curiga, akhirnya bukan pasangan yang menyakiti, tapi diri sendiri yang menghancurkan kesempatan memiliki hubungan bahagia.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar