Empat karyawan PT Indomarco Adi Prima di Nunukan terbongkar menggelapkan produk Indomie sejak 2022. Kerugian mencapai lebih Rp1,09 miliar.
Modus yang mereka gunakan sederhana tapi terencana. Kardus kosong ditumpuk rapi di gudang, membuat stok terlihat utuh saat dilakukan pengecekan rutin perusahaan.
Barang hasil curian kemudian dijual cepat ke pasar dengan harga lebih murah, bahkan dijajakan eceran. Hasil penjualan dipakai memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Namun, sebagian besar keuntungan justru dipakai untuk judi online. Kecanduan tersebut mempercepat aliran uang curian keluar, memperbesar kerugian perusahaan tanpa disadari manajemen.
Fraud ini membuktikan penggelapan karyawan bisa terjadi di semua level. Sopir, sales, helper hingga kepala gudang berpotensi bersekongkol jika pengawasan perusahaan lemah.
Audit internal akhirnya menemukan kejanggalan. Pihak manajemen mencurigai laba tidak sejalan dengan meningkatnya permintaan pasar. Dari sana, kasus besar ini akhirnya terbongkar.
Fenomena serupa bukan kali pertama terjadi. Banyak perusahaan tampak sehat di permukaan, namun sesungguhnya rapuh akibat laporan keuangan yang tidak real time.
Fraud sering tersembunyi dalam sistem akuntansi yang jarang diperiksa. Sama seperti kasus Indomarco, audit mendalam menjadi penentu terbongkarnya skandal keuangan perusahaan besar.
Kasus ini memberi pelajaran penting. Kebocoran internal bukan sekadar kehilangan stok, melainkan ancaman serius yang bisa menghancurkan fondasi keuangan perusahaan.
Kerugian material memang besar, tetapi beban mental pemilik usaha sering lebih berat. Menghadapi pengkhianatan internal menghancurkan kepercayaan dan kestabilan manajemen.
Karena itu, perusahaan wajib memperkuat sistem kontrol, SOP jelas, dan laporan keuangan real time. Tanpa itu, fraud dapat merugikan dalam jangka panjang.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar