Kementerian Agama dan Muslim World League (MWL) menggelar Dialog kerukunan lintas umat beragama sebagai respon atas kebutuhan memperkuat moderasi beragama, stabilitas sosial, dan hubungan antar komunitas di berbagai wilayah Indonesia.
"Kerukunan merupakan ekspresi iman sekaligus jalan menjaga martabat manusia sebagai ciptaan Tuhan, serta fondasi kehidupan berbangsa yang adil dan tenteram," ujar Menag Nasaruddin Umar di Jakarta, Sabtu (6/12/2025).
Ia menambahkan bahwa masa depan manusia tidak dapat dibangun dengan kompetisi yang saling membinasakan, melainkan melalui persaudaraan kemanusiaan, penghormatan martabat, dan sinergitas spiritual antarkomunitas beriman.
Menag menekankan pentingnya memadukan kerukunan antarumat beragama dengan harmoni kosmik, mengingat seluruh tradisi besar menegaskan kewajiban manusia menjaga alam sebagai amanah ciptaan Tuhan yang harus dirawat bersama.
Ia mengingatkan bahwa kerukunan dengan alam merupakan tingkat tertinggi karena mencerminkan keseimbangan batin, ketenangan jiwa, serta Relasi ekologis yang menentukan keberlangsungan kehidupan generasi mendatang.
Menurutnya, berbagai tantangan nasional seperti ujaran kebencian, polarisasi publik, dan ancaman disintegrasi hanya dapat dijawab melalui kelebihan nurani, keteguhan moral, dan kesetiaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan universal.
Indonesia kembali dipuji dunia sebagai mercusuar kerukunan setelah delegasi antaragama Austria mempelajari praktik toleransi Indonesia, terutama dalam mengelola 1.340 suku dan ratusan bahasa daerah dengan stabilitas sosial tinggi.
Delegasi tersebut terkesan melihat bagaimana masyarakat Indonesia mempertahankan kohesi sosial, sementara banyak negara homogen justru menghadapi tekanan identitas yang menggerus ruang dialog antarwarganya.
Nasaruddin menyebut keberagaman Indonesia bukan hambatan, melainkan energi kolektif yang memperkuat masyarakat menghadapi transformasi zaman, krisis global, dan dinamika sosial yang terus berubah secara cepat.
Ia menegaskan bahwa semua agama mengajarkan penghormatan terhadap alam, sehingga penebangan liar, perusakan sungai, dan kerusakan ekologis harus dihentikan demi masa depan manusia dan stabilitas lingkungan.
Pertanyaan penting pun ia ajukan: sampai kapan umat manusia menunda perbaikan ekologis sebelum bencana semakin berat dan menimbulkan penderitaan luas seperti banjir, longsor, dan krisis iklim berkepanjangan?
Ia menutup pesan bahwa dialog hari ini harus menjadi energi bersama memperluas kerja sama lintas agama, memperdalam persahabatan spiritual, serta memperkuat perdamaian bagi Indonesia dan masyarakat dunia.
Reporter: Lakalim Adalin
Editor: Arianto










Tidak ada komentar:
Posting Komentar