Waroeng SS menjadi contoh restoran yang berhasil ekspansi tanpa kehilangan cita rasa khas. Meski memiliki banyak cabang, dari kota besar hingga daerah, kualitas rasa tetap terjaga di setiap lokasi.
Hal ini bukan semata karena resep, melainkan karena strategi bisnis yang berbasis sistem dan aspirasi pelanggan. Sang pemilik, Yoyok Hery Wahyono, menyebut seluruh ekspansi selalu dimulai dari survei konsumen.
"Pembukaan cabang kami dasarkan pada keinginan pelanggan. Mereka isi kuisioner soal lokasi dan inovasi yang dibutuhkan," ujar Yoyok.
Aspirasi pelanggan inilah yang menjadi dasar perencanaan ekspansi dan standarisasi operasional. Target ekspansi Waroeng SS bahkan mencakup pasar luar negeri.
Untuk menjaga rasa, pelayanan, dan efisiensi tetap seragam, Waroeng SS menerapkan SOP baku—mulai dari dapur, penyajian, hingga kasir.
Tanpa SOP yang jelas, rasa sambal bisa berbeda, waktu tunggu bisa tidak konsisten, dan pengalaman pelanggan jadi tidak seragam.
Yoyok membocorkan "rumus konsistensi" restoran: 30% dari kualitas bahan baku, 30% SOP kerja, dan 40% eksekusi oleh SDM yang disiplin.
Bahan sambal dikirim dari dapur pusat dengan takaran pasti. SDM dilatih ketat, dan tim audit rutin memantau kepatuhan standar di semua cabang.
Sistem kerja di Waroeng SS membuat peran tiap karyawan jelas, proses evaluasi efisien, dan pelatihan karyawan baru berlangsung cepat.
Selain itu, SOP terus diperbarui sesuai dinamika lapangan. Promosi pun berbasis kinerja dan disiplin mengikuti sistem.
Pelajaran penting: ekspansi Waroeng SS tidak pernah asal. Semua cabang baru dibuka hanya setelah sistem, target, dan SDM benar-benar siap.
Bagi pebisnis, ekspansi tanpa sistem hanyalah jebakan. Belajarlah dari Waroeng SS: kunci sukses ada pada sistem yang rapi dan target yang terukur.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar