Fenomena sosial 2025 memunculkan kegelisahan publik setelah meningkatnya jumlah suami yang terlalu nyaman ditanggung mertua, memicu perdebatan mengenai tanggung jawab dalam keluarga muda.
Kisah Intan berusia 27 tahun dan Rafi berusia 29 tahun menjadi sorotan karena menggambarkan kecenderungan laki-laki enggan mengambil peran finansial, meski kebutuhan keluarga terus berjalan.
Mereka awalnya sepakat tinggal sementara di rumah orang tua Intan sambil menabung, namun rencana tersebut berubah menjadi ketergantungan panjang selama satu tahun empat bulan tanpa kontribusi berarti.
Rafi bekerja tidak konsisten dan memberikan alasan hemat karena tinggal di rumah mertua, tetapi seluruh kebutuhan tetap ditanggung keluarga Intan sehingga beban makin berat.
Ayah Intan akhirnya meminta kontribusi belanja bulanan, namun Rafi hanya menjawab santai bahwa ia akan membantu nanti jika pekerjaannya lancar dan kondisi memungkinkan.
Jawaban tersebut memunculkan kekhawatiran karena menunjukkan minimnya rasa tanggung jawab, sementara keluarga Intan terus menanggung kebutuhan dasar tanpa tenggat waktu jelas.
Data sosial 2025 menunjukkan tren serupa meningkat, mencatat 37 persen laki-laki usia 25–35 tidak mengambil peran utama finansial dalam rumah tangga modern.
Sebanyak 68 persen keluarga muda yang tinggal di rumah mertua tercatat berada di pihak perempuan, menunjukkan ketimpangan yang sering kali tidak dibicarakan secara terbuka.
Survei juga menyebut 52 persen perempuan menjadi sandaran ganda, menanggung kebutuhan suami sekaligus menjaga perasaan orang tua agar situasi tetap harmonis.
Sebanyak 71 persen konflik keluarga muda pada 2025 dipicu ketimpangan kontribusi ekonomi, terutama ketika pihak laki-laki menganggap situasi tersebut sesuatu yang wajar dan dapat dimaklumi.
Bagi Intan, beban bukan hanya persoalan biaya, melainkan rasa malu terhadap orang tua dan kegelisahan karena suaminya belum menunjukkan inisiatif untuk mandiri.
Ia diam-diam menutup kekurangan biaya dan terus berharap Rafi suatu hari menyadari kewajiban sebagai kepala keluarga yang semestinya memimpin, bukan bergantung.
Fenomena ini memunculkan diskusi luas mengenai karakter, komitmen, dan urgensi tanggung jawab finansial, yang menjadi fondasi penting dalam membangun masa depan keluarga.
Realita ini mempertanyakan batas kewajaran dan menantang masyarakat menilai ulang apakah hidup nyaman ditanggung mertua adalah solusi atau tanda bahaya dalam keluarga muda Indonesia.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto










Tidak ada komentar:
Posting Komentar