Asosiasi Produsen Alat Dapur dan Makan (ASPRADAM) bersama Asosiasi Produsen Wadah Makanan Indonesia (APMAKI) menegaskan kesiapan mendukung Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dengan menyuplai kebutuhan food tray secara mandiri dalam negeri.
Dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (31/7/2025), mereka menyoroti kapasitas produksi lokal yang dinilai sangat mencukupi. Bahkan, produksi nasional disebut telah menembus 10 juta unit per bulan.
Alie Cendrawan dari PT Makmur Bersama-sama Garuda mengatakan, produksi dalam negeri telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) 9369:2025 tanpa perlu mengandalkan impor.
Menurutnya, para pelaku industri telah berinvestasi besar di sektor manufaktur demi mendukung ketahanan rantai pasok nasional untuk penyediaan alat makan program MBG.
Namun, mereka menyayangkan masih maraknya food tray impor ilegal berbahan SS 201 yang dianggap tidak aman dan dapat membahayakan kesehatan dalam jangka panjang.
Sementara itu, Robert Susanto, Presiden Direktur PT Bintang Matrix Indonesia, mengungkapkan baru 12% dari kapasitas nasional yang dimanfaatkan, dan pembukaan keran impor justru bisa membunuh industri dalam negeri.
Beberapa hasil uji menyebutkan bahwa bahan SS 201 rentan terhadap reaksi kimia dengan panas dan asam. Sebaliknya, SS 304 dinilai lebih stabil dan aman sebagai bahan food tray.
ASPRADAM dan APMAKI mendesak pemerintah melalui Kementerian Perdagangan, Kemenperin, dan Bea Cukai memperketat pengawasan serta penegakan hukum terhadap produk tanpa izin, PPN dan SNI palsu.
Mereka juga meminta kejelasan soal bahan baku legal untuk mendukung keberlanjutan industri dalam negeri agar tidak tertinggal oleh produk buatan luar negeri, khususnya dari Tiongkok.
“Demi keberhasilan MBG, produsen lokal butuh dukungan regulasi yang adil,” tegas perwakilan ASPRADAM dan APMAKI. Industri ini dinilai mampu menyerap tenaga kerja dan menopang pertumbuhan UMKM.
Reporter: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar