Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) dan ISMES menggelar seminar refleksi dua tahun konflik Israel-Hamas, di Jakarta.Selasa, (7/10/2025).
Seminar bertajuk “Refleksi Dua Tahun Serangan Israel-Hamas: Mendorong Solusi Perdamaian Berkelanjutan” menghadirkan peneliti BRIN, akademisi, dan pakar politik internasional membahas dinamika Timur Tengah terkini.
Peneliti Pusat Riset Politik BRIN, Nostalgiawan Wahyudi, mengulas dua puluh poin dalam rencana Trump yang dinilai menguntungkan Israel dan ditolak masyarakat Palestina.
Ia menjelaskan, dalam dokumen itu Israel tidak sepenuhnya keluar dari Gaza meski pelucutan Hamas dilakukan, sehingga separuh wilayah tetap berada di bawah kontrolnya.
Wahyudi menegaskan, pasukan internasional akan dilibatkan dalam keamanan Gaza, termasuk penghancuran terowongan dan pabrik senjata yang selama ini digunakan kelompok Hamas.
Dalam sesi diskusi, para pembicara menyoroti hubungan sosial-politik antara negara Arab, Turki, dan negara Islam non-Arab dalam mendukung kemerdekaan penuh Palestina.
Para akademisi menilai diplomasi Indonesia memiliki posisi strategis sebagai negara Muslim non-Arab untuk mendorong perdamaian yang lebih manusiawi di kawasan Gaza.
Data yang dipaparkan menunjukkan, hanya sekitar 43 persen masyarakat Palestina mendukung two-state solution, sementara mayoritas masih menginginkan negara Palestina merdeka sepenuhnya.
Wahyudi juga menyoroti pentingnya sinergi lembaga riset, pemerintah, dan masyarakat sipil agar diplomasi kemanusiaan Indonesia tetap netral dan berpihak pada nilai kemerdekaan.
“Politik luar negeri Indonesia tidak boleh terjebak faksionalisasi, namun harus mendukung keterlibatan semua pihak menuju Palestina merdeka,” tegas Wahyudi dalam penutup paparannya.
Sejumlah peserta menilai, pendekatan reflektif seperti seminar ini penting untuk membangun kesadaran publik bahwa perdamaian sejati membutuhkan empati lintas agama dan kemanusiaan.
Kegiatan ini menjadi momentum strategis bagi Indonesia memperkuat diplomasi kemanusiaan, serta mengingatkan dunia bahwa perdamaian abadi hanya lahir dari keadilan universal.
Reporter: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar