Crocs membalikkan keterpurukan finansial. Dari brand yang nyaris bangkrut pada 2008, kini perusahaan ini sukses menembus revenue fantastis Rp64 triliun di 2024.
Crocs lahir tahun 2002 dengan konsep sepatu boating ringan dan tahan air. Ekspansi cepat ke 80 negara menjadikannya fenomena baru dalam industri alas kaki.
Pada 2006, Crocs sukses melantai di Nasdaq dengan valuasi US$1,2 miliar. Pendapatan 2007 melesat hingga US$847 juta, delapan kali lipat dari dua tahun sebelumnya.
Namun kesuksesan instan justru berbalik arah. Over-expansion, stok menumpuk, dan krisis finansial 2008 membuat Crocs rugi US$185 juta dan sahamnya anjlok ke US$1,19.
Dicap “bubble stock”, Crocs nyaris tenggelam. Hingga CEO Andrew Rees mengambil langkah berani: mengakui produk “jelek” dan menonjolkan keunikan sebagai identitas merek.
Crocs memilih tampil apa adanya, memperkuat karakter nyentrik lewat warna berani serta kolaborasi bersama figur publik yang merepresentasikan semangat “berani berbeda”.
Strategi personalisasi lewat Jibbitz charms menghasilkan US$270 juta pada 2024. Dalam lima tahun, pendapatan Crocs melejit menjadi US$4,1 miliar atau setara Rp64 triliun.
Crocs membuktikan: keaslian dan keberanian menjadi diri sendiri mampu mengubah kegagalan jadi kemenangan. Produk sederhana bisa luar biasa bila disertai strategi kuat.
Penulis: Lakalim Adalin
Editor: Arianto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar